Mbah Moen :”Lafaz الله terdiri atas empat huruf, yakni alif (ا), lam (ل), lam (ل), dan ha (هـ). Tidak ada satupun yang sama dengan Allah, begitu juga tidak ada nama yang sama dengan Allah”.
“Lafaz الله kalau dibuang hurufnya dari depan, (maknanya) bertambah dekat dengan Allah. Kamu tidak akan dekat dengan Allah kalau tidak dibuang huruf alifnya (ا) menjadi لله (lillah/karena Allah)”.
Mbah Moen menambahkan, bagaimanapun seseorang bisa masuk surga jika beramal dengan لله تعالى (lillahi ta’ala).
“Lafaz لله (lillah) jika dihilangkan huruf lam (ل) yang pertama, akan menjadi له (lahu/hanya kepada Allah)”.
“Ini namanya Dhomir Sya-an (ضمير الشأن), istilah orang mengaji. Dhomir Sya-an ini (artinya) yang ada hanya Allah semata, selain itu tidak ada. Orang itu kalau sudah tahu Allah, maka tidak akan tahu kecuali hanya Allah”.
“Adapun Lafaz له (lahu) jika huruf lam-nya (ل) dihilangkan, maka tersisa هـ (hu) yang bermakna tinggal Allah semata”.
“Makanya dzikir orang yang sudah jadi Wali Allah bukan Lafaz ‘Allah, Allah..’, tapi ‘Hu, Hu..’. Itulah Dhomir Sya-an”.
Mbah Moen menegaskan, seluruh alam ini ada Asma (nama) yang menunjukkan jika dihilangkan huruf mulai awal akan bertambah dekat kepada Allah.
“Lafaz ‘Hu, Hu..’ diucapkan dengan lisan. Jika dihilangkan ‘Hu’ tersebut, masuk ke dalam hati. Ini Namanya Dzikir Sirri”.
Kalau ‘Hu, Hu..’ dengan lisan masih Dzikir Jahri. Jadi dzikir kepada Allah ada yang Dzikir Sirri ada juga yang Dzikir Jahri”.