PBNU Terbuka bagi Semua Parpol, Gus Yahya Dianggap Akan Sulit Didikte Kubu Tertentu

banner 400x400

Hajinews.id — Nahdlatul Ulama (NU) saat ini dinilai memiliki posisi tawar yang lebih baik untuk menghadapi partai-partai politik sejak dinakhodai Yahya Cholil Staquf.

Pasalnya, sejak Gus Yahya terpilih sebagai ketua umum anyar Pengurus Besar NU pada akhir Desember 2021, NU kini lebih terbuka kepada kubu politik mana pun.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Inklusivitas ini dinilai membuat NU tidak dapat didikte oleh salah satu kubu politik, sehingga dapat menjaga kedaulatannya sebagai salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia.

“Kalau selama ini NU hanya terkesan akrab dengan PKB. Tapi dengan keterbukaan semacam ini, partai-partai lain menyediakan karpet merah. Ada timbal-balik yang bisa diberikan (untuk NU),”kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno kepada Kompas.com, Senin (4/4/2022).

Selama ini, dukungan atau kedekatan dengan NU menjadi salah satu modal besar bagi partai politik bagi kepentingan elektoralnya.

Dengan terbukanya NU sebagai rumah bersama semua kubu politik, partai-partai politik diprediksi bakal berlomba mendekati.

Keadaan ini diprediksi bakal menguntungkan NU sebagai ormas, terutama bagi basis konstituen mereka sendiri.

NU, misalnya, dapat menghadirkan program-program pemberdayaan masyarakat di akar rumput dengan bekerja sama dengan pemerintah maupun partai politik.

Sejauh ini, kerja sama semacam itu sudah mulai dilakukan, mulai dari program peremajaan kebun sawit rakyat, perhutanan sosial, hingga kampung nelayan.

Dalam wawancara dengan Tribunnews, sebelum terpilih sebagai ketua umum PBNU, Yahya secara terbuka mengakui bahwa ia ingin memanfaatkan basis konstituen NU yang luas di seluruh Indonesia sebagai “outlet” bagi program-program pihak ketiga.

“Kerja sama dengan pihak lain, eksekusi di bawah, fasilitas dari pihak lain, tapi NU yang menyediakan tempat dan orang-orang yang mengelola program itu di bawah. Ini gagasan yang menurut saya sangat strategis dan bukan hanya bermanfaat bagi NU sendiri, tapi masyarakat umum,” jelas Yahya dalam wawancara tersebut.

Adi Prayitno menilai, meski dengan begini maka NU akan kerap bersentuhan dengan partai politik, namun hal tersebut bakal membuat NU bisa menjaga jarak dengan kepentingan politik praktis.

“Sekarang yang bisa mendikte NU adalah NU sendiri, bukan partai politik lain. Dulu kan ada kesan NU didikte PKB karena arah politiknya, sekarang tidak bisa. Tentu dibiarkan cair dan terbuka,” ungkapnya.

“Makanya NU sepertinya memang dibiarkan menjadi terbuka bagi semua parpol yang di dalamnya ada pengurus PBNU. Makanya anteng-anteng saja PBNU sekarang,” tutupnya.(dbs)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *