Trump Siapkan Senjata US$ 2 Triliun, Siap Gempur Iran Termasuk Situs Budaya

Presiden AS Donald Trump. (theolivepress)
banner 400x400

JAKARTA, hajinews.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump melontarkan sesumbar tak takut menghadapi ancaman Iran yang akan melancarkan serangan setelah AS membunuh Mayor Jenderal Qasem Soleimani. Bahkan Trump mengancam bakal menghancurkan 52 target di Iran dengan disokong dana yang sangat besar.

“AS baru menghabiskan anggaran US$ 2 triliun untuk peralatan militer. Kekuatan kami terbesar dan terbaik sedunia,” kata Trump via Twitter. Nominal tersebut setara dengan 10 persen Pendapatan Domestik Bruto AS.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Jika Iran menyerang pangkalan Amerika, atau warga Amerika, kami akan gempur mereka dengan senjata canggih ini. Tanpa keraguan!,” lanjut Trump sesumbar.

Dalam rentetan komentar di Twitter, Sabtu (4/1/2020), Trump mengancam 52 target di Iran bakal dihujani rudal, termasuk situs budaya. Angka 52 menyimbolkan jumlah warga negara AS yang disandera lebih dari setahun dalam insiden pendudukan Kedubes AS di Teheran pada akhir 1979.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif meningatkan Trump bahwa menghancurkan situs budaya adalah kejahatan perang dan melanggar hukum internasional.

Sementara itu, Mayor Jenderal Abdolrahim Mousavi, Panglima Angkatan Darat Iran, meragukan keberanian Trump untuk “memicu konflik terbuka”.

Sejauh ini kekhawatiran akan terjadinya “Perang Dunia 3” membayang di kalangan warganet, khususnya di AS dan negara-negara sekutunya. Inggris mengumumkan bakal memberikan pengawalan militer untuk kapal minyak di perairan Teluk. Bahkan, Arab Saudi menyatakan secara terbuka bahwa pihaknya tidak mendapat informasi terkait pembunuhan Soleimani. Mereka tidak mau jadi sasaran murka Iran.

Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, yang menelepon PM Irak Adel Abdel Mahdi, Ahad (5/1/2020), menegaskan “perlunya upaya bersama demi meredakan gejolak dan ketegangan di kawasan”. Riyadh merupakan rival abadi Teheran di kawasan. Negara ini paling rentan mendapat serangan pertama dari Iran.

Rencana pembalasan Iran diprediksi tidak akan berbentuk agresi militer skala besar. Dendam itu pasti dibalaskan, tapi melalui proksi-proksi pendukung Iran yang tersebar di sejumlah kawasan Teluk: Suriah, Irak, Libanon, dan Yaman.

Kelompok Houthi di Yaman menyiratkan taktik tersebut. Militan ini berperang lima tahun menghadapi Saudi. “Agresi Amerika tidak akan dibiarkan tanpa tanggapan,” kata anggota dewan politik Houthi Mohammed Al-Bukhaiti. “Bagaimana respons kami, di mana dan kapan, akan ditentukan oleh Irak dan Iran. Kami berdiri bersama mereka sebagai organ perlawanan.”

 

Selain membalas dengan kekuatan militer, Iran bisa pula menempuh opsi lain, yaitu menutup Selat Hormuz. Perairan strategis ini merupakan jalur peredaran sepertiga konsumsi gas dan seperempat konsumsi minyak dunia.

Mayor Jenderal Qasem Soleimani tewas dalam serangan AS di Baghdad.  Nahas menghampiri di Bandara Internasional Baghdad, Jumat (3/1/2020) dini hari waktu setempat. Begitu turun dari pesawat, kendaraan yang dinaikinya diserang drone AS. Soleimani (62) tewas bersama komandan paramiliter Irak Abu Mahdi al-Muhandis, yang menjemput kedatangannya.

Soleimani dianggap pahlawan Perang Iran-Irak (1980-1988). Ia juga memimpin operasi penumpasan “Negara Islam (IS)” di Irak dan sekitarnya sebagai Komandan Pasukan Quds dari Korps Garda Revolusi Iran.

Pembunuhan itu dilakukan atas perintah Presiden Trump. Alasannya, Soleimani tengah merencanakan “serangan pasti” menyasar diplomat dan tentara AS di Irak.

Argumen tersebut dianggap mengada-ada. Parlemen Irak bersidang, Ahad (5/1/2020), untuk memutuskan mengusir atau tidak sekitar 5.200 tentara AS di Irak. Beberapa jam setelah Soleimani dikabarkan “mati syahid”, kelompok pro-Iran menembakkan roket dekat Kedutaan Besar AS di Baghdad dan pangkalan udara yang menjadi markas tentara Amerika.

Jenderal Gholamali Abuhamzeh, komandan Garda untuk Provinsi Kerman, menyatakan sekitar 35 “target vital Amerika” berada dalam “jangkauan kami”. Ini mencakup kapal perang dan kapal perusak dekat Teluk Persia dan Tel Aviv. Presiden Hassan Rouhani secara pribadi mengatakan kepada putri Soleimani bahwa Iran akan “membalas darah sang jenderal yang tertumpah”. (rah/berbagai sumber)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *