Kultum 558: Syirik Besar dan Syirik Kecil

Syirik Besar dan Syirik Kecil
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

ِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Para ulama mengelompokkan syirik ke dalam dua kelompok, yaitu syirik besar (syirik akbar) dan syirik kecil (syirik asghar). Begini penjelasan singkat dari masing-masing jenis syirik tersebut. syirik besar berarti menganggap ada ‘kekuasaan’ selain Allah dalam hal ketuhanan (rububiyyah), ketuhanan (uluhiyyah), dan dalam hal nama-nama dan sifat-sifat ketuhanan (al-asma’ wa’l-sifat).

Syirik semacam ini terkadang bersifat lahiriah, seperti syirik orang yang menyembah berhala dan kuburan, atau orang mati. Atau kadang sesuatu tersembunyi, seperti orang yang bertawakal kepada tuhan selain Allah, atau syirik dan kekufuran orang munafik. Karena meskipun syirik mereka (munafik) menempatkan mereka di luar batas Islam dan berarti bahwa mereka akan tinggal selamanya di Neraka, itu adalah syirik yang tersembunyi, karena mereka menampilkan Islam secara lahiriah dan menyembunyikan kekafiran dan syirik mereka, sehingga mereka adalah musyrik ke dalam tetapi tidak secara lahiriah.

Jadi syirik besar terkadang bisa berbentuk keyakinan, seperti keyakinan bahwa ada orang lain yang menciptakan, menghidupkan dan mematikan, memerintah atau mengatur urusan alam semesta bersama dengan Allah. Atau keyakinan bahwa ada orang lain yang wajib ditaati secara mutlak selain Allah, sehingga mereka mengikutinya dalam hal halal atau haram apapun yang dia inginkan, sekalipun itu bertentangan dengan agama para Rasul.

Atau mereka dapat mempersekutukan orang lain dengan Allah dalam cinta dan pemujaan, dengan mencintai makhluk ciptaan sebagaimana mereka mencintai Allah. Ini adalah jenis syirik yang tidak diampuni oleh Allah, dan syirik yang sebagaimana Allah berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ

اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ

اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ۙوَلَوْ يَرَى الَّذِيْنَ

ظَلَمُوْٓا اِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَۙ اَنَّ الْقُوَّةَ

لِلّٰهِ جَمِيْعًا ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعَذَابِ

Artinya:

Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zhalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (QS. Al-Baqarah, ayat 165).

Syirik besar bisa berupa keyakinan bahwa ada yang mengetahui yang ghaib selain Allah. Hal ini sangat umum di kalangan beberapa sekte sesat seperti Rafidi (Syiah), Sufi ekstrim, dan Batini (sekte esoteris) pada umumnya. Juga syirik untuk percaya bahwa ada seseorang yang memberikan rahmat dengan cara yang hanya pantas untuk Allah, jadi dia menunjukkan belas kasihan seperti Allah dan mengampuni dosa dan mengabaikan perbuatan buruk para penyembahnya.

Adapun syirik kecil biasanya terdiri dari dua jenis. Penjelasannya agak panjang sebagai berikut. (1) Keterikatan emosional pada beberapa cara yang tidak memiliki dasar dan yang Allah tidak memberikan izin, seperti menggantung ‘benda benda dari logam’, manik-manik pirus dan lain-lain dengan alasan bahwa mereka menawarkan perlindungan atau menangkal mata jahat. Namun Allah tidak menjadikan mereka sebagai sarana perlindungan tersebut, baik menurut syari’at maupun menurut hukum alam semesta.

Juga (2)memuliakan beberapa orang atau benda dengan cara yang tidak sampai menganggap mereka sebagai tuhan, seperti bersumpah dengan sesuatu selain Allah, atau mengatakan, “Kalau bukan karena Allah dan Fulan”, dan lain-lain.

Dengan demikian, ada pedoman untuk membedakan syirik besar dengan syirik kecil. Para ulama telah menetapkan pedoman untuk membedakan syirik besar dan syirik kecil ketika syirik disebutkan dalam nash syari’ah. Pedoman ini termasuk (a) Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan dengan jelas bahwa tindakan ini adalah syirik kecil, seperti dalam al-Musnad (no. 27742) di mana diriwayatkan bahwa Mahmud ibn Labid berkata, Rasulullah Shallallahu ‘laihi wasallam bersabda, “Hal yang paling aku takuti untukmu adalah syirik kecil”.

Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, apa itu syirik kecil?” Dia bersabda, “Pamer, karena Allah akan berkata pada hari ketika orang-orang dibalas atas perbuatan mereka, “Pergilah ke orang-orang yang kamu pamerkan dengan perbuatanmu di dunia, dan lihatlah pahala apa yang kamu temukan pada mereka”.

(b) Ada pula syirik kecil sebagaimana ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Mantra, jimat, dan mantra cinta adalah syirik” (HR. Abu Dawud, no. 3883; digolongkan shahih oleh al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah, no. 331).

Demikian juga (c) tiyarah, sebagaimana Abu Dawud (no. 3910) meriwayatkan dari Ibn Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tiyarah (kepercayaan takhayul pada pertanda) adalah syirik, tiyarah adalah syirik” diucapkan tiga kali, dan tidak ada seorang pun di antara kita kecuali (akan memiliki sebagian) tetapi Allah akan menyingkirkannya dengan tawakkal (bertawakal kepada Allah). Allahu ya’lam.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat dan penambah iman kita, dan kalau sekiranya bisa bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber :  Ahmad Idris Adh                                              —ooOoo—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *