Ini Sebabnya, Mengapa Gempa Magnitudo 5,6 di Cianjur Tewaskan 268 Orang Sangat Mematikan?

banner 400x400

Hajinews.id – Adi Darmawan bersama sejumlah pegawai Lingkungan Hidup DKI Jakarta panik berhamburan keluar gedung saat merasakan guncangan akibat gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin 21 November 2022 siang sekitar pukul 13.30 WIB.

Adi dan sejumlah pegawai lainnya diketahui sedang menggelar rapat di lantai empat. Namun, akibat guncangan gempa tersebut membuatnya langsung lari menyelamatkan diri keluar gedung Dinas Lingkungan Hidup yang berada di Kramat Jati, Jakarta Timur.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Selain itu, kepanikan akibat gempa Cianjur juga dirasakan oleh Wakil Ketua KPK Nawawi Pamolongo. Nawawi bersama sejumlah pegawai KPK langsung bergegas menuruni anak tangga dari lantai 15 menuju pintu keluar Gedung KPK di Kuningan, Jakarta Selatan. Rasa lelahnya tak dihiraukan. Ia keluar gedung setelah merasakan getaran gempa.

Getaran gempa Cianjur ini juga dirasakan di Gedung DPR RI saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi V DPR RI dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan SAR Nasional (Basarnas) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Gempa Cianjur tercatat berada di kedalaman 10 kilometer di bawah permukaan laut dan telah menggetarkan sejumlah wilayah. BMKG mencatat ada 16 wilayah yang merasakan guncangan gempa dengan skala yang beragam.

Adapun lokasi gempa terletak pada koordinat titik 6,84 Lintang Selatan (LS) dan 107,05 Bujur Timur (BT). Atau lebih tepatnya di 10 kilometer barat daya, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Kepala BNPB Suharyanto menyatakan, per pukul 17.49 WIB, total korban gempa meninggal yang sudah ditemukan sebanyak 268 orang. Sementara itu, 122 yang baru teridentifikasi.

“Korban jiwa meninggal dunia sekarang ada 268. Dari 268 itu, yang sudah terindentifikasi siapa-siapanya ini sebanyak 122 jenazah,” kata dia, dalam konferensi pers secara daring, Selasa (22/11/2022).

Surhayanto menyebut pihaknya masih terus melakukan evakuasi dan pencarian terhadap korban hilang. Sehingga, kata dia. data korban akan senantiasa diperbarui secara berkala.

“Kemudian di samping tadi 268, masih ada korban hilang sejumlah 151,” kata dia.

Adapun Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut, sebanyak 14 posko pengungsian didirikan untuk memfasilitasi warga berjumlah 13.784 pengungsi yang terdampak gempa Cianjur berkekuatan 5,6 magnitudo. Menurutnya titik yang terdampak gempa luar biasa berada di Kecamatan Cugenang.

“Seluruh infrastruktur evakuasi sudah berdatangan, alat berat dari TNI sudah disiapkan, TNI-Polri sudah siap, dapur umum sudah siap, akan dihadirkan di titik pengungsian,” kata Ridwan.

Dia mengatakan kini aliran listrik di Kabupaten Cianjur belum sepenuhnya pulih. Pasalnya dari tiga gardu PLN di Cianjur, menurutnya hanya satu gardu yang kini bisa beroperasi.

“Baru hampir 20 persen yang bisa hidup lagi sampai malam ini, jadi mohon maaf ke warga Cianjur, PLN akan kerja keras maksimal tiga hari untuk kembali normal, mudah-mudahan bisa lebih cepat,” Ujarnya.

Menurutnya di beberapa titik terdampak gempa masih dalam kondisi yang gelap karena minim penerangan. Sehingga menurutnya korban berpotensi masih mengalami pertambahan.

“Diduga masih ada warga yang hilang dan terperangkap ambruk, sehingga kami menduga jumlah korban akan bertambah dalam hitungan waktu,” Pungkasnya.

Gempa Kuat dan Merusak

Menurut Dosen Teknik Geofisika Institut Teknologi Bandung (ITB), Zulfakriza Z, gempa yang melanda Cianjur pada 21 November 2022 merupakan gempa yang tergolong sangat merusak, terlebih dengan banyaknya gempa susulan yang terjadi.

“Gempa ini tergolong gempa yang kuat dan merusak. Dan ditambah dengan sejumlah gempa susulan (62 gempa susulan) menurut data BMKG pada pukul 19.00 WIB,” kata Zulfakriza dikutip dari Instagram @seisnote, Selasa, (22/11/2022).

Adapun terkait penyebab terjadinya gempa,dia menyebut gempa terpicu oleh sesar aktif yang bergerak secara mendatar dengan arah mengiri atau left lateral strike slip.

“Berdasarkan data dari katalog BMKG, posisi gempa utama dan gempa susulan berada di bagian utara dari Zona Sesar Cimandiri segmen Rajamandala dan Nyalindung,” Ujarnya.

Kendati demikian, Anggota Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) ini mengatakan, sumber sesar yang menjadi pemicu gempa berkekuatan Magnitudo 5,6 di Cianjur tersebut belum terpetakan dalam Buku Bahaya Gempa Indonesia.

“Untuk itu, Diperlukan kajian Seismologi lebih lanjut untuk memahami sumber pemicu gempa Magnitudo 5,6 di Cianjur,” Pungkasnya.

Sementara itu, Dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Astyka Pamumpuni, mengungkapkan beberapa kemungkinan penyebab gempa bumi magnitudo 5,6 yang mengguncang Cianjur, Jawa Barat pada Senin 21 November 2022 lalu.

Astyka mengatakan, secara tren gempa Cianjur memang terlihat mengarah pada sesar Cimandiri, Namun. posisinya tidak tepat di sesar Cimandiri yang sudah terpetakan oleh Pusgen (Pusat Studi Gempa Nasional).

“Jadi ada beberapa kemungkinan (Penyebab Gempa), pertama apakah sesar yang kita petakan di Pusgen posisi nya tidak itu yang aktif atau ini adalah sesar yang lain. Jadi ada dua kemungkinan,” kata Astyka dilansir dari laman Liputan6.com, Selasa (22/11/2022).

“Hal ini dikarenakan posisi sesar Cimandiri tersebut terlalu jauh. Posisinya sekitar 12 kilometer lebih antara peta sekarang yang dipetakan sebagai sesar aktif Cimandiri dengan gempa yang kemarin terjadi,” Tambahnya.

Lebih lanjut, kata Astyka, wilayah Cianjur sendiri apabila dilihat dari peta Pusgen sebenarnya masih berada di area bahaya Cimandiri. Namun, banyak yang berpendapat bahwa posisi Cimandiri sendiri tidak dekat dan cukup jauh ke arah Utara.

“Saya pribadi masih menunggu after shock. biasanya cukup banyak, nanti klasternya kelihatan kemudian kita coba cek di lapangan bagaimana,” Ujarnya.

Terkait potensi gempa susulan, Astyka menyampaikan terjadinya gempa susulan kemungkinan masih ada dan biasanya lebih kecil dari gempa utama.

“Kalau lihat frekuensinya banyak sekali kemarin (Gempa susulan) kalau tidak salah sudah 100-an sekian sampai tadi malam atau tadi pagi sudah 100-an, itu dari BMKG sudah melaporkan kalau gempa susulan pasti ada,” Jelasnya.

Pusat Gempa Bukan di Sesar Cimandiri

Pakar Kegempaan Indonesia Danny Hilman Natawidjaja menyatakan gempa tektonik yang mengguncang Cianjur dengan kekuatan magnitudo 5,6 disebabkan oleh bergesernya patahan sesar gempa.

Namun, dia memastikan bergesernya patahan sesar yang menyebabkan gempa tak terjadi di Sesar Cimandiri seperti yang diperkirakan banyak orang.

“Patahan geser tapi bukan di Sesar Cimandiri yang sudah ada di peta kami (Pusgen),” kata Danny

Danny menambahkan lokasi patahan memang belum diketahui secara tepat. Mengingat, tak pernah dipetakan dengan pasti sebelumnya.

“Kita juga belum tahu lokasi tepatnya di mana karena belum pernah dipetakan,” lanjut dia.

Danny menjelaskan Sesar Cimandiri berada sekitar 10 hingga 20 kilometer (km) di selatan episenter gempa yang terjadi di Cianjur saat ini. Tepatnya, kata dia melewati daerah Cibeber.

Kendati jalur patahan belum dipetakan, Danny tak menampik jalur sesar gempa Cianjur cukup dekat. Diketahui, gempa Cianjur dengan magnitudo 5,6 telah menewaskan 162 orang.

Selain itu, menurut Danny banyaknya korban tewas dalam bencana gempa bumi ini juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti konstruksi bangunan yang tidak baik.

Mengenai hal ini, Danny menyarankan tim ahli untuk dapat mengkaji kelayakan konstruksi bangunan di lokasi terjadinya gempa di Cianjur.

“Jalur sesar gempanya dekat dan konstruksi bangunannya mungkin tidak baik (perlu dikaji di lapangan oleh tim ahli),” ungkap dia.

Lebih lanjut, Danny menilai lokasi gempa juga sangat rawan. Namun, menurut di lokasi gempa saat ini tidak masuk dalam zona megatrust.

Sementara itu, terkait potensi gempa susulan di Cianjur, Danny menyampaikan kemungkinan terjadinya gempa susulan memang ada.

Meskipun demikian, dia menuturkan gempa susulan kemungkinan akan lebih kecil dari gempa utama yang terjadi Senin 21 November 2022 siang kemarin.

“Gempa susulan lebih kecil dari gempa utama,” kata dia.

Di sisi lain, Peneliti gempa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Endra Gunawan, mengatakan penyebab dari jatuhnya ratusan korban meninggal dunia akibat gempa Cianjur berkorelasi pada bangunan yang menimpa atau longsor yang terjadi.

“Jadi dampak dari gempa berupa bangunan roboh atau longsor itu yang menjadikan jumlah korban begitu besar. Jika bangunan itu memiliki holding time atau waktu tunggu keluar rumah akibat getaran, mungkin korban yang berjatuhan tidak sebanyak ini,” Kata Endra dilansir dari laman Liputan6.com, Selasa (22/11/2022).

Adapun terkait penyebab gempa Cianjur yang diduga akibat adanya pergeseran sesar Cimandiri, Endra menyebut hal itu kurang dapat diyakinkan. Mengingat, sesar Cimandiri merupakan sesar naik bukan sesar geser.

“Dari informasi mekanisme fokus BMKG, Apabila penyebab gempa M 5,6 berada 15 sampai 20 Kilometer sebelah utara sesar Cimandiri, itu bukan sesar Cimandiri sebenarnya, tapi sesar lain dengan mekanisme geser,” Ujarnya.

Lebih lanjut, kata Endra, secara kewilayahan, Cianjur sejatinya memiliki kedekatan wilayah dengan lokasi sesar Cimandiri. Namun, perlu diketahui ada sesar lain yang justru lebih dekat dengan wilayah Cianjur dan belum terpetakan.

“Ini sebenarnya pembelajaran kita bahwa masih perlunya studi-studi lebih lanjut dan invesitasi yang baik terkait sumber-sumber sesar yang dekat dengan perkotaan. Hal ini dikarenakan dampak gempa akan berafiliasi terhadap jumlah penduduk setempat,” Kata Endra.

Mengapa Gempa Cianjur Begitu Mematikan?

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, Cianjur memang merupakan salah satu daerah seismik aktif dan kompleks yang menjadikannya sebagai salah satu daerah rawan gempa, selain Sukabumi, Lembang, Purwakarta, dan Bandung.

“Hasil monitor BMKG di daerah itu sering terjadi gempa dengan berbagai variasi dan kedalaman,” kata Daryono kepada Liputan6.com, Selasa (22/11/2022)

Terkait kompleksitas, lanjut dia, daerah itu merupakan daerah jalur gempa aktif seperti keberadaan sesar Cimandiri, Padalarang, Lembang, Cirata, dan masih banyak lagi sesar-sesar minor yang berada di wilayah tersebut, sehingga menjadikan kawasan tersebut menjadi kawasan gempa secara permanen.

Daryono merinci ada tiga hal yang menyebabkan gempa Cianjur begitu sangat mematikan, pertama, kedalaman gempa yang dangkal. Menurut Daryono, gempa yang terjadi di Cianjur kemarin masuk dalam kategori kerak dangkal, yang memiliki gempa susulan cukup banyak.

“Masih ada potensi gempa susulan. Apakah itu lebih besar? Itu masih unexpectable. Yang pasti karakteristik gempa kerak dangkal akan diikuti aktivitas gempa susulan yang cukup banyak,” tuturnya.

Faktor kedua adalah, struktur bangunan yang tidak memenuhi standar aman gempa. Dikutip dari laman Dinas Pekerjaan Umum (DPU), bangunan yang tahan gempa adalah konstruksi bangunan yang bisa merespons gempa, dengan sikap bertahan dari keruntuhan dan bersifat fleksibel untuk meredam getaran gempa.

Bangunan tahan gempa merupakan bangunan yang dirancang dan diperhitungkan secara analisis, baik kombinasi beban, penggunaan material, dan penempatan massa strukturnya.

Dan faktor ketiga mengapa gempa Cianjur begitu sangat mematikan menurut Daryono adalah, masih banyaknya warga yang bermukim di daerah tanah lunak (local site effect-efek tapak) dan perbukitan (efek topografi).

Dilihat dari topografinya, Cianjur memang merupakan wilayah yang sebagian besar adalah pegunungan, kecuali di sebagian pantai selatan, yang berupa dataran rendah yang sempit.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *