Palestina Hanya Bisa Dibebaskan Dengan Khilafah

Palestina Hanya Bisa Dibebaskan Dengan Khilafah
Palestina Hanya Bisa Dibebaskan Dengan Khilafah. foto/ilustrasi

Oleh : Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik

“Selama aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah.”

Bacaan Lainnya
banner 400x400

[Sultan Abdul Hamid II, Khalifah terakhir Kaum Muslimin]

Hajinews – Sejarah pendudukan Zionis Yahudi Israel di Palestina, tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Khilafah. Sepanjang Khilafah masih ada, Khalifah selaku imam sekaligus junnah (perisai) kaum muslimin, selalu menjaga kehormatan Tanah Palestina yang berstatus tanah Kharajiyah.

Syam (termasuk di dalamnya Palestina) pertama kali dibebaskan oleh pasukan jihad kaum muslimin pada era Khalifah Umar bin Khattab RA. Pada tahun 637 M, pasukan jihad yang dipimpin oleh panglima Islam Khalid bin Walid membebaskan Palestina dan menjadikannya wilayah Daulah Khilafah, dengan pusat pemerintahan di Madinah.

Asal muasal entitas najis Yahudi Israel, bermula pada 1896 dimana Theodor Herzl (tokoh zionis) menemui Sultan Abdul Hamid II, Khalifah Turki Usmani, meminta izin mendirikan gedung di al-Quds. Permohonan itu ditolak Sultan dengan penolakan tegas.

Kaum Yahudi kemudian melakukan usaha selanjutnya, yaitu dengan menggelar konferensi Basel di Swiss pada 29-31 Agustus 1897 dalam rangka merumuskan strategi baru menghancurkan Kesultanan Turki Usmani.

Karena gencarnya aktivitas Zionis Yahudi, akhirnya pada 1900 Sultan Abdul Hamid II mengeluarkan keputusan pelarangan atas rombongan peziarah Yahudi di Palestina untuk tinggal di sana lebih dari tiga bulan. Paspor Yahudi harus diserahkan kepada petugas khilafah terkait. Dan, pada 1901 Sultan mengeluarkan keputusan mengharamkan penjualan tanah kepada Yahudi di Palestina.

Pada tahun 1902 tanpa rasa malu Herzl untuk kesekian kalinya menghadap Sultan Abdul Hamid II. Kedatangan Herzl kali ini untuk menyogok orang nomor satu kekhalifahan Islam tersebut. Di antara sogokan yang disodorkan Herzl adalah uang sebesar 150 juta poundsterling khusus untuk Sultan; membayar semua utang Pemerintah Usmaniyah yang mencapai 33 juta poundsterling; membangun kapal induk untuk pemerintah dengan biaya 120 juta frank; memberi pinjaman 5 juta poundsterling tanpa bunga; dan membangun Universitas Usmaniyyah di Palestina.

Namun, kesemuanya ditolak Sultan. Bahkan, Sultan tidak mau menemui Herzl dan hanya diwakilkan kepada Tahsin Basya, perdana menterinya, sambil mengirim pesan, menasihati Herzl agar jangan meneruskan rencananya.

Kata-kata Sultan yang terkenal adalah :

“Selama aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah.”

Sultan tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah (Palestina) karena ia bukan milik Sultan, melainkan Tanah Kharajiyah milik seluruh kaum muslimin. Palestina adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan Palestina. Mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Yahudi dipersilahkan menyimpan harta mereka. Jika suatu saat kekhilafahan Turki Usmani runtuh, kemungkinan besar mereka akan bisa mengambil Palestina tanpa membayar harganya.

Benar saja kata Sultan, setelah Daulah Khilafah Turki Utsmani berhasil diruntuhkan oleh Agen Inggris Mustofa Kemal Laknatullah pada tahun 1924 M, tidak berselang lama yakni Pada tahun 1947, atas dukungan penuh PBB berdirilah entitas najis negara Israel di tanah Palestina.

Tepatnya pada tanggal 14 Mei 1948, Israel memproklamasikan entitas Negara Yahudi di tanah suci Palestina, tanah kaum muslimin. Sejak saat itulah, Israel yang sengaja dipelihara Amerika menjalankan fungsi sebagai ‘kangker ganas’ yang terus-menerus menzalimi kaum muslimin di Palestina, dan menciptakan ketegangan di wilayah Arab.

Sejak bercokolnya entitas najis Yahudi Israel, dimulailah petaka dan bencana bagi kaum muslimin di Palestina. Serangan demi serangan terjadi, sementara Negara-negara Arab terus menerus menunjukkan pengkhianatanya dengan membiarkan pembantaian terus terjadi. Perang Arab selama enam hari terhadap Israel yang basa-basi, hanya dijadikan dalih untuk tidak menggangu kebengisan Israel. Seolah, zionis Israel negara tak terkalahkan.

Dan…

Hari ini, setiap tahun khususnya setiap Ramadhan, Israel sengaja menyakiti kaum muslimin dengan melakukan penyerangan terhadap Palestina. Kaum zionis Israel, lebih mendapatkan kepuasan menzalimi saudara muslim di Palestina, saat mereka sedang khusuk menjalankan ibadah puasa.

Dan..

lagi-lagi negara-negara Arab dan dunia Islam, hanya mampu mengumpat dan mengeluarkan kecaman terhadap Israel. Tak ada satu tentara atau satu peluru yang dimuntahkan, untuk menghukum kebiadaban Israel.

Arab Saudi, menggunakan pesawat tempurnya justru untuk membombardir Saudara muslim di Yaman, bukan Israel. Iran, lebih membiarkan Amerika membantai kaum muslimin di Irak, asal tidak menyentuh batu-batu di Karbala. Turki, juga lebih asyik menggunakan pidato agitasi, ketimbang mengirimkan pasukan keturunan Muhammad al Fatih untuk menyerang Israel.

Hanya Hamas dan sejumlah milisi Islam, yang memberikan perlawanan fisik kepada Israel. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa solusi untuk Palestina hanya dengan Khilafah.

Ketika khilafah tegak kembali, Khalifah akan menjadi junnah (pelindung) dengan mengirimkan tentara kaum muslimin untuk menutup mulut busuk Israel, mengusirnya, dan menghapus Israel dari peta dunia. Karena Khilafah, memang didesain sebagai negara kaum muslimin, bukan negara dari bangsa tertentu.

Wahai kaum muslimin, segera tolong Palestina dengan segera menegakkan Khilafah. Selanjutnya, Khalifah akan memimpin jihad akbar untuk membebaskan Palestina, untuk yang kedua kalinya, setelah yang pertama kali dibebaskan oleh Khalid bin Walid pada era Khalifah Umar bin Khattab RA.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *