Jika Ingin Rizkinya Mudah, Rajin Bersilaturahmi  

SM/dok DI MASJID RAYA BAITURRAHMAN: Ketua Umum MUI Jateng Dr KH Ahmad Darodji MSi berbincang-bincang dengan dai kondang KH Doery Asyhari usai menjadi Khatib Shalat Idulfitri 1 Syawal 1442H di Masjid Raya Baiturrahman, Simpanglima Semarang, Kamis (13/5).
banner 400x400

Hajinews — Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Tengah Dr KH Ahmad Darodji MSi mengatakan, siapa saja yang ingin rizkinya luas, mudah dan banyak disarankan untuk lebih rajin bersilaturahmi.

‘’Nabi Muhammad Saw. bersabda yang artinya: Barang siapa senang dijembarkan rizkinya dan dipanjangkan usianya, hendaknya dia menyambung persaudaraan (silaturahim)”, tegas Kiai Darodji dalam khotbah Idulfitri 1 Syawal 1442H di Masjid Raya Baiturrahman, Simpanglima Semarang, Kamis (13/5).

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Ketua Takmir Masjid Raya Baiturrahman, Dr Multazam Ahmad menjelaskan, Shalat Idulfitri di masjidnya dilakukan dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Sebagai imam KH Zainuri Ahmad AlHafidz sedang khatib Dr KH Ahmad Darodji MSi. ‘’Saf kami buat renggang, jamaah membawa sajadah atau alas shalat dari rumah masing-masing. Kami juga menyediakan handsanitizer,’’ katanya.

Menurut Kiai Darodji, nampaknya Ramadan tahun ini harus diperpanjang. ‘’Memang kita tidak lagi berpuasa sepanjang bulan. Memang kita tidak lagi harus tarawih tiap malam. Memang kita tidak harus membayar zakat fitrah di akhir bulan. Tetapi kita masih harus melawan nafsu atau keinginan kita untuk menjadikan kehidupan kita sebagai kehidupan normal sebelum Gusti Allah Swt mencoba keimanan kita dengan makhluk yang bernama Virus Corona, atau Covid-19 ini,’’ katanya.

 

Halal bihalal

Menurut Kiai Darodji, setiap tahun umat Islam diajari memperbanyak silaturahim yang pada akhir Ramadan dan awal Syawal diistilahkan dengan mudik.

‘’Silaturahim itu sudah selalu disampaikan kepada kita. Sebagai manusia, wajar sekali kalau kita merindukan berkumpul dengan anak cucu seperti dulu-dulu lagi. Ada sungkeman, ada saling memaafkan, halal bihalal  dan sedikit pesta. Terasa sekali keceriaan dalam kebersamaan itu. Namun saat ini kita harus menahan diri dahulu untuk tidak bersilaturahim seperti biasa. Kita harus menahan diri dulu untuk berhalal bihalal seperti biasanya. Itu semuanya adalah demi tujuan yang jauh lebih besar yaitu keselamatan kita semua,’’ tegasnya.

“Dikatakan, pemerintah telah membuat larangan mudik. Kita tahu bahwa larangan mudik itu bertujuan menyelamatkan bangsa Indonesia, menyelamatkan keluarga kita yang akan mudik itu dan saudara – saudara kita yang lain. Mari kita terima ini dengan keikhlasan penuh. Kita tidak ingin peristiwa tragis yang menimpa saudara-saudara kita di India juga menimpa kita. Dikabarkan di sana setiap 4 menit ada yang meninggal. Rumah sakit, dokter dan perawat sudah kewalahan menerima pasien. Krematorium atau tempat pembakaran jenazah juga sudah kewalahan. Bahkan konon harga oksigen untuk membantu pernafasan lebih mahal dari harga emas. Kita tidak ingin hal itu terjadi. Karena itu mari kita taati larangan mudik yang telah dibuat oleh pemerintah itu. Juga seterusnya selama wabah pandemi itu masih ada hendaknya kita selalu patuhi protokol kesehatan,’’ tegas Kiai Darodji.

Di Masjid Al-Hidayah, Jalan Musi IIA, Kelurahan Bugangan, Semarang Timur, Seketaris MUI Jateng Agus Fathuddin Yusuf menyampaikan khotbah Id berjudul ‘’Memperkuat silaturahim di era3 digital.”

Dalam khotbahnya, dosen Fisip Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang itu mengatakan, di era teknologi saat ini, interaksi dan pergaulan manusia modern tidak hanya dilakukan dalam bentuk kontak fisik semata. Dengan berbagai penemuan canggih yang terus berkembang, manusia bisa melakukan kontak dalam bentuk digital. Saat ini manusia hidup dalam dua dunia, yakni dunia nyata dan dunia maya.

‘’Interaksi di dunia nyata saat ini sudah mulai tergerus dengan interaksi di dunia maya. Dengan mudah ditemui ketika ada dua orang atau lebih berkumpul, mereka asik dengan handponenya masing-masing, berselancar di media sosial atau pun sekedar bermain game. Yang dekat dijauhkan, yang jauh didekatkan. Itulah fenomena zaman sekarang. Jika pun mereka sempat berkomunikasi secara langsung dengan orang di sampingnya, hal itu biasanya terjadi dalam hitungan waktu yang tidak lama. Setelah itu mereka kembali memegang handphone nya asik dengan dunianya,’’ kata wartawan Harian Suara Merdeka Semarang itu.

Menurut Agus, fenomena itu mengarah kepada situasi manusia yang sudah mulai acuh terhadap kondisi lingkungannya karena dimanjakan dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. ‘’Kondisi ini tentu tidak kita inginkan terjadi pada momentum lebaran saat ini. Akan tidak menyenangkan jika kita menikmati lebaran, berkumpul di ruang tamu dengan keluarga dan saudara namun melewatkannya begitu saja dengan sibuk bermain HP sendiri-sendiri,’’ katanya. (Ingeu/B13-)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *