Kultum 575: Nikmatnya Melihat Allah Subhanahu Wata’ala

Nikmatnya Melihat Allah
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Ulama Ahlussunnah wal Jamaah telah sepakat bahwa melihat Allah Subhanahu waa’ala adalah suatu yang tidak mustahil dari sudut akal dan juga berdasarkan dalil-dalil sam’iy. Mereka juga sepakat bahwa orang-orang Mukmin akan melihat Allah Subhanahu wata’ala di akhirat kelak nanti.

Adapun pandangan sebahagian golongan Muktazilah, Khawarij, Jahmiyyah dan Murji’ah yang berpandangan bahwa Allah Subhanahu wata’ala tidak boleh dilihat di surga, hal itu merupakan dakwaan batil yang bertentangan dengan dalil al-Qur’an, al-Sunnah, dan ijma’ para sahabat Rodhiyallahu ‘anhum serta para salafussoleh (lihat: Syarh al-‘Aqidah al-Tohawiyyah oleh Imam Ibn Abi al-‘Izz hlm. 188; Syarh al-Nawawi ‘ala Muslim oleh al-Imam al-Nawawi 3/15; Syarh al-‘Aqa’id al-Nasafiyyah oleh Imam al-Taftazani hlm. 77-79 dan Majmu’ al-Fatawa Ibn Taimiyyah 3/389).

Satu dalil yang paling jelas lagi nyata ialah firman Allah Subhanahu wata’ala,

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ ﴿٢٢﴾

إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ ﴿٢٣﴾

Artinya:

Pada hari akhirat itu, muka (orang-orang beriman) berseri-seri; Melihat kepada Tuhannya (QS. al-Qiyamah, ayat 22 – 23).

Demikian juga dengan firman Allah Subhanahu wata’ala,

لِّلَّذِينَ أَحْسَنُواْ الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ

Artinya:

Untuk orang-orang yang berusaha menjadikan amalnya baik akan dikurniakan segala kebaikan serta satu tambahan yang mulia (QS. Yunus, ayat 26).

Diriwaytkan dari Suhaib Rodhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat surah Yunus ini, lalu bersabda,

إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ – قَالَ

يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى تُرِيدُونَ

شَيْئًا أَزِيدُكُمْ فَيَقُولُونَ أَلَمْ تُبَيِّضْ

وُجُوهَنَا أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ وَتُنَجِّنَا

مِنَ النَّارِ – قَالَ – فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ

فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ

مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ

Artinya:

Apabila seorang ahli surga memasuki surga, Allah Tabaraka wata’ala berfirman, “Apakah kamu ingin aku tambahkan lagi nikmat kepadamu?” Mereka menjawab, “Tidakkah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Tidakkah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatakan kami daripada api neraka?” Lalu Allah Subhanahu wata’ala membuka hijab (dan menampakkan diri-Nya, dan tidaklah mereka itu diberikan sesuatu yang lebih mereka cintai berbanding nikmat melihat Tuhan mereka Allah ‘Azza wa Jalla (HR. Muslim no. 181; dan Ibn Majah no. 187).

Allah Subhanahu wata’ala juga berfirman,

لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ

Artinya:

Mereka beroleh apa yang mereka kehendaki di situ, dan di sisi Kami ada lagi tambahan [limpah kurnia yang tidak terlintas di hati mereka] (QS. Qaf, ayat 35).

Imam al-Baihaqi meriwayatkan bahawa menurut Imam al-Syafi’e, ayat ini menjadi dalil bahawa  para wali Allah Subhanahu wata’ala akan melihat-Nya dalam keadaan Dia ridha kepada mereka (lihat: Ma’rifah al-Sunan wa al-Atsar 1/191). Selain itu, ada juga hadits riwayat Jarir bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhu,

كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم إِذْ نَظَرَ إِلَى

الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ قَالَ ‏إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ

رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ

لاَ تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ

Artinya:

Suatu hari kami duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan Baginda melihat kepada bulan pada malam bulan mengambang lalu bersabda, “Kalian akan melihat Tuhan kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini, dan kalian tidak akan mempunyai masalah untuk melihat-Nya (HR. al-Bukhari no. 7434, dan Muslim no. 633).

Begitu juga dengan hadits riwayat Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ketahuilah, bahwa tiada seorangpun dari kalian yang akan melihat Tuhannya sehingga setelah dia meninggal dunia” (HR. Muslim no. 2930). Nikmat melihat Allah Subhanahu wata’ala ini menurut beliau merupakan sebesar-besar kelazatan (al-lazzah al-kubra) yang akan menyebabkan sekalian ahli surga lupa kepada nikmat-nikmat yang lain.

Oleh kerana itu beliau menyeru kepada sekalian Muslimin untuk menjadikan nikmat melihat Allah Subhanahu wata’ala ini sebagai dorongan utama untuk memasuki surga. Nikmat melihat Allah Subhanahu wata’ala ini merupakan sebesar-besar nikmat dibanding nikmat-nikmat material yang lain. Bagaimana rupa dan bentuk Allah Subhanahu wata’ala, itu merupakan perkara ghaib dan cukuplah dengan keyakinan bahwa “Allah Subhanahu wata’ala tidak serupa dengan suatu apapun, yakni  لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ tiada suatupun serupa dan sebanding dengan-Nya”. Allahu ya’lam.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat dan penambah iman, dan kalau sekiranya bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                  —ooOoo—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *