Inilah 3 Teori Tentang Kepemimpinan dan Syarat Pemimpin dalam Islam

Kepemimpinan
Inilah 3 Teori Tentang Kepemimpinan dan Syarat Pemimpin dalam Islam
Hajinews.id – Sejak diutus Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah terakhir yang menyebarkan agama Islam, Allah telah berfirman mengenai berbagai hal terkait dengan kepemimpinan. Allah membimbing para hambaNya untuk mengetahui tentang kepemimpinan dalam bentuk Al-Quran dan Hadits. Pada saat Rasulullah hijrah, ayat-ayat kepemimpinan banyak bermunculan untuk membimbing Rasulullah menjadi pemimpin dan suri teladan yang baik di Madinah serta menjadi pedoman bagi umat Muslim kapan dan dimana saja.

Kepemimpinan dalam Islam

Menurut Dr. H.M. Zuhdi Zaini, M.A. dilansir dari laman UIN Jakarta, Fakultas Ushuluddin bahwa Al-Quran menjelaskan mengenai 3 makna kepemimpinan. Penjelasan lebih lanjut mengenai masing-masing makna kepemimpinan dapat disimak sebagai berikut.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Khilafah

Khilafah merupakan sistem kepemimpinan yang digunakan pada masa islam klasik. Para ulama mencoba memahami dan memformulasikan konsep khilafah sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran tentang kehidupan bermasyarakat, berpolitik dan berbangsa. Salah satu ayat yang mengandung sistem pemerintahan ini adalah Q.S. Al-Baqarah ayat 30. Ayat ini memaknai bahwa kata khilafah bersifat universal.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata, mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

Pertanyaan dari para malaikat ternyata bukan bentuk protes atau kritik kepada Allah swt., tetapi keinginan mereka untuk menjadi khalifah (pemimpin) karena telah bertasbih dan menyucikan-Nya. Hal tersebut menjadi isyarat bahwa khilafah bukan sistem politik dunia tetapi sistem universal yang berlaku dunia dan akhirat hingga malaikat berhasrat juga untuk menjadi khalifah. Namun, Allah swt menegaskan bahwa Dia Yang Maha Mengetahui.

Wilayah diterjemahkan dari bahasa Arab menjadi bahasa Indonesia yang berarti kepemimpinan. Orang yang memimpin disebut wali. Secara umum pemimpin umat adalah Allah swt, Rasulullah saw, dan orang-orang beriman. Makna wilayah dapat dilihat dalam firman Allah Q. S. Al-Ma’idah ayat 55.

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ

Artinya: Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).

Dari perkumpulan ulama, terdapat perbedaan dalam pendapat para ulama tentang makna wali. Sebagian berpendapat makna wali adalah teman dekat, penolong, atau pemimpin. Sedangkan, dalam bahasa Indonesia, kata wali bermakna pemimpin, seperti kata wali kota artinya pemimpin kota bukan penolong kota dan bukan pula teman kota. Hal tersebut dijelaskan di Q. S. An-Nisa ayat 144. Ayat tersebut juga melarang untuk mengangkat orang kafir sebagai pemimpin bukan larangan berteman dengan orang kafir.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۚ أَتُرِيدُونَ أَن تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُّبِينًا

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah?

Imamah

Imamah adalah sistem kepemimpinan dengan pemimpinnya disebut imam. Imamah merupakan bentuk kepemimpinan yang bersifat umum, dalam tingkat negara atau kepemimpinan dalam ibadah, seperti shalat. Salah satu bentuk imam, yaitu imam li al-mukminin yang berarti pemimpin orang yang beriman. Rasulullah saw adalah salah satu imam li al-nas atau pemimpin seluruh manusia tanpa membedakan agama, suku, daerah dan sebagainya. Dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 124 di bawah menjelaskan tentang Allah yang mengangkat Nabi Ibrahim as sebagai imam.

وَإِذِ ابْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia. Ibrahim berkata, dan saya mohon juga dari keturunanku. Allah berfirman, Janji-Ku ini tidak mengenai orang yang yang zalim.

Dari ayat di atas mengisyaratkan bahwa seorang pemimpin harus adil dan orang-orang zalim tidak boleh menjadi pemimpin.

Syarat Pemimpin dalam Kepemimpinan Islam

Pemimpin adalah orang yang paling berkualitas di antara anggota komunitas. Allah telah memberikan contoh dengan mengangkat orang-orang paling berkualitas di kondisi, tempat, dan waktu tertentu nabi dan rasul sebagai ‘al-musthafa’ atau orang pilihan.

Pemimpin yang bukan nabi dan rasul dipilih dan diangkat oleh orang-orang di antara mereka. Menurut Dr. H.M. Zuhdi Zaini, pemilihan yang dilakukan oleh orang awam kurang tepat, karena yang mengetahui orang cerdas hanyalah orang cerdas. Allah mengisyaratkan dalam Al-Quran bahwa umat Islam adalah khairu umat.

Menurut Rasulullah SAW, khairu umat memiliki empat syarat, yaitu mereka yang paling banyak membaca teks maupun konteks; orang yang paling bertaqwa, baik individual maupun sosial; orang yang paling banyak membangun jaringan silaturahim; dan mereka selalu melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar. Sedangkan, para ulama telah merumuskan syarat pemimpin, antara lain:

  • Berwawasan luas.
  • Sehat jasmani, seperti sehat pendengaran, penglihatan dan pembicaraan.
  • Sehat anggota tubuh dari kekurangan yang menghalanginya melakukan aktivitas.
  • Memiliki pemikiran yang cerdas dalam menyikapi perkembangan politik dan kemaslahatan umat.
  • Berani dalam menegakkan kebenaran.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *