Ketum Muhammadiyah Terpilih Nanti, Din Syamsuddin: Perlu Teruskan Kerjasama Internasional

banner 400x400

Hajinews.id – Prof Din juga menekankan perlunya figur Ketua Umum PP Muhammadiyah nantinya meneruskan kerja sama internasional Muhammadiyah yang sudah bagus. Apalagi dalam setting dunia baru ini, sambungnya, Muhammadiyah sebagai organisasi Islam dituntut ikut serta terlibat menjalin kerja sama.

“Siapa yang melaksanakan itu? Maka carilah figur-figur baru! Kita lihat selama ini Prof Syafiq A Mughni cocok menjadi dialog kerja sama peradaban. Kalau bisa ditambah satu orang lagi,” tutur Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) ini.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Dia lantas menyinggung amar makruf nahi mungkar struktural. “Tapi harus strategis sistematis, bukan tabligh biasa. Lebih ke politik dan kebijakan publik, tapi bisa dilakoni secara intensif, strategis, dan sistematis. Ada krusialitas di peran ini! Terakhir itu kurang ditampilkan. Tolong amar makruf nahi munkar bukan bil lisan. Lakukan secara strategis,” imbaunya.

Untuk mewujudkan ini, kata Prof Din, mutlak perlu menjalin relasi dengan elemen-elemen bangsa yang lain.

Ketum sebagai Simbol

Menurut Prof Din, ada satu yang mungkin nanti tidak bisa dilanjutkan, yang selama ini diserahkan ke sekretariat biro organisasi. “Kan yang diatur peraturan-peraturan, tapi di semua organisasi modern yang gerakannya itu perlu ada change management maka harus ada kelembagaan yang melakukan monitoring-evaluation (monev),” ujarnya.

Dia mengimbau itu kalau bisa dikaitkan dengan salah seorang ketua, walau lebih dekatnya ke sekjen atau sekretaris umum. “Banyak terkecoh. Untung beberapa wilayah otonom, mandiri, bahkan lebih progresif. Tapi berapa persen wilayah yang ada yang bisa seperti itu, seperti Jawa Timur?” tanya Prof Din.

Kalau bisa, kata dia, visitor yang beri perhatian. Dia menegaskan, “Siapa pun ketua umumnya itu persoalan ‘yang dimajukan selangkah dan ditinggikan seranting’. Ia dituntut bisa menghimpun cabang-cabang yang berserakan menjadi suatu kekuatan. Di situ saja posisi ketua umum!”

Karena juga sebagai simbol, menurut Prof Din, ketua umum memang perlu punya kapasitas tambahan karena harus berhubungan, bahkan kadang-kadang ditandingkan dengan ketua umum ormas lain. Seperti pada masa Prof Din menjabat Ketum, banyak bertugas menerima tamu. “Wah sepertiga tugas satu periode itu menerima tamu, khususnya luar negeri,” ungkapnya.

Dia menyatakan jarang bertandang, tapi lebih sering menerima tamu. Ketika menerima tamu itulah menurutnya harus berbuah kerja sama dan kesepakatan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *