Kultum 571: Hukum Karma dalam Pandangan Islam

Hukum Karma dalam Pandangan Islam
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 400x400

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Karma merupakan suatu konsep yang berasal dari bahasa sanskrit yang didasarkan pada kepercayaan Hinduisme, Buddhisme dan Jainisme. Konsep Karma ini awalnya dijumpai di dalam teks lama Hindu yaitu Rigveda, kemudian pembahasan tentang karma dikembangkan dalam Upanishad.

Secara terminologi, karma berarti “perbuatan yang terkesan sebagai hasil atau keputusan”, kemudian dipahami sebagai konsep ‘timbal-balik’ atau ‘sebab-akibat’ dari perbuatan seorang manusia di bumi ini. Sebagai contoh, jika seseorang itu melakukan perbuatan yang murni seperti menolong orang lain, berlaku adil pada sesama, atau menjaga ibu bapa dengan baik, maka ia akan mendapatkan balasan yang baik di kemudian hari.

Konsep demikian inilah yang kemudian berkembang menjadi falsafah moral dan etika sehingga pada gilirannya dianggap sebagai undang-undang universal.

Menurut penelitian, konsep karma yang berasal dari falsafah Hinduisme ini sebagai wujud kausalitas universal, yaitu hukum asas dunia berkaitan sebab dan akibat dari perbuatan seorang manusia. Jadi, manusia tidak bisa lari setelah melakukan ‘sembarang perbuatan dan tindakan’.

Dalam pandangan Islam, meyakini bahwa ada kuasa lain yang memberi kekuatan selain dari Allah bisa membawa kepada kekufuran. Akidah Islam menyatakan bahwa semua perkara yang berlaku adalah dengan kuasa dan kehendak Allah Subhanahu wata’ala. Jadi, setiap yang terjadi di alam ini semuanya adalah ketentuan dan kuasa dari Allah Subhanahu wata’ala.

Peredaran bulan dan bintang di atas paksinya adalah karena kehendak dan ketentuan Allah Subhanahu wata’ala. Tidak ada di alam ini yang terjadi dengan sendirinya secara alami. Konsep Karma yang ada dalam agama hindu jelas bertentangan dengan akidah Islam. Islam meyakini bahwa segala kejahatan yang dilakukan oleh manusia akan dibalas, baik di dunia mahupun di akhirat. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

البِرُّ لا يَبْلَى ، وَالِإثْمُ لَا يُنْسَى ،

وَالدَّيَّانُ لَا يَمُوتُ ، فَكُن كَمَا شِئتَ ،

كَمَا تَدِينُ تُدَانُ

Artinya:

Kebaikan tidak akan pudar, dosa tidak akan dilupa, al-Dayyan(Allah yang Maha Membalas segala amalan hambanya) tidak akan mati, maka sebagaimana yang kamu ingin, seperti itu pula kamu akan dibalas.

Meskipun status hadits ini adalah dhaif, namun ia boleh diamalkan dalam bab fadhail amal di samping maknanya adalah benar. Ungkapan yang masyhur di sisi ulama adalah “Balasan itu sesuai dengan apa yang dilakukan”. Perkataan ini diucapkan oleh banyak ulama, di antaranya Imam Ibn Katsir, Imam Ibn Qayim al-Jauziyah, dan Ibn Rajab al-Hambali.

Ada banyak hadits dan ayat al-Qur’an yang menyebut tentang perkara ini, antara lain,

المُسلِمُ أَخُو المُسلِمِ لا يَظلِمُهُ

وَلا يُسْلِمُه ، مَن كَانَ فِي حَاجَةِ

أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ ، وَمَن فَرَّجَ

عَن مُسلِمٍ كُربَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنهُ بِهَا

كُربَةً مِن كُرَبِ يَومِ القِيَامَةِ ، وَمَن

سَتَرَ مُسلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَومَ القِيَامَةِ

Artinya:

Seorang Muslim adalah saudara terhadap Muslim (yang lain), dia tidak boleh menganiaya dan tidak akan dianiaya oleh orang lain. Sesiapa yang melaksanakan hajat saudaranya, maka Allah SWT akan melaksanakan hajatnya. Sesiapa yang melapangkan kesusahan seseorang Muslim, maka Allah SWT akan melapangkan kesukarannya pada hari kiamat. Sesiapa yang menutupi aib seseorang Muslim, maka Allah SWT akan menutup aibnya pada hari kiamat (HR. al-Bukhari).

Ibn Rajab al-Hanbali ketika menerangkan makna hadis ini berkata, “Perkara ini merujuk kepada balasan mengikut kepada jenis amal. Terdapat banyak nas-nas yang menunjukkan kepada makna ini”.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada konsep karma dalam agama Islam. Setiap orang perlu meyakini bahawa setiap yang berlaku di dunia ini merupakan kehendak dan kuasa dari Allah.

Di dalam agama Islam, meyakini sebab dan akibat tanpa campur tangan kuasa Allah adalah suatu bentuk kekufuran. Umat Islam wajib meyakini setiap balasan yang baik maupun buruk adalah dari Allah Subhanahu wata’ala. Wallahu a’lam.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat dan penambah iman kita; kalau sekiranya bisa bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                  —ooOoo—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *