Hikmah Pagi: 3 Cara Allah Mengabulkan Doa Hambanya

Cara Allah Mengabulkan Doa
Berdoa
banner 400x400

Hajinews.co.idBerdoa wajib hukumnya bagi setiap umat Islam. Selain itu, doa juga merupakan salah satu bentuk ibadah. Melalui doa, seorang hamba dapat menyampaikan segala keresahan, keluh kesah dan harapannya kepada Allah SWT, pemilik segalanya. Doa merupakan sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT serta meminta pertolongan dan bimbingan dalam hidup.

Doa merupakan salah satu ibadah yang menunjukkan ketergantungan hamba terhadap Tuhannya. Melalui doa, manusia mengenali kelemahannya dan menyadari bahwa dirinya sangat membutuhkan pertolongan Allah.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Orang yang tidak berdoa, menunjukkan kesombongan karena merasa mampu memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan Allah. Berdoa juga menjadi cara untuk menumbuhkan kerendahan hati dan keyakinan bahwa segala sesuatu bergantung pada kehendak Allah.

Pada dasarnya, segala sesuatu yang terjadi di dunia ini merupakan kehendak Allah SWT. Allah SWT memiliki berbagai cara untuk mengabulkan doa-doa hambaNya. Menurut Hadits Rasulullah SAW berikut adalah 3 cara Allah mengabulkan doa hambanya lengkap dengan penjelasannya.

Bagaimana Allah SWT Mengabulkan Doa Hambanya?

Dilansir dalam buku Segala Sesuatu Pasti Ada Waktunya: Seni Menikmati Hidup Dan Berdamai Dengan Takdir yang ditulis oleh A.R. Shohibul Ulum, doa adalah bentuk permohonan dan harapan yang diajukan kepada Allah SWT. Selain itu, doa juga menjadi sumber ketenangan batin. Bagi seseorang yang memahami kekuatan doa dan cara mengamalkannya, doa dapat menjadi sumber kekuatan besar dalam menjalani kehidupan. Allah SWT pun telah berjanji dalam firman-Nya dalam surah An-Naml ayat 62 bahwasanya:

وَيَجْعَلُونَ لِلَّهِ مَا يَكْرَهُونَ وَتَصِفُ أَلْسِنَتُهُمُ ٱلْكَذِبَ أَنَّ لَهُمُ ٱلْحُسْنَىٰ ۖ لَا جَرَمَ أَنَّ لَهُمُ ٱلنَّارَ وَأَنَّهُم مُّفْرَطُونَ

Arab-Latin: Wa yaj’alụna lillāhi mā yakrahụna wa taṣifu alsinatuhumul-każiba anna lahumul-ḥusnā lā jarama anna lahumun-nāra wa annahum mufraṭụn

Artinya: “Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya, dan lidah mereka mengucapkan kedustaan, yaitu bahwa sesungguhnya merekalah yang akan mendapat kebaikan. Tiadalah diragukan bahwa nerakalah bagi mereka, dan sesungguhnya mereka segera dimasukkan (ke dalamnya)”.

Bagi Allah SWT Yang Maha Kuasa, sangatlah mudah untuk mengabulkan doa setiap hamba-Nya. Allah SWT memiliki berbagai cara untuk mengabulkan doa, yang sering kali berbeda dari apa yang kita harapkan. Meskipun tidak selalu langsung dikabulkan, seperti pepatah “banyak jalan menuju Roma,” Allah SWT menggunakan kebijaksanaan-Nya untuk memberikan jawaban terbaik.

Karena Allah SWT Maha Mengetahui segalanya, sedangkan manusia penuh dengan keterbatasan, cara-cara Allah SWT dalam mengabulkan doa sering kali di luar nalar manusia. Tetaplah percaya, karena Allah SWT selalu mendengar setiap doa kita.

Karena itu, penting bagi umat Islam untuk menyadari bahwa setiap jawaban doa, apapun bentuknya, merupakan manifestasi dari kasih sayang dan kebijaksanaan Allah SWT. Jawaban tersebut tidak selalu datang sesuai harapan kita, namun Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuk setiap hamba-Nya. Mari kita telusuri lebih lanjut bagaimana Allah SWT mengabulkan doa hamba-Nya.

Abu Sa’id ra berkata, Rasullullah SAW bersabda, “Tidak ada seorang pun yang berdoa dengan sebuah doa yang tidak ada dosa di dalamnya dan memutuskan silaturahmi, melainkan Allah mengabulkan salah satu dari tiga perkara. (1) Baik dengan disegerakan baginya (pengabulan doanya) di dunia atau; (2) Dengan disimpan baginya (pengabulan doanya) di akhirat; atau (3) Dengan dijauhkan dari keburukan semisalnya.” (HR. Ahmad)

Berdasarkan hadits yang telah disebutkan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa Allah SWT mengabulkan doa hamba-Nya dengan tiga cara:

Pertama: Allah SWT Mengabulkannya Langsung

Menurut Buku Segala Sesuatu Pasti Ada Waktunya: Seni Menikmati Hidup Dan Berdamai Dengan Takdir yang ditulis oleh A.R. Shohibul Ulum dan buku Setiap Doa Pasti Allah Kabulkan yang disusun oleh Abu Ezza, Allah SWT dapat mengabulkan doa hambanya secara langsung setelah dipanjatkan. Ketika seorang hamba memohon kepada-Nya, Ada kalanya doa seorang hamba tidak tertolak dan langsung dikabulkan. Ini terjadi karena mereka berdoa dengan tulus, penuh kesungguhan, dan sesuai dengan adab berdoa.

Mereka yang dikenal sebagai kekasih Allah SWT, yang telah mencapai derajat tinggi dalam keimanan, seringkali melihat doa mereka terkabul dengan cepat. Hal ini bukan hanya karena kedekatan mereka dengan Allah SWT, tetapi juga karena kualitas ketaatan, ketulusan, dan keyakinan mereka pada janji-Nya. Hubungan erat dengan Allah SWT membuat doa mereka cepat dijawab.

Allah SWT bisa memberikan jawaban dengan segera sesuai dengan hubungan antara hamba dengan tuhannya apakah dekat atau tidak. Sebagai contoh, jika seseorang berdoa agar sukses dalam karier, Allah SWT mungkin dengan cepat membuka jalan menuju keberhasilan melalui usaha yang dilakukan. Ini adalah salah satu cara Allah SWT menunjukkan kasih sayang-Nya, dengan mengabulkan doa hambanya tanpa penundaan. Setiap doa yang dijawab langsung merupakan bukti bahwa Allah SWT selalu mendengar dan memberikan sesuai dengan kebutuhan hamba-Nya.

Kedua: Allah SWT Menunda untuk Mengabulkannya

Allah SWT mungkin menunda pengabulan doa sesuai dengan waktu yang terbaik menurut-Nya. Penundaan ini bukan berarti doa tidak dikabulkan, melainkan Allah SWT memilih waktu yang tepat untuk memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya. Dalam proses ini, kesabaran menjadi kunci utama.

Jika seorang hamba terus bersabar, berusaha, dan berdoa dengan konsisten, maka Allah SWT akan memilih saat yang paling baik untuk menjawabnya. Oleh karena itu, jangan pernah putus asa dalam berdoa, karena segala sesuatu terjadi sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya.

Terkadang, doa dikabulkan setelah waktu yang cukup lama hingga kita merasa bahwa doa tersebut tidak pernah terjawab. Namun, sesungguhnya Allah SWT mengabulkan doa tersebut, dan hasilnya baru terlihat setelah waktu yang lama.

Contoh ini dapat dilihat dari kisah Nabi Nuh AS dan Nabi Muhammad SAW, di mana efek pengabulan doa-doa mereka baru tampak setelah perjalanan waktu yang panjang, seperti saat Rasulullah mencapai usia empat puluh tahun. Hal ini mengajarkan kita untuk selalu bersabar dalam menunggu jawaban dari Allah.

Tidak semua doa dikabulkan oleh Allah SWT dengan segera. Bahkan, beberapa doa para Nabi mengalami penundaan ijabahnya. Ini bukan berarti doa mereka tidak diterima, melainkan karena adanya hikmah di balik penundaan tersebut.

Sebagai contoh lain, doa Nabi Zakariya AS membutuhkan waktu hingga empat puluh tahun sebelum akhirnya menerima kabar gembira tentang kelahiran anaknya. Begitu pula dengan doa Nabi Musa AS dan Harun AS, yang jarak antara doa mereka dan pengabulannya juga berlangsung selama empat puluh tahun.

Ketiga: Allah SWT Menggantikan Doa Tersebut Menjadi Lebih Baik

Allah SWT bisa menggantikan doa yang dipanjatkan dengan sesuatu yang lebih baik bagi hamba-Nya. Terkadang, apa yang kita minta mungkin tidak sesuai dengan hikmah atau ketetapan Allah SWT karena bisa membawa dampak yang tidak diinginkan.

Dalam kebijaksanaan-Nya, Allah SWT memberikan pengganti yang lebih baik, meskipun berbeda dari apa yang diharapkan. Dengan cara ini, Allah SWT menunjukkan kasih sayang-Nya dan memberikan apa yang terbaik bagi kehidupan kita, meskipun kita mungkin tidak menyadarinya pada awalnya.

Sebagai contoh terkabulnya doa seseorang bisa jadi diwujudkan dengan cara yang berbeda, seperti dijauhkannya hamba tersebut dari bencana atau musibah yang akan menimpa. Ini terjadi jika Allah SWT tidak menghendaki permintaan yang diutarakan, karena menurut-Nya, hal itu tidak baik bagi sang hamba.

Sebagai gantinya, Allah SWT melindunginya dari bahaya yang lebih besar. Dengan cara ini, doa tetap dijawab, meski tidak sesuai dengan yang diminta, namun sebagai bentuk kasih sayang Allah SWT yang lebih baik bagi hamba-Nya.

Rasulullah SAW bersabda,

“Tidaklah seseorang berdoa kepada Allah dengan suatu doa, kecuali Allah akan memberi apa yang dimintanya, atau mencegah suatu keburukan daripadanya sesuai dengan kadar doanya, selama ia tidak berdoa dengan suatu dosa atau memutuskan silaturahim.” (HR Ahmad)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *