Oleh : Sastrawan Politik
Hajinews.id – Buah itu sudah ranum, matang di pohon. Ayo, para revolusioner ambilah galah, segera unduh perubahan dengan penuh suka cita.
Jangan menunggu angin berhembus, atau datangnya badai yang merontokkan buah perubahan. Tapi ambilah buah perubahan, dengan ikhtiarmu, dengan usaha dan perjuanganmu.
Yang bisa memanjat, panjatlah !
Yang punya galah, arahkan galah mu menuju buah perubahan yang masak,
Yang punya ketapel, ambil batu dan arahkan tembakan ketapel pada tangkai buahnya, agar buah itu jatuh…
Brus….. terjadilah perubahan.
Atau ambilah bilah kayu, dari batang singkong atau jenis kayu lainnya. Lemparkan, arahkan pada tandan buahnya, agar buah itu jatuh…
Brus….. terjadilah perubahan.
Wahai mahasiswa, kami menunggu dirimu, memanjat, menembak dengan ketapel dan melempar dengan bilah kayu. Bukan duduk berpangku tangan, lantas berharap mendapatkan hidangan buah perubahan.
Kalian harus bergerak, mengoyak koyak pohon perubahan, agar gugur buah masak itu, dan hidangkan buah perubahan itu kepada rakyat. Rakyat yang telah lama kelaparan, menanti hidangan buah perubahan.
Wahai Ulama, akademisi, politisi, para pejuang dan kaum pergerakan. Panjat pohon itu ! Jatuhkan buah masak itu ! ambil galah galah kalian !
Sedangkan aku, aku sastrawan politik, akan mengambil gergaji mesin. Akan aku tebang pohon perubahan itu dengan untaian syair-syair berdarah ! akan aku tumbangkan pohon kezaliman, dan akan aku hidangkan buah keadilan dan kesejahteraan bagi umat. Dengan izin dan pertolongan dari Tuhan ku, tuhan mu, tuhan kita semua, Allah SWT.