Hajinews.id – Akan selalu ada ganti. Ramadan usai. Dan syawal pun menempati posisi. Dan dengan puasa sebagai amal inti. Untuk tetap terjaga pengabdian kepada Ilahi Robbi.
Tilawah masih terus dimalam dan siang mengisi. Hanya yang berbeda takaran porsi. Masing-masing ada jatahnya mengisi. Hamba Allah tetap terjaga dalam ketaatan setiap hari.
Tak terkecuali. Amalan sedekah yang mengikuti. Ramadan ada sedekah takjil dan sahur yang mendominasi. Kemudian di syawal ada sedekah sillaturrahim dengan segala hidangan yang diminati.
Sillaturrahim, nampak sebuah tradisi. Tersambungnya hubungan kekerabatan dari dini. Padahal sesungguhnya didalamnya memetik buah yang menjadi janji. Tak semata hikmah tradisi yang mendominasi.
Bertambah panjang usia dan rezeki.
Bertambahnya saudara jadi mengerti. Kerabat yang kesusahan mendapat solusi. Keterpurukan tak dirasakan sendirii. Ada banyak tangan tengadah dalam do’a menanda begitu dalam kekerabatan menjiwai.
Kalaulah sillaturrahim, bukan sesuatu yang penting dihati. Tak mungkin setiap jumat diulang di khutbah berkali-kali. Pertanda sesuatu yang penting untuk dirawat setiap pribadi.
Menjaga syariat bukan hanya menjaga perintah yang menjadi intruksi. Tapi juga menjaga kehidupan terkendali.