Kultum 559: Shalat Wajib Saja Tanpa Shalat Sunnah

Shalat Wajib Saja Tanpa Shalat Sunnah
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Satu pertanyaan yang juga sering muncul di kalangan peserta kajian hukum-hukum Islam, terutama pada sesi tanya-jawab adalah “Bolehkah seseorang hanya mengerjakan shalat wajib saja dan melewatkan shalat-shalat yang tidak wajib?” ketika hal itu ditanyakan kepada pemateri, maka dijawab sebagai berikut.

Alhamdulillah. Melaksanakan shalat nafil (shalat tambahan atau sunnah) dan melakukannya secara teratur adalah salah satu cara terbesar untuk mendapatkan cinta Allah dan membawa ke surga dengan rahmat Ilahi.

Al-Bukhari meriwayatkan (dalam hadits no. 6502) bahwa Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Allah berfirman, “Barang siapa yang memusuhi seseorang yang berbakti kepada-Ku, Aku akan berperang dengannya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Kucintai daripada kewajiban-kewajiban agama yang telah Aku perintahkan kepadanya, dan hamba-Ku terus mendekatkan diri kepada-Ku dengan perbuatan-perbuatan sunnah agar Aku mencintainya. Ketika Aku mencintainya, Aku adalah pendengarannya yang dengannya dia mendengar, penglihatannya yang dengannya dia melihat, tangannya yang dengannya dia memukul, dan kakinya yang dengannya dia berjalan. Jika dia meminta [sesuatu] dari-Ku, Aku pasti akan memberikannya, dan jika dia meminta perlindungan-Ku, Saya pasti akan memberinya itu. Aku tidak ragu tentang apa pun sebanyak aku ragu tentang [merebut] jiwa hamba-Ku yang setia, dia membenci kematian dan Aku benci menyakitinya.

Berdasarkan hadits tersebut, bisa dipahami bahwa seorang Muslim harus sangat berambisi dan giat, dan tidak boleh menerima sesuatu yang kurang dari itu; melainkan ia harus berusaha untuk melaksanakan tugas-tugas keagamaannya secara lengkap dan sempurna, sebagaimana yang harus ia lakukan sehubungan dengan tugas-tugas duniawinya.

Akan tetapi, jika seorang muslim membatasi dirinya hanya untuk mengerjakan kewajiban-kewajiban, baik dalam shalat maupun dalam urusan-urusan lainnya, dan tidak menyia-nyiakannya, maka tidak ada dosa baginya, padahal mengabaikan sunnah secara umum adalah sesuatu yang tercela menurut para ulama. Dalam hal ini, Imam Ahmad berkata, “Barangsiapa yang tidak shalat Witir adalah orang jahat yang kesaksiannya tidak diterima”.

Al-Bukhari (hadits no. 46) dan Muslim (hadits no. 110) meriwayatkan bahwa Thalhah ibn ‘Ubaydillaah berkata, Seorang pria datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan ketika dia mendekatinya dia bertanya kepadanya tentang Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, “Lima waktu sholat setiap hari dan malam”. Pria itu berkata, “Apakah saya harus melakukan hal lain?” Dia bersabda, “Tidak, tidak, kecuali jika Anda melakukannya secara sukarela”.

Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, “Dan puasa Ramadhan”. Pria itu berkata, “Apakah saya harus melakukan hal lain?” Dia bersabda, “Tidak, tidak, kecuali jika Anda melakukannya secara sukarela”. Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberitahunya tentang zakat. Pria itu berkata, “Apakah saya harus melakukan hal lain?” Dia bersabda, “Tidak, tidak, kecuali jika Anda melakukannya secara sukarela”. Pria itu pergi sambil berkata, “Demi Allah, Saya tidak akan melakukan lebih dari ini atau kurang”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, “Dia akan berhasil, jika dia mengatakan kebenaran”.

Al-Nawawi berkata, Ini harus dipahami sebagai makna bahwa dia tidak melakukan shalat naafil dan dia tidak meninggalkan satu pun dari shalat wajib. Orang seperti itu niscaya akan berhasil, meskipun keteguhannya dalam meninggalkan shalat sunnah adalah tercela sehingga kesaksiannya tertolak. Tetapi dia tidak berbuat dosa dengan demikian, sebaliknya dia akan berhasil dan memperoleh keselamatan (dalam: Sharh Muslim, 1/121).

Perlu dicatat bahwa doa naafil membawa pahala yang sangat besar dan keutamaan yang besar. Diriwayatkan bahwa Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Yang pertama dari perbuatannya yang akan dimintai pertanggungjawaban seseorang pada Hari Kebangkitan adalah shalatnya. Jika sehat maka dia akan berhasil tetapi jika tidak sehat maka dia akan tersesat dan celaka”. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Tuhan akan berkata, “Lihat dan lihat apakah hamba-Ku memiliki (shalat) sunnah, dan kekurangan dari shalat wajibnya akan diisi dari itu. Maka semua perbuatannya akan diperlakukan dengan cara yang sama” (HR. al-Tirmidzi, no. 413; Abu Dawud, no. 864; digolongkan sebagai shahih oleh al-Albani dalam Shahih Abi Dawood).

Ummu Habibah berkata bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ

وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ

Artinya:

Barangsiapa yang mengerjakan shalat 12 raka’at (sunnah rawatib) sehari semalam, akan dibangunkan baginya rumah di surga (HR. Muslim no. 728).

Demikian jawaban sang pemateri, dan jawaban itu kemudian ditutup dengan doa “Semoga Allah membantu Anda untuk melakukan yang terbaik dan untuk mengatakan dan melakukan apa yang baik dan benar”. Allahu ya’lam.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat dan penambah iman kita, dan kalau sekiranya bisa bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                  —ooOoo—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *