Ketua IPW Neta S Pane Ungkap Susi Pudjiastuti Masih Keturunan Majapahit

Ketua IPW Neta S Pane Ungkap Susi Pudjiastuti Masih Keturunan Majapahit
Susi Pudjiastuti
Hajinews – Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane, mengungkapkan asal-usul , Susi Pudjiastuti yang masih memiliki garis keturunan Majapahit.

Hal itu Neta S Pane sampaikan melalui akun Instagram miliknya pada Senin (22/2/2021), ketika mengunjungi kediaman Susi.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Saat masih hidup Bos Jaya Grup, Ciputra, pernah penasaran dengan asal usul Susi Pudjiastuti. Sehingga Ciputra meminta anak buahnya menelusuri asal usul nenek moyang Susi dan meminta anak buahnya menuliskannya. Namun hingga Ciputra meninggal, perintah bos Jaya Grup itu tidak jelas nasibnya,” cerita @habibneta seperti dikutip Suara.com pada Kamis (25/2/2021).

Tak hanya bos Ciputra, Neta S Pane mengaku penasaran dengan kisah hidup Susi Pudjiastuti yang mampu membangun kerajaan bisnis dari kota kecil, yakni Pangandaran, Jawa Barat.

Tak hanya Ciputra, aye juga penasaran dengan kisah hidup Susi, perempuan dengan pendidikan terbatas mampu membangun kerajaan bisnis dari kota kecil Pangandaran,” kata Neta.

Dengan keterbatasan pendidikan, Susi Pudjiastuti kini mampu memiliki 52 pesawat dan dua helikopter. Tak hanya itu Neta S Pane turut menjelaskan bahwa Susi memiliki puluhan kapal ikan dan pabrik industri perikanan, serta puluhan bus, hotel, dan areal wisata lainnya.

Lantas, Neta S Pane mulai menelusuri asal-usul sosok Susi Pudjiastuti. Ia menemukan bahwa kakek moyang pemilik perusahaan Susi Air itu adalah keturunan Majapahit.

Ia lalu menjelaskan garis keturunan Susi yang masih berhubungan dengan peristiwa Perang Bubat.

Siapakah Susi? Kakek moyang ibunya keturunan Majapahit. Setelah usai Perang Bubat, kakek moyang ibunya yang tentara Majapahit tidak pulang ke Majapahit tapi kabur ke kawasan Pangandaran dan menetap di sana. Sedangkan kakek moyang bapaknya berasal dari Persia yang datang ke kawasan Banyumas. Setelah lama menetap disana, sebagian keturunannya bergeser ke Pangandaran dan menetap disana, termasuk bapaknya,” terang Neta.

Neta S Pane menuturkan, setelah lama menatap di Pangandaran, bapak Susi Pudjiastuti mulai aktif mengembangkan Muhammadiyah sambil berprofesi sebagai kontraktor. Namun, usaha bapak Susi selalu bangkrut.

Menurut Neta S Pane, sejak kecil Susi selalu dibelikan bapaknya buku-buku bertema sosial, politik, ekonomi dan lain-lainya. Akibatnya, saat zaman Presiden Soeharto Susi Pudjiastuti sempat ditangkap Laksus (pelaksana khusus) Jawa Barat karena mengkampanyekan golput.

Setelah mengetahui asal-usul Susi Pudjiastuti yang masih keturunan Majapahit, Neta S Pane juga menanyakan perihal pendidikan Susi.

Sebenarnya Bu Susi, tamat enggak sih SMP?,” tanya Neta.

Saya sempat bersekolah di SMA 1 Jogja. Tapi gegara jatuh saat bermain dan saya sakit, saya tidak bisa masuk sekolah. Setelah sembuh saya malas bersekolah lagi. Bapak saya marah besar. Teman teman saya satu SMA banyak yang jadi pejabat sekarang ini,” terang Susi.

Selain itu, Susi Pudjiastuti turut menceritakan awal dirinya menapaki karir berbisnis yang bermula ketika dirinya berjualan ikan di Pangandaran setelah tidak bersekolah lagi.

Bisnisnya itu pun berkembang pesat. Hingga suatu hari ketika banyaknya permintaan ikan-ikan segar dari dalam dan luar negeri, Susi lantas berpikir harus memiliki pesawat. Ia pun langsung membeli satu pesawat secara tunai.

Awalnya, setelah tidak bersekolah saya jualan ikan di Pangandaran. Usaha ini terus berkembang karena banyak permintaan dari dalam dan luar negeri. Saya lalu berpikir harus punya pesawat agar ikan ikan segar itu bisa cepat di antar. Awalnya punya satu. Belinya kes. Lalu tambah satu lagi,” ungkap Susi pada Nate S Pane.

Susi Pudjiastuti menuturkan saat pesawat keduanya ia beli, terjadi tsunami di Aceh. Pada waktu itu juga, ia langsung menerbangkan pesawatnya dengan membawa bantuan dan uang.

Hal itu lantas membuat Susi, menjadi orang pertama yang mendaratkan pesawat beberapa hari setelah tsunami Aceh.

Saat saya punya dua pesawat terjadi tsunami Aceh. Saat itu saya berpikir, saya harus kesana membawa bantuan. Saya menjadi orang pertama yang mendaratkan pesawat beberapa hari setelah tsunami Aceh,” ungkap Susi.

Saya mendarat di Meulaboh. Semua uang saya Rp 450 juta dan berikut bantuan saya bawa ke Aceh. Lalu pesawat kedua juga tiba di Meulaboh. Saya tinggal di Aceh dua bulan lebih. Membantu korban tsunami,” lanjutnya.

Namun sepulangnya dari Aceh, Susi Pudjiastuti malah mendapat uang yang begitu banyak, lantaran menyewakan dua pesawatnya pada orang asing untuk datang ke Aceh.

Karena sisa uang masih banyak, akhirnya Susi membangun Masjid Raya Pangandaran yang ada di depan rumahnya. Kemudian sisa uang lainnya ia pakai untuk pergi ke Singapura membeli pesawat baru.

Pulang dari Aceh, saya mendapat uang banyak karena dua pesawat saya disewa orang orang asing yang datang ke Aceh. Setelah membantu korban tsunami, sisa uangnya masih banyak. Lalu saya membangun Mesjid Raya Pangandaran yang berada di depan rumah saya. Karena sisa uangnya masih banyak, saya ke Singapura membeli satu pesawat baru. Bayarnya kes dan pakai uang receh berkoper-koper,” terangnya.

Sumber: suara

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *