Kesederhanaan yang Jahat

Kesederhanaan yang Jahat
Smith Alhadar - Direktur Eksekutif Institute for Democracy Education (IDe)
Oleh: Smith Alhadar Direktur Eksekutif Institute for Democracy Education (IDe)
Hajinews.id – Di suatu negeri yang rakyatnya selalu ditipu, muncul pemimpin berpenampilan sederhana. Namanya Coro. Kemejanya selalu putih lengan panjang yang digulung, yang mengesankan seorang guru arif bijaksana. Wajah dan pikirannya betul-betul menyerupai rakyat.
Ia pun berjanji akan membabat korupsi hingga ke akar-akarnya dan menyejahterakan seluruh rakyat. Maka rakyat dari mana-mana bergegas menyatakan sumpah setia kepadanya. Juga para intelektual dan akademisi. “Baru kali ini langit mengutus kepada kita pemimpin dari kalangan kita sendiri, yang akan membebaskan kita dari penindasan yang kita warisi dari nenek moyang sejak dulu kala,” kata mereka optimis, “inilah saatnya kita bangkit”.
Coro kemudian berkeliling hingga daerah terjauh, menggendong anak-anak desa yang dekil, masuk ke dalam gorong-gorong, dan menolak berkumpul dengan elite dunia karena bicara dengan mereka membuat ia ngantuk. Sering juga ia membagi-bagi sembako dan sejumlah kartu sakti kepada rakyat yang belum pernah senang seumur hidup mereka.
“Jangan-jangan dia nabi baru,” mereka menduga-duga. Toh, umumnya Nabi diutus dari kalangan rakyat. Dugaan itu berubah menjadi keyakinan ketika Coro membangun banyak jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara. “Bukan main!” Coro pun sering berpura-pura terkejut manakala para pembantunya mengeluarkan kebijakan yang mengecewakan rakyat. Keterkejutan Coro penting untuk mengesankan dia tak mendukung kebijakan itu. Dia tetap dari rakyat untuk rakyat. Ketika ada yang mempertanyakan perangai dan kebijakannya, segera saja buzzerRp mem-bully-nya.
Bagaimanapun, tak semua orang terhipnotis oleh kesederhanaannya, yang membuat Coro terganggu. Para cerdik pandai yang masih waras tak percaya pada keseluruhan dirinya. Setelah mengamati perangai, kebijakan, dan motif-motifnya, mereka berkata, “Awas, kita sedang berhadapan dengan bunglon. Dia bukan orang sederhana dalam ambisi. Tak lain dan tak bukan dia seorang yang bebal, penuh tipu muslihat, ambisius, ngawur. Dan jahat.”
Bahkan, Coro dipandang membahayakan negara karena melayani kepentingan oligarki. Lihat, ia menghidupkan KKN, lembaga anti-rasuah dilemahkan, anak dan menantunya diberi kekuasaan atas nama demokrasi. Dan ia tak henti-hentinya mencari jalan agar berkuasa lebih lama. Tiga periode. Juga atas nama demokrasi. Tapi pandangan kritis ini disambut pendukungnya dengan nyinyir.
Sebaliknya, Coro mulai ketakutan. “Kalau rakyat tahu siapa aku sebenarnya bisa berabe”. Maka dimulailah episode penangkapan orang-orang yang kritis, bahkan ada yang dibunuh. Ormas yang lancang dibubarkan. Stigma dibuat untuk mengintimidasi mereka.
Dan bukan main senangnya Coro ketika menyaksikan pendukungnya tetap militan. Padahal, ia sendiri heran. Kok bisa-bisanya mereka menari di atas gendang yang ditabuhnya. Terutama para intelektual dan akademisi. “Ternyata para cendekia pun mudah dibodohi,” katanya dalam hati.
Dukungan rakyat yang sangat kuat ini, tanpa mereka sadari, mendorong Coro melangkah lebih jauh. Dikeluarkanlah berbagai UU yang kontroversial hasil perselingkuhannya dengan oligarki politik dan ekonomi. UU yang merugikan buruh, rakyat, lingkungan, dan membahayakan negara.
Untuk semua ini memang sempat muncul berbagai demonstrasi, besar maupun kecil, tapi tak berkelanjutan karena Coro masih menikmati dukungan rakyat.
Lalu, tak disangka-sangka, pandemi covid-19 merebak yang berdampak luar biasa pada situasi ekonomi dan politik semua negara. Beberapa pemimpin dipaksa kehilangan kekuasaan karena gagal menangani penyakit itu.
Tapi, di negeri ini, wabah itu justru dilihat Coro — setelah mendapat masukan dari elite yang menjadi brain-nya — sebagai blessing in disguise. Terbuka kesempatan untuk mendegradasi demokrasi, kebebasan, HAM, mempermainkan hukum, dan melanggar konstitusi. Juga menjustifikasi penambahan utang yang dipakai untuk membiayai infrastruktur secara ugalan-ugalan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *