Mata Mata China

banner 400x400

Oleh:

M Rizal Fadillah

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Pemerhati Politik

PEMBELOTAN mata mata China atau Tiongkok di Australia Wang “William” Liqiang yang membeberkan peran Pemerintah Komunis China di Taiwan, Hongkong dan Australia telah membuka mata dunia betapa telah merajalelanya “kepentingan China” di berbagai belahan dunia.

Australia saja berhasil ditembus. Pembelotan Wang Liqiang adalah berkah dari kewaspadaan dan musibah dari misi jahat ikut campurnya Pemerintah China di berbagai negara dunia. Intelijen China termasuk yang apik dan sukses melaksanakan tugas intelijen saat ini.

Australia juga sedang melakukan investigasi kemungkinan penyusupan aksi spionase di parlemen. Bo “Nick” Zhao dicurigai. Sementara dua mata mata China di Perancis ditangkap. Keduanya eks agen DGSE yang dibeli oleh China.

Di AS Jerry Chun Shing Lee dihukum 19 tahun atas kejahatan mata mata. FBI tengah menyelidiki puluhan orang yang dicurigai sebagai agen dan mata mata China.

Jika di negara seperti Australia, Perancis, dan Amerika saja begitu berani agen agen Cina berkeliaran, apalagi di Indonesia yang “lebih familier” saat ini. Nampaknya akan lebih mudah menyebarkan spion. Bukan saja daya tangkal kita yang lemah, bahkan tampak sangat “welcome”.

Proyek OBOR China yang disambut gembira dan disiapkan lahan di berbagai bagian strategis pulau nusantara Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan, lalu investasi China yang berbarengan dengan “ekspor” tenaga kerja China, pabrik China jadi kerajaan kecil yang memperbudak pribumi,

Pejabat Partai Komunis China yang berpelukan di Istana, kerjasama “perkaderan” beberapa Partai Politik besar di Indonesia dengan Partai Komunis China, telah menunjukkan bahwa situasi rawan. Darurat China.

Luar biasa  nafsunya penguasa untuk memindahkan ibukota negara ke Kalimantan. Hal ini bisa menjadi pintu kerawanan baru. Proyek yang dikerjakan adalah momen kedatangan resmi dan tidak resmi tenaga kerja China. Boncengan spionase mesti diwaspadai. Kalimantan sangat strategis untuk diolah menjadi “New Singapore” jika tidak diantisipasi lebih dini. Kita yakin Jokowi bukan agen, akan tetapi agen agen bisa berupaya mendekat pada Jokowi.

BIN, BAIS, Badan Intelijen Polri atau lainnya mesti meningkatkan kewaspadaan akan bahaya besar Negara ke depan. Kita sulit memperlakukan agen agen China seperti Australia. Kemampuan kontra intelijen, uang, atau perlindungan sulit untuk menciptakan pembelot. Karenanya kembali kepada kemauan, kemampuan, dan keberanian kita sendiri sebagai pokok untuk menangkalnya.

Mata mata China memang sipit akan tetapi bisa membuat melotot atau terbelalak pengusaha, pejabat, dan warga. Kekuatan uang yang dibantu taipan bisa menjadi luar biasa. Jumlah orang keturunan China di Indonesia sangat besar.

Tanpa pengendalian kebijakan atau peraturan maka mata mata China akan merajalela. “Early warning system” harus dipasang dengan sinyal kuat. Moga para penyelenggara negara tidak mudah tergoda. Jangan jual atau gadaikan Negara. Mari kita buat aturan untuk menghukum berat para pengkianat. (*)

Bandung, 31 Desember 2019

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *