Kalbe Waspadai Kemungkinan Buruk yang Bakal Terjadi

Presiden Direktur PT Kalbe Farma Vidjongtius. (Foto Antara)
banner 400x400

JAKARTA, hajinews.id – Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) Vidjongtius menyampaikan pihaknya tetap mewaspadai berbagai kondisi yang kemungkinan terjadi di tengah ancaman menghadapi wabah virus Corona (Covid-19).

Menurutnya kewaspadaan harus tetap dilakukan terkait kebutuhan bahan baku impor asal China. Vidjongtius mengungkapkan bahwa awalnya Kalbe sempat merasa khawatir karena proses produksi bahan obat di China tutup pada awal Februari. Namun, pada dua pekan terakhir kekhawatiran tersebut mulai sirna karena sebagian besar pabrik di China mulai kembali beroperasi.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Memang kalau dulu awal Februari mereka tutup semua, makanya kami was-was. Tapi, terakhir kami lihat mereka mulai kembali beroperasi, mulai berproduksi dan pengiriman juga mulai dilakukan,” ungkap Vidjongtius di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (11/3/2020).

Kendati demikian, ia menyampaikan bahwa perusahaan tetap mewaspadai berbagai  kemungkinan ke depannya. “Sekarang kami agak sedikit lega, tapi kami tetap waspada,” tegas Vidjongtius.

Selanjutnya dia menuturkan industri farmasi PT Kalbe Farma meningkatkan stok obat hingga 11 bulan sebagai upaya mengantisipasi dampak dari wabah Corona di beberapa negara, termasuk China, sebagai negara asal bahan baku obat.

Peningkatan stok tersebut dilakukan lebih panjang dari kondisi normal, yang mana persediaan obat diproduksi hanya mencapai enam hingga tujuh bulan. “Tadi saya laporkan, jumlah ketersediaan kami untuk obat itu sekitar 10-11 bulan. Semua mulai dari bahan baku, barang setengah jadi, barang yang ada di outlet itu ada untuk 10-11 bulan,” jelas Vidjongtius.

Vidjongtius menambahkan bahwa Kalbe meningkatkan produksi obat 10-20 persen untuk memperbanyak stok dalam mengantisipasi Covid-19.

Adapun Ketua Komite Perdagangan dan Industri Bahan Baku Farmasi GP Farmasi, Vincent Harijanto mengatakan stok bahan baku obat di Indonesia 95 persen masih sangat bergantung pada impor. Sumber impor bahan baku obat terbesar dari China dan India, atau sekitar 85 persen dari keseluruhan bahan baku obat.

Dari dua negara itu, kata dia, porsi impor terbesar yaitu China sekitar 60 dan India 40. Menurutnya, dulu Indonesia masih banyak impor dari Eropa. Namun, saat ini impor bahan baku obat dari Eropa tersisa sekitar 10 hingga 15 persen.

Menurut Vincent gangguan suplai obat-obatan dari China sebenarnya rutin terjadi, khususnya tiap hari raya Imlek. Dari kasus itu, dia yakin pengusaha obat telah belajar untuk mengantisipasi. “Kebetulan datanglah virus Corona. Terpaksa musti berhenti lagi, baik yang masuk maupun produksi di pabrik,” ujar dia di Jakarta, Rabu (11/3/2020). (rah/berbagai sumber)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *