Kultum 567: Petunjuk tentang Kebutuhan Hidup

Petunjuk tentang Kebutuhan Hidup
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 400x400

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Umat Muslim percaya bahwa Allah menciptakan mereka untuk menyembah-Nya dan menjalani kehidupan yang benar dalam takwa. Mereka juga percaya bahwa Islam tidak hanya tentang urusan agama. Islam adalah cara hidup yang lengkap.

Dalam upaya mereka untuk menjalani hidup, mereka, sebagai manusia, bercita-cita untuk mencapai kekayaan, kesehatan, posisi sosial, dan lain lain. Tidak dilarang dalam Islam untuk mencari pekerjaan yang baik, posisi sosial yang baik, kesehatan yang baik, dan sebgainya.

Perbedaan antara umat Islam dan umat beragama lain adalah bahwa umat Islam dibimbing dalam setiap aspek kehidupan oleh ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Al-Qur’an mengajarkan umat Islam untuk mencari semua itu melalui apa yang telah diberikan Allah Subhanahu wata’ala kepada mereka, tanpa melupakan [hak] mereka di dunia ini.

Dalam hal ini Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَابۡتَغِ فِيۡمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّارَ الۡاٰخِرَةَ‌

وَلَا تَنۡسَ نَصِيۡبَكَ مِنَ الدُّنۡيَا‌

وَاَحۡسِنۡ كَمَاۤ اَحۡسَنَ اللّٰهُ اِلَيۡكَ‌ وَلَا

تَبۡغِ الۡـفَسَادَ فِى الۡاَرۡضِ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ

لَا يُحِبُّ الۡمُفۡسِدِيۡنَ

Artinya:

Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan (QS. Al-Qashas, ayat 77).

Diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa bangun dengan selamat di rumahnya dan sehat badannya serta memiliki bekal untuk (satu) hari saja, akan memperoleh semua harta duniawi yang dia butuhkan” (HR. Al-Tirmidzi, no. 2346). Dalam hadits tersebut, Nabi merangkum harta dunia terbaik yang bisa dipikirkan.  Perasaan aman kata Arab ‘sirb’ berarti, seperti terjemahannya, rumah seseorang.

Dalam hal ini, ‘rasa aman’ juga berarti merasa aman di antara keluarga dan kerabat. Perasaan aman ini sangat penting. Kurangnya keamanan berarti kita menjalani kehidupan yang tidak stabil. Rasa aman terjamin ketika tidak merugikan orang lain, atau sebagaimana sabda Nabi, “Orang Islam adalah orang yang dari lidah dan tangannya orang Islam lainnya selamat” (HR. Al-Bukhari , no. 11).

Jika kita tidak merugikan orang lain, orang lain tidak akan merugikan kita. Sedangkan makna ‘keselamatan’ tidak terbatas pada arti harfiah dari rasa aman, jadi jauh lebih luas. Keselamatan berarti aman, membuat orang lain aman, menciptakan keselamatan, dipercayakan keamanan dan memiliki ketenangan pikiran.

Semua arti ini berasal dari kata Arab Mu’min, seorang yang beriman. Rasa aman merupakan anugerah dari Tuhan yang dilimpahkan-Nya kepada orang-orang yang beribadah kepada-Nya. Salah satu nikmat Allah bagi penduduk Makkah adalah,

الَّذِىۡۤ اَطۡعَمَهُمۡ مِّنۡ جُوۡعٍ

ۙ وَّاٰمَنَهُمۡ مِّنۡ خَوۡفٍ

Artinya:

Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan (QS. Quraisy, ayat 4).

Keadaan seperti tiu juga tergambar dalam doa Nabi Ibrahim untuk penduduk Mekkah,

وَاِذۡ قَالَ اِبۡرٰهٖمُ رَبِّ اجۡعَلۡ هٰذَا بَلَدًا

اٰمِنًا وَّارۡزُقۡ اَهۡلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ

مِنۡهُمۡ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ‌ؕ قَالَ وَمَنۡ

كَفَرَ فَاُمَتِّعُهٗ قَلِيۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّهٗۤ اِلٰى

عَذَابِ النَّارِ‌ؕ وَبِئۡسَ الۡمَصِيۡرُ‏

Artinya:

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Mekah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian”, Dia (Allah) berfirman, “Dan kepada orang yang kafir akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali” (QS. Al-Baqarah, ayat 126).

Lantas kita bertanya, “mengapa ada orang yang ingin mengumpulkan uang sebanyak yang mereka bisa terlepas dari apakah itu halal atau haram?”. Mereka lupa bahwa mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang setiap sen yang mereka kumpulkan. Jika kita merenungkan ayat-ayat dan hadits-hadits di atas secara mendalam, kita akan menyadari apa yang kita butuhkan di dunia ini.

Nabi sangat berhati-hati dalam memilih kata-katanya saat dia merangkum unsur-unsur kebahagiaan dan menjadikannya hanya sedikit kebutuhan duniawi yang telah dijelaskan di atas. Kita seharusnya berdoa kepada Allah agar membuat kita (1) puas dengan apa yang kita miliki, (2) menikmati kesehatan yang baik dan (3) memiliki persediaan untuk satu hari. Allahu ya’lam.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat dan penambah iman kita; kalau sekiranya bisa bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                  —ooOoo—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *