Kenapa Mulut Firaun Disumpal Malaikat Jibril saat Hendak Bertaubat? Inilah Alasannya

Mulut Firaun Disumpal Malaikat Jibril saat Hendak Bertaubat
Mulut Firaun Disumpal Malaikat Jibril saat Hendak Bertaubat

Hajinews.id – Tahukah Anda? saat sedang menghadapi sakaratul maut, mulut Firaun disumpal Malaikat Jibril ketika hendak mengucapkan syahadat.

Umat Islam mengetahui, Al Quran telah menyampaikan kepada kita tentang kisah Firaun.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Tentang kesombongan dan perilakunya dalam menyikapi kebenaran yang disampaikan oleh Nabi Musa AS.

Di detik-detik terakhir hidupnya, Firaun sang manusia dzalim yang meneguhkan dirinya sebagai Tuhan itu sadar bahwa dirinya bukanlah Sang Pencipta seperti yang selama ini ia dengungkan kepada kaumnya.

Ia menyadari kesalahannya, bahkan ia meyakini akan Allah SWT.

Namun, ketika ia akan mengucapkan kalimat syahadat, tiba-tiba Malaikat Jibril menyumpal mulutnya.

Mengapa Malaikat Jibril melakukan demikian?

Apa alasan Malaikat Jibril menyumpal mulut Firaun dengan halul bahri, yakni lumpur hitam yang ada di dasar laut?

Berikut penjelasannya, sebagaimana dilansir Portal Bolmong dari kanal YouTube Tafakkur Fiddin.

Kisah Firaun dan kekejamannya terhadap Bani Israil meninggalkan hikmah yang besar bagi umat Islam.

Akibat kesombongannya yang mengaku sebagai Tuhan, ia pun dilaknat oleh Allah SWT.

Ia tewas di Laut Merah bersama dengan tentaranya saat mengejar Nabi Musa AS, setelah Allah SWT memerintahkan untuk membelah laut dengan tongkatnya.

Inilah yang diceritakan Al Quran dalam Surat Yunus ayat 90 yang berbunyi:

“Dan kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Firaun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Firaun itu telah hampir tenggelam, berkatalah ia, ‘Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang diimani oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS Yunus: 90).

Setelah Nabi Musa dan kaumnya menyeberangi lautan dan selamat, tibalah Firaun dan bala tentaranya di tepi laut.

Firaun menyaksikan lautan terbelah dengan jalan terhampar di depannya.

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, saat Firaun dan bala tentaranya mengejar Nabi Musa AS dan kaumnya, ia menyaksikan Laut Merah terbelah hingga tampak mengering sampai ke dasar lautan.

Firaun pun sempat terperangah dan merasa ngeri untuk melintasi lautan yang terbelah itu.

Saat itu Firaun hampir saja menghentikan langkah kereta kudanya dan berbalik arah meninggalkan tepian lautan merah.

Namun pada saat yang sama, Malaikat Jibril datang dengan menunggangi kudanya.

Malaikat Jibril mengiringi kuda Firaun agar meneruskan perjalanan dengan memasuki lautan yang terbelah itu.

Maka kuda Malaikat Jibril bergerak di samping kuda Firaun dan memasuki jalan di laut.

Di luar kendali, kereta kuda Firaun berlari ke lautan diikuti para tentaranya yang mengira sang raja Mesir tersebut memimpin komando mengejar Nabi Musa AS hingga ikut menyeberangi lautan.

Nabi Musa dan kaumnya yang telah sampai di daratan dengan selamat pun, diperintahkan oleh Allah SWT untuk memukulkan kembali tongkatnya ke lautan.

Setelah itu, air laut pun kembali menyatu seperti sedia kala.

Firaun dan tentaranya yang terjebak di dasar lautan berusaha berbalik arah, namun sudah terlambat.

Allah SWT memerintahkan laut agar menutup dan menenggelamkan mereka.

Akhirnya, Firaun dan tentaranya pun terombang-ambing dihempas gelombang laut dan tenggelam.

Tidak ada satu pun yang selamat dari mereka.

Ketika tubuh Firaun terombang-ambing ombak lautan, saat itulah ia menyadari kedudukan dan keberadaannya.

Ia mulai meyakini akan kekuasaan Allah SWT di saat napasnya mencapai pangkal leher.

Saat itu, Firaun menyatakan keimanannya sebagaimana yang sudah disebutkan dalam Al Quran Surat Yunus ayat 90:

“Hingga bila Firaun itu telah hampir tenggelam, berkatalah dia, ‘Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang diimani oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS Yunus: 90).

Di detik-detik akhir hayatnya inilah, peristiwa menarik terjadi.

Malaikat Jibril mengambil tanah dari dasar laut dan menyumpalkannya ke mulut Firaun.

Mengapa Malaikat Jibril melakukannya?

Kesombongan dan kecongkakkan Firaun itu ternyata membuat Malaikat Jibril sangat membencinya.

Maka ketika ada tanda-tanda Firaun akan beriman pada saat akan tenggelam, Malaikat Jibril khawatir sekiranya Allah SWT akan mengampuni dosa penguasa Mesir itu dan akan menolongnya.

Maka saat itu pun Malaikat Jibril langsung menyumpal mulutnya dengan tanah, agar tidak mengucapkan kalimat tauhid.

Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi dari Ibnu Abbas.

“Bahwa Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda, sewaktu Allah menenggelamkan Firaun, ia mengucapkan, “Aku beriman bahwa tiada Tuhan kecuali yang diimani kaum Bani Israil. Kemudian, Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah SAW, “Wahai Muhammad, seandainya engkau melihatku, kala itu aku mengambil tanah hitam dari dasar lautan, lalu memasukannya ke dalam mulut Firaun karena takut ia diliputi oleh Rahmat”.

Apa yang dilakukan oleh Malaikat Jibril bukanlah tanpa alasan.

Perlakuan Malaikat Jibril yang menyumpal mulut Firaun lantaran ia sangat murka terhadap kesombongan dan tingkah lakunya yang telah melampaui batas.

Mungkin akan muncul pertanyaan di benak kita, apa ruginya Malaikat Jibril jika Allah SWT memberikan rahmat kepada Firaun dan mengampuninya?

Kekufuran dan kedzaliman Firaun telah sampai pada puncaknya.

Hingga Nabi Musa AS yang saat itu diutus untuk menyeru manusia termasuk Firaun agar beriman kepada Allah SWT sampai berdoa agar Allah SWT tidak menerima taubat Firaun dan para pengikutnya.

Serta menguji mata hatinya sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat adzab yang pedih.

Nabi Musa AS berkata, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau,”.

“Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih,” (QS Yunus: 88).

Pada kasus Firaun ini, bukankah ketika dia mulai menyadari kebenaran Allah SWT itu terjadi saat sakaratul maut.

Sementara sakaratul maut merupakan batas ditutupnya pintu taubat.

Artinya, jika pun Malaikat Jibril tidak menyumpalkan dengan tanah sekalipun, dan Firaun mengucapkan kalimat syahadat, niscaya, Allah pun tidak akan menerima taubat yang diucapkan di saat sakaratul maut.

Karena saat itu, pintu taubat telah ditutup. Dan yang demikian itu wallahu’alam bishawab.***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *