MEMBAHAGIAKAN IBU

MEMBAHAGIAKAN IBU
ilustrasi: mother/unsplash

Hajinews – “Mah, ada nenek datang.” Suara anakku terdengar sampai ke dapur.

“Mampus dah gue, mertua datang aku nggak punya apa-apa, beras habis, kulkas kosong, apa yang akan aku katakan padanya.”

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Saat suamiku masih bekerja aku selalu mengiriminya uang pun saat suamiku dipecat saat pandemi aku tetap mengiriminya uang hasil aku jualan dagangan orang lain dan hasil ngojek suamiku, agar dia tidak tahu anaknya sedang susah.

Biarlah ibu mertuaku tahunya kami hidup enak terus.

“Eh ibu, mari masuk, Bu?” aku bawakan tasnya ke dalam kamar setelah aku salim.

Anakku pun salim dan langsung mengajak neneknya bermain di depan.

Sepertinya mertuaku akan menginap lama, karena tas yang dibawa agak banyak.

“Sebentar ya, Bu, Nisa bikinin minum dulu.”
Saat itulah kesempatan aku lari ke warung.

“Teteh mau ngebon dulu ya, nanti saya bayar kalau mas Wawan udah pulang.”

“Iya, Mbak selow aja.”

Untung teteh warungnya orangnya baik banget. Aku ngebon beras, minyak, gula, teh, kopi.

“Teh, nanti yang ambil mas Wawan ya, saya nitip dulu.”

“Siap Mbak.”

Tak lupa aku kirim pesan ke mas Wawan.

[Mas, nanti ambil belanjaan di warung Teh Murni, aku ngebon dulu, ibu kamu datang, sebelum pulang copot dulu jaket ngojek kamu ya, pura-pura kamu pulang kerja terus habis belanja juga]

Ok

Aku lalu pulang lewat pintu belakang dan membuat minum untuk my ibu mertuaku, aku gorengin pisang kebetulan kemarin dikasih sama yang punya kontrakan.

“Ayo, Bu diminum dulu sama goreng pisang mumpung anget.”

“Iya, gimana keadaan kalian? Ibu mau nginep di sini seminggu boleh ya? Lagi jenuh di rumah.”
“Iya boleh, Bu.”

Itu artinya aku sama mas Wawan harus acting selama seminggu.

“Wawan belum pulang kerja?”

“Sebentar lagi, Bu, tuh dia.”

Mas Wawan pulang dengan membawa belanjaan yang tadi aku bon di warung, dia juga membeli soto ayam Sokaraja kesukaan ibu mertua dan tentunya pulang tanpa jaket ojek.

Ibu mertua tampak bangga banget melihat anaknya pulang kerja membawa belanjaan. Sementara aku sibuk whatsApp teman untuk meminjam uang, karena seminggu di rumah artinya aku harus punya stok uang yang banyak.

Alhamdulillah aku dapat pinjaman dari ibu kontrakan. Sebenarnya bukan pinjaman tetapi aku mengambil lagi uang yang udah aku bayarkan untuk kontrakan sebulan separuh. Aku janji akan menggantinya setelah aku dapat komisi dagangan orang.

Selama seminggu mas Wawan selalu berangkat dengan baju rapih dan pulang saat jam kantor juga pulang, agar ibu tidak curiga.

Aku pun masak makanan yang enak-enak agar ibu tahu anaknya tak susah di rantauan.

“Enak nih kalau ada nenek, makannya enak-enak mulu!” ujar anakku polos.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *