Tergerus Era Digital, Pasar Palasari Bandung, Nasibmu Kini

banner 400x400

Hajinews — Sejak Pandemi, hiruk pikuk penjual buku di Pasar Palasari, Kota Bandung, tidak terdengar lagi.

Sudah hampir dua tahun sejak pandemi, para penjual tidak bisa berdiam diri. Mereka menyiasatinya dengan menjual buku secara online di aplikasi e-commerce.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Ketika menyambangi kompleks toko buku yang berada di Pasar Palasari, banyak toko buku yang menutup lapak dagangannya. Hanya sedikit lampu yang menyala untuk menerangi beberapa toko yang masih buka.

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang sampai saat ini masih diterapkan, tentunya memiliki dampak besar bagi sektor bisnis ini.

“Jauh (turunnya penjualan), para pelajar juga nggak ada yang belanja,” ujar Safri, penjual buku yang sudah lebih dari 40 tahun berdagang di Pasar Palasari, saat ditemui Ayobandung.com di toko miliknya, pada Selasa, 15 Juni 2021.

Untuk menopang biaya hidup, para pedagang buku ini mulai menjual bukunya di pasar digital atau e-commerce. Harapannya, para pedagang dapat menjual lebih banyak buku sehingga mampu mendapatkan uang untuk menghidupi keluarga.

Beberapa aplikasi e-commerce, seperti Tokopedia, Shopee, dan Lazada, kerap dimanfaatkan para pedagang untuk menjajakan buku-bukunya. Sudah lebih dari satu tahun para penjual buku di Pasar Palasari ini mencoba peruntungannya di pasar digital.

Namun nyatanya, ekspektasi para penjual tidak terpenuhi. Tidak banyak buku yang bisa dijual melalui aplikasi e-commerce.

Rida Fauzia (22), salah satu penjual buku di Pasar Palasari, juga mengungkapkan hal senada. Menurut Rida, penjualan buku secara online hanya sedikit mambatu ia menjual buku di tokonya.

“Sedikit membantu, cuman kalau dibandingkan sama yang beli langsung, mendingan yang beli langsung,” ujar Rida.

Serupa dengan Rida, Jabar yang juga menjual buku-bukunya melalui aplikasi e-commerce pun belum merasakan dampak yang besar terhadap pendapatannya. Usaha Jabar tidak berjalan mulus.

“Ya, satu paling seminggu kadang,” ucap Jabar ketika ditanya mengenai omset penjualan buku melalui aplikasi e-commerce.

Awal mula Jabar menjual koleksi bukunya di pasar digital adalah karena ajakan teman-teman penjual lainnya. Ia diajari bagaimana caranya mengoperasikan aplikasi e-commerce. Namun jabar mengaku, ia kesulitan dan tidak terlalu paham cara mengoperasikannya.

Berbeda dengan Jabar, menurut Safri, persaingan menjual buku di aplikasi e-commerce lebih tinggi. Hal tersebut diamini juga oleh Rida, ia mengaku persaingan harga di pasar digital semakin besar.

“Kalau online ibaratnya sekarang kan rata-rata toko-toko ibaratnya bukan di Bandung saja. Hampir di (seluruh) Indonesia rata-rata larinya di online. Otomatis persaingan makin banyak juga. Ibarat yang nggak punya toko tapi tetep bisa jualan,” jelas Rida.

Para pedagang buku di Pasar Palasari pun berharap cemas. Ingin pandemi akan segera berakhir dan kegiatan belajar mengajar di sekolah kembali dilakukan.

Dengan begitu, napas toko-toko buku di Jalan Palasari mungkin akan berembus kembali. Berharap hidup lagi usai mati suri. (dbs).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *