Gus Mus menjelaskan, bawha disebutkan dalam hadis Muttafaq Alaih yang bersumber dari Sahabat Abu Hurairah RA, ia berkata: “Pernah pada suatu hari, seorang laki-laki mendatangi Kanjeng Rasulullah SAW, ia bertanya kepada Rasulullah SAW, siapakah orang yang berhak kutemani dengan perlakuan baik?
Kanjeng Nabi Muhammad SAW lalu menjawab: “Ibumu”.
Lelaki itu bertanya lagi, lantas siapa lagi, Kanjeng Nabi?
Kanjeng Nabi Muhammad SAW menjawab: “Ibumu”.
Kemudian lelaki itu bertanya kembali, lantas siapa lagi, Kanjeng Nabi?
Kanjeng Nabi Muhammad SAW pun menjawab: “Ibumu”.
Lelaki itu lalu bertanya lagi, lantas siapa lagi, Kanjeng Nabi?
Kanjeng Nabi Muhammad SAW menjawab: “Bapakmu”.
“Jadi setelah tiga kali menjawab ibu, yang keempat baru menjawab bapak,” kata Gus Mus.
Sebab, menurut Gus Mus, hak ibu lebih utama dari ayah. Oleh karena itu, ketika diperintah oleh ayah dan ibu secara bersamaan, maka kata Gus Mus harus mendahulukan ibu daripada ayah.
“Jadi misalnya bapak dan ibumu memanggilmu secara bersamaan, ya dahulukan ibumu dulu. Kalau misalnya kamu mau memberikan sesuatu sama bapak dan ibu, bapak kasih semangkuk, ibu kasi tiga mangkuk, gitu aturannya. Ibu harus kelipatan tiga,” jelas Gus Mus.
Gus Mus menambahkan, alasan ibu lebih didahulukan dari ayah adalah karena susah payah ibu dalam mengandung. Berbeda dengan ayah yang tidak terlalu berat dalam diberi tugas mengurus anak.
“Karena ibu itu susah payah mengandung, dibandingkan dengan sama peran laki-laki. Lelaki ya juga ikut berkontribusi, tapi dia enak, perempuan sakit semua,” tutur Gus Mus.
Begitu juga di dalam riwayat lain, kata Gus Mus, disebutkan: Ya Rasulullah, siapa manusia yang paling berhak ditemani?
Kanjeng Nabi Muhammad SAW menjawab: “Ibumu, lalu ibumu, lalu ibumu, kemudian bapakmu, terus yang di bawahmu.
“Jadi yang perlu ditemani, dibantu, diperlakukan baik itu ibu, ibu, ibu lalu bapak, setalah bapak baru anakmu atau cucumu dan lain-lain,” tandas Gus Mus.