Cara Kerja “Yang Menghidupkan”, dalam Memelihara Manusia

Cara Kerja "Yang Menghidupkan", dalam Memelihara Manusia
Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005)
banner 400x400

Oleh Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005)

Hajinews.id – Zat Yang Menghidupkan sesuatu dinamai dengan “Al-Hayyu” sesuai tugasnya menghidupkan sesuatu dari kematian. Zat ini tidak dapat diinderai, tidak dapat dijangkau oleh teknology apapun termasuk teknology nano.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Zat yang karena sedemikian halusnya, sehingga dalam melakukan pekerjaannya, pun juga sangat halus (latiif). Karena tidak dapat diverifikasi, maka tidak dapat didefenisikan, selain bahwa kita menerimanya karena realitas keberadaannya pada setiap makhluk hidup. Fungsinya dalam makhluk hidup adalah memberi kehidupan dengan menyambungkan fungsi-fungsi organ, agar organ-organ dalam tubuh saling terkoneksi satu sama lain. Ia ibarat saklar dalam menghubungkan arus positif dan negatif dari aliran listrik. Tentu perumpamaan ini simplistik karena itulah contoh yang paling mudah dan relevan kita jadikan sebagai perumpamaan. Letaknya banyak didalam tubuh, dan itulah kenapa tubuh manusia bisa dipisah-pisah (diamputasi secara medis) tanpa mengalami kematian total.

Namun seperti halnya pembangkit listrik, punya turbin utama sebagai pembangkit yang kita sebut sebagai Maha Hidup atau Tuhan, Dzat Mutlak. (Maha Suci Allah, Dia berbeda dengan apapun).

Ketika terjadi kerusakan dalam organ, atau terjadi ketidakseimbangan unsur-unsur mineral yang menyebabkan sakitnya tubuh, sistem ini tidak terganggu karena secara biologis tidak terkoneksi. Dan untuk memperbaiki kerusakan, menjaga keseimbangan, melakukan pemeliharaan, tugas itu dilakukan oleh yang disebut “rabb” (pemelihara).

Zat pemelihara ini juga tidak terkoneksi secara biologis, namun meliputi seluruh tubuh (organ luar maupun organ dalam). Zat ini juga seperti “al-hayyu” sangat halus dan tidak terdeteksi oleh inderawi maupun teknology nano. Rabb atau zat pemelihara inilah yang bertanggungjawab melakukan deteksi dini atas setiap aktivitas manusia, memberi respons cepat atas setiap perubahan yang menyebabkan ketidakseimbangan, serta melakukan pemulihan. Zat ini terkoneksi dengan Zat Mutlak, Tuhan setiap saat.

Dan karena itulah Allah memberi pesan melalui Zat yang bernama Rabb ini, dan Rabb ini menjawab pesan itu secara sami’na waato’na kepada Yang Maha RABB. Rabb ini hanya mengulang-ulang apa yang disampaikan Tuhan padanya, sehingga biasanya disebut juga dengan Ruh al Amiin. Keadaanya sangat-sangat suci, murni tidak bercampur dengan materi apapun, karena itu biasa pula disebut Ruh al-Quds. Zat Al-Hayyu (“yang menghidupkan“) dan Zat Al-Rabb (“yang memelihara”), keduanya membawa sifat-sifat Allah dalam dirinya. Namun demikian tidak bisa disebut sebagai Allah, dan karena itu ia diberi nama oleh Allah sebagaimana fungsinya. Kedua Zat ini akan dikembalikan oleh Allah, kehadirat-Nya jika masa tugasnya telah selesai pada diri seseorang.

Al-hayyu dan Al-Rabb, bukanlah Al-Iradah (“Yang berkehendak”), namun Al-Iradah menyampaikan kehendak Allah pada Al-Hayyu dan Al-Rabb. Al-iradah sama saja dengan Al-Hayyu dan Al-Rabb dari sisi Zat, ia juga sangat halus, sehingga tidak dapat terdeteksi. Nah, baik al-Hayyu, al-Rabb, al-iradah semuanya melaksanakan fungsinya atas dukungan al-Qudrah (“yang kuat”). Keempat Zat ini sebab itu merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam melaksanakan tugas yang diberikan Allah pada-nya. Semuanya bergantung kepada Zat Mutlak, Allah swt. Mereka semuanya dihadirkan Allah dengan “diturunkan” ke dalam ruh, sehingga ruh menjadi hidup.

Kemudian ruh yang telah hidup dengan empat potensi zat tadi, lalu dimintai persaksian, sebelum selanjutnya ditiupkan ke dalam jasad, tubuh manusia, tubuh menjadi aktif, bergerak lalu disebut “hidup”. Empat zat tadi itulah fitrah setiap manusia.

Lalu setelah tumbuh dewasa Allah menyempurnakan lagi dengan mengupdate ruh, berisi spirit, ilmu, ilham, atau wahyu, sehingga menjadi manusia sempurna (insan kamil). Tentu setelah melalui serangkaian trial and error manusia dalam kehidupannya.

Wallahu a’lam bissawab

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *