Hikmah Malam: Ajal Tidak Menunggu Taubatmu

banner 400x400

Hajinews.id,- Bila engkau bingung dari mana engkau akan memperbaiki keadaan dan diri, maka muliailah dari taubat. InsyaAllah taubat Anda akan mengantarkan kepada kebaikan. Allah subhanahu wa taala berfirman, Maka apabila mereka bertaubat niscaya itu menjadi kebaikan bagi mereka. (QS. At Taubah: 74).

Setiap manusia pernah bersalah. Tak ada manusia yang tidak pernah salah. Bahkan manusia sendiri adalah tempatnya salah. Nabi dan Rasul Allah sajalah yang maksum. Maksum disini adalah bermakna ketika Nabi atau Rasul tersalah, maka Allah langsung menegur dan membetulkannya.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam sendiri pernah ditegur oleh Allah ketika mengindahkan sahabatnya yang buta yang hendak belajar Islam, dan Nabi lebih memerhatikan pembesar dan orang-orang kaya yang Nabi mengharapkan hidayah Allah bagi mereka. Kejadian ini termaktub di surat Abasa.

Perbuatan dosa sendiri akan meninggalkan rasa bersalah, rasa penuh beban dan kegelisahan bagi pelakunya. Hidupnya tidak akan tenang. Kesalahan dan dosa terus menyertainya. Ia menjalani kehidupan dengan beban masalah hati dan jiwa yang terus bergelanyut.

Dari Nawas bin Saman radliyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Kebaikan adalah dengan berakhlak yang mulia. Sedangkan kejelekan (dosa) adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa. Ketika kejelekan tersebut dilakukan, tentu engkau tidak suka hal itu nampak di tengah-tengah manusia. (HR. Imam Muslim). Imam Nawawi rahimahullah pun menjelaskan, Dosa selalu menggelisahkan dan tidak menenangkan bagi jiwa. Di hati pun akan tampak tidak tenang dan selalu khawatir akan dosa.

Manusia yang menyadari diri sebagai tempat salah hendaknya lebih mawas diri dan mengambil hikmah saat bersalah. Tahapan awal dan terpenting bagi kita agar bisa mengambil hikmah dan lebih mawas diri dari kesalahan adalah bertaubat.

Taubat adalah ibadah yang diwajibkan kepada kita. Sebagaimana bersyukur adalah kewajiban atas karunia Allah. Taubat merupakan ibadah yang mulia yang harus kita lakukan, karena kita adalah makhluk yang seringkali bersalah dan berdosa. Dan sebagaimana ibadah lainnya, taubat mensyaratkan ikhlas sebagai landasannya.

Sebaik-baik orang yang bersalah atau pendosa adalah mereka yang bertaubat. Tentu mereka lebih mulia daripada orang yang menyangka dirinya berbuat baik, tajub atas diri sendiri dan menginginkan agar orang lain mendengar atau mengetahui bahwa dirinya adalah orang baik.

Taubat yang benar hanya dilakukan oleh orang yang benar-benar jujur dalam bertaubat. Sehingga dari taubat yang ia lakukan, ia tak akan mengulangi kesalahan yang sama dan akan lebih baik lagi kondisinya.

Hal ini tidak akan terwujud, kecuali apabila ia ikhlas dalam bertaubat. Ia menyesal telah melakukan kesalahan dan dosa, bahkan ia sangat menyesal. Karena ia sangat menyesali telah berbuat dosa dan salah, lalu tentu ia menyatakan berhenti dari melakukan dosa tersebut. Kemudian ia berjanji tidak akan mengulangi kesalahan dan dosa ini. Taubat yang seperti inilah yang atas karunia Allah akan mendatangkan kebaikan bagi pelakunya sesuai ayat di atas.

Bisa dibayangkan seseorang yang bertaubat dengan jujur, dan Insya Allah dosanya diampuni Allah, maka ia memulai hidup baru. Melupakan dengan kebencian terhadap perbuatan dosa yang telah lalu. Kini serasa mengawali hidup dengan episode baru. Apabila orang-orang yang bertaubat ini meneruskan kehidupannya, niscaya kehidupannya akan lebih baik.

Tak akan ada lagi beban dalam jiwa. Kegelisahan dan kebingungan yang mendera jiwa pun sirna. Tumpukan rasa bersalah dalam dada yang selama ini menjadi biang masalah menjalani kehidupan, hilang seketika. Ketenangan dan kebahagiaan jiwa berangsur menjelma.

Agar kebaikan terus mengitarinya, maka menjadi salah satu bagian taubatnya adalah dengan meninggalkan lingkungan yang tidak kondusif. Hendaknya beralih ke lingkungan yang kondusif, yakni lingkungan yang orang-orangnya mengamalkan ketaatan dan menyeru agar melaksanakan perintahNya dan menjauhi larangan-Nya.

Dan bila kesalahan dan dosa yang telah kita lakukan berkaitan dengan hak orang lain, maka menjadi bagian taubat adalah dengan mengembalikan hak yang telah kita ambil tersebut kepada pemiliknya. Atau dengan memohon keridhoan pemiliknya dengan meminta maaf kepadanya. Allahu Alam (sumber: inilah.com).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *