Gus Miftah: Adam Tercipta dari Tanah, Hikmahnya Agar Manusia Belajar Mengalah

Gus Miftah: Adam Tercipta dari Tanah, Hikmahnya Agar Manusia Belajar Mengalah
Gus Miftah
HajinewsNabi Adam AS adalah manusia pertama di dunia yang tercipta dari tanah. Tanah dalam bahasa Arab yakni dari kata ardlun. Kata ini memiliki asal kata yang sama dengan ridha. Hikmahnya adalah agar manusia belajar dari sifat tanah yang selalu mengalah.

Hal demikian disampaikan KH Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah) saat memberi mauidzah hasanah pernikahan pasangan selebriti Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah di Jakarta, Sabtu (3/4/2021) lalu.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Tanah kalau diinjak tidak pernah berontak. Ia dikencingi tidak pernah emosi. Namun, didiamkan saja tanah semakin lama harganya kian mahal,” ujar Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji Sleman ini.

Sementara itu, Hawa, perempuan pertama di dunia, tercipta dari tulang rusuk bagian kiri Nabi Adam yang posisinya dekat dengan jantung dan hati. Karena, pada dasarnya wanita suka disayangi dan dicintai.

“Allah tidak menciptakan wanita dari tulang kaki agar tidak diinjak-injak. Tidak juga diciptakan dari tulang kepala agar wanita tidak menginjak-injak lelaki,” jelas Gus Miftah.

Menurut Gus Miftah, setiap pasangan harus bisa memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing. Setiap pasangan tidak boleh memaksa pasangannya untuk sempurna dan tidak memiliki kesalahan seperti malaikat.

“Pasangan kita bukan malaikat. Pasangan kita bukan setan. Pasangan kita bukan hewan. Artinya, tetaplah menjadi manusia yang kadang benar, kadang salah. Ketika ada kesalahan, kita mampu untuk memaafkan,” jelasnya.

“Memaafkan memang tidak menghapus masa lalu, tapi pasti memperindah masa depan. Kalau ada orang mengatakan, ‘Gus Miftah, kalau orang memang seperti tanah, kenapa banyak orang suka marah-marah, enggak bisa menerima kesalahan kita?’ Orang yang suka marah-marah, tetap saja dia terbuat dari tanah, namun barangkali tanah sengketa,” sahutnya.

Pria kelahiran Lampung, 5 Agustus 1981 ini mengingatkan kepada para suami untuk senantiasa memuliakan istri. Karena tidaklah seorang lelaki memuliakan perempuan kecuali ia merupakan pribadi yang mulia. Sebaliknya, tidaklah seorang lelaki yang menghinakan perempuan kecuali dirinya juga orang yang terhina.

Sementara untuk para istri, Gus Miftah berpesan bahwa lelaki adalah pemimpin atau imam bagi perempuan. “Suami yang baik akan mendengarkan pendapat istrinya. Istri yang baik mendapatkan banyak pendapatan dari suaminya,” katanya disambut senyum yang hadir.

Gus Miftah pun menjabarkan kepanjangan dari kata ‘istri’ yakni istana tempat ridha ilahi dan ‘suami’ yakni surga untuk anak maupun istri. Oleh karenanya, ia berpesan untuk tidak mencari pasangan yang sempurna, tapi untuk senantiasa menerima pasangan dengan sempurna.

“Lebih baik memilih pasangan yang sederhana namun menyenangkan, daripada terlihat sempurna tapi menyusahkan,” tegas Gus Miftah.

“Nikah itu senang, tapi jangan senang menikah,” pungkas kiai muda NU yang memiliki selera humor tinggi ini.

Menjelang akhir nasihatnya, Gus Miftah mengingatkan Atta dan Aurel untuk tak mencari-cari kesempurnaan dari pasangannya, tetapi mencintainya secara sempurna.

Sumber: gomuslim

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *