Tasyakuran Kemerdekaan ke 77, KH. LUTHFI BASHORI, Ajak Warga Mengingat Awal Mula Berkibarnya Sang Saka Merah Putih

Tasyakuran Kemerdekaan ke 77
Tasyakuran Kemerdekaan ke 77

Hajinews.id – Sudah menjadi tradisi setiap tahun kita merayakan ulang tahun kemerdekaan Negara tercinta kita, Negara Republik Indonesia.

Berbagai bentuk kegiatan kita adakan guna mengingat jasa para pahlawan yang telah gugur dimedan peperangan dalam membela tumbah darah Indonesia, juga tidak ketinggalan kita berkirim doa agar para syuhada, pejuang kemerdekaan yang telah meninggalkan kita semua diberi tempat yang layak disisinya.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Tetapi dalam peringatan kemerdekaan Indonesia ke 77 ini ada hal istimewa bagi warga RT. 001 RW 002 Pagentan Kecamatan Singosari, Malang, Jawa Timur,  Karena, KH. Luthfi Bashori, Pengasuh Pondok Pesantren Ribath Al Murtadla Al Islami mengajak warga mengingat kembali sejarah awal proklamasi.

Disampaikan bahwa sesungguhnya warga keturunan Arablah yang ada dibelakang proklamasi Kemerdekaan Indonesia, “Warga Arab di belakang Kemerdekaan RI, “katanya.

Ia lalu jelaskan bahwa banyak buku buku pelajaran sejarah tentang  Proklamasi yang dibacakan oleh Soekarno-Hatta di sebuah rumah Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.

“Rumah itu dihibahkan oleh seorang saudagar kaya keturunan Hadramaut – Yaman bernama Faradj bin Sa’id bin Awadh Martak yang tak lain adalah paman dari Ustad Yusuf Martak, Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF), “jelas Kiai yang akrab dengan sapaan Gus Luthfi.

Ditambahkan, Di rumah itu pula tempat dijahitnya bendera Sang Saka Merah Putih oleh Ibu Fatmawati..

“Saat menjelang proklamasi dibacakan Bung Karno jatuh sakit. Berhari-hari sakit terkena beri-beri dan malaria yang membuat badan Bung Karno menjadi lemas.

Melihat kondisi sahabatnya itu, Faradj Martak membawakan Madu Sidr Bahiyah dari Hadramaut. Kata Bung Karno, berkat Madu Arab kondisinya lebih baik, “tambah Gus Luthfi.

“Berkat jasa Faradj Martak akhirnya bisa dikumandangkan proklamasi kemerdekaan RI dan dikibarkan bendera Sang Saka Merah Putih di rumah yang dihibahkannya. Sekarang rumah itu menjadi Taman PrProklamas.

“Bukan hanya rumah untuk proklamasi saja yang dihibahkan. Dalam surat penghargaan yang diberikan oleh pemerintah tanggal 14 Agustus 1950 diketahui bahwa Faradj Martak juga membeli beberapa gedung yang dihibahkan untuk pemerintah Indonesia saat itu, “jelas Gus Luthfi .

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *