Jemaah Umrah Positif Covid-19 Antre Masuk Wisma Atlet, Biaya Karantina Membengkak

banner 400x400

 

Jakarta, Hajinews.id – Wakil Ketua Umum Afiliasi Mandiri Penyelenggara Umrah Haji (AMPUH), Tri Winarto mengatakan banyak jemaah umrah yang terkonfirmasi positif terpaksa menambah jumlah hari karantina di hotel masing-masing.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Hal ini dikarenakan adanya kendala penjemputan jemaah umrah yang terkonfirmasi positif oleh satgas covid-19 untuk ditempatkan di wisma atlet. Sehingga pemilik penyelenggara umrah, PT. Firdaus Mulia Abadi Tour ini mengaku panjangnya antrian dapat memberatkan jemaah umrah Indonesia.

“Seperti yang saya alami jamaah kami yang terkonfirmasi positif hingga sore ini masih dalam antrian panjang. Tidak hanya jamaah saya tetapi jamaah-jamaah travel lain yang berada di hotel seputaran Jakarta juga menunggu antrian,”kata Tri kepada MNC Portal, Sabtu,(29/1/2022).

“Akibatnya jamaah mendapat telepon dari pihak hotel terkait waktu stay yang molor ini tentu memberatkan bagi jamaah. Sebelumnya sudah membayar karantina 6 malam 7 hari ini kurang lebih di kisaran 4-5 juta tentu ini masalah pada kesempatan ini,”ujarnya.

Atas kejadian ini, Tri meminta agar pemerintah dapat mengkaji ulang terkait dengan karantina 6 malam 7 hari. Karena lamanya durasi karantina menyebabkan kapasitas wisma atlet membludak atau over capacity bagi para pelaku perjalanan luar negeri khususnya jemaah umrah.

“Ya ini perlu diperhatikan artinya pemerintah harus mendekorasi ulang terkait dari SOP ini apakah mengurangi harinya sehingga sirkulasi nya perputaran antara yang keluar dari wisma atlet dan yang masuk bisa diatur dengan mengurangi harinya. Ini penting sehingga jamaah tidak terlalu lama menunggu di hotel karantina,”tutur dia.

Terkait pengurangan jumlah durasi karantina jemaah umrah, lanjut Tri perlu diperhatikan pemerintah yang memang notabennya, mereka telah sangat lama menjalankan ibadah umrah selama 20 hari.

Maka Tri meminta kepada kementerian kesehatan (Kemenkes) dalam hal ini satgas covid-19 untuk dapat mengaktifkan kembali bandara-bandara di berbagai daerah yang tentu memiliki fasilitas yang sama seperti yang ada di Jakarta. Misalnya seperti embarkasi haji yang ada di Surabaya, Medan, Solo, Jogja yang ada di sekitarnya.

Selain itu juga terdapat hotel-hotel yang memiliki kualitas dan kuantitas yang bisa menjadi solusi sehingga tidak hanya Jakarta. Tri pun mendesak pemerintah untuk mengevaluasi kebijakan umrah satu pintu tersebut.

Cara kedua, lanjutnya dapat bercermin dari pemerintah Arab Saudi yang hanya memberlakukan karantina selama 4 malam dari kedatangan seluruh warga dunia yang tiba di Saudi. Hal ini tentu menjadi kebijakan yang bagus untuk diterapkan di Indonesia agar dapat mengurangi kepadatan di wisma atlet dan sirkulasinya perputaran antara yang masuk dan keluar dapat ditekan karena waktu yang pendek.

“Tidak 7 malam tetapi sudah 4 malam saja, hal-hal semacam ini penting negara memang memiliki politik untuk menjaga warganya dari pandemi. Tapi jangan lupa rakyat juga memiliki keinginan untuk beribadah di tanah suci yang harus difasilitasi, dua hal ini harus seiring sehingga kepentingan-kepentingan yang ada bisa dilakukan solusinya secara bersama,”kata dia.

Solusi lainnya untuk mengurangi over kapasitas di wisma atlet, kata Tri adalah pihak hotel yang sudah berkomitmen untuk karantina kedatangan dari Arab Saudi dapat mengalokasikan kamar khusus untuk jamaah yang positif covid-19 sebesar 10%.

Sehingga ketika di hari ke-6, jika beberapa.jemaah menunjukkan hasil PCR positif, maka dia langsung ditempatkan di kamar yang disediakan hotel sebesar 10 persen. Hal ini guna mengurangi over kapasitas di wisma atlet.

Tri menyampaikan walaupun fasilitas kesehatan yang ada di hotel-hotel karantina dinilai kurang memadai. Jika ditambah untuk jemaah yang positif covid-19, Pemerintah dapat menyiapkan fasilitas kesehatan dan dokter di masing-masing hotel.

“Jika nanti usul saya 10% total kapasitas kamar digunakan untuk yang positif otomatis ada peningkatan fasilitas kesehatan dan visit dokter nya. Ini mungkin juga bagian dari solusi untuk mengatasi over kapasitas ini,”tutur dia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *