Pergolakan di Jantung Tradisi NU yang Saya Amati

Jantung Tradisi NU
Jantung Tradisi NU
banner 400x400

Oleh: Dika Ayu Parmesti, Mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, STI Sunan Pandanaran, Yogyakarta.

Hajinews.id – Pergumulan pemikiran NU dewasa ini memiliki tempat yang memadai di kalangan anak muda NU. Ini disadari bahwa laju perkembangan NU dalam sejarahnya tidak terlepas dari ikhtiar kaum muda NU dalam mengekspresikan dan menjawab tuntutan zaman.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Terlebih dengan menitikberatkan pada upaya pembentukan kader NU yang ideal, yaitu kader yang selain memilii keterampilan atau keahlian juga memiliki kurang kesadaran kosmologi yang luas dan toleran, serta memiliki pola pikir yang jernih.

Demikian pula merujuk pada kaidah dinamika kehidupan yang kedap pada perubahan, setiap zaman dan komunitas selalu memiliki pandangan kosmologi, yakni kesadran tentang realitas kehidupan.

Respon terhadap berbagi peristiwa sosial, politik, ekonomi dan budaya yang dianggap aktual untuk zamannya tidak lebih merupakan dialog sistem pengetahuan keislaman dengan modernitas.

Hadirnya modernitas di tengah lingkungan kaum muda NU dalam kenyataannya tidak hanya dimaknai dan berhubungan dengan Tuhan, tetapi juga dengan alam dan masyarakat.

Ilmu-ilmu sosial kritis yang telah dipelajari dan didalamnya dengan demikian memberikan kontribusi yang sangat memadai, terutama dalam menyusun premis-premis dan tesis-tesisyang bersifat fungsional.

Kesadaran di atas pada gilirannya menemukan titik releansinya dengan khittah NU yang menjelakan tentang landasan akidah NU yang bertolak pada Islam ahlussunnah waljama’ah.

Dengan keilmuan pesantren yang menjadi modal awalnya, para generasi muda NU yang telah dibekali dengan keilmuan dan pendekatan modern, memiliki perspektif tersendiri terutama dalam merespon berbagai peristiwa sosial, politik, ekonomi, budaya dan bahkan keislaman.

Organisasi NU sejak awal berdiri didesain sebagai forum kalangan ulama tradisional dalam mempertahankan pola keberagamannya. Nama Nahdlatul Ulama yang dapat diartikan kebangkitan ulama mencerminkan bahwa di dalam organisasi, otoritas tertinggi adalah ulama, yang direpresentasikan dalam lembaga Syuriah.

Sedangkan komitmen mempertahankan pola keberagamaan, tercermin dari garis organisasi untuk setia terhadap paham ahlussunnah waljama’ah dengan cara bermazhab. Maka dengan gari seperti ini NU selalu dipahami sebagai organisasi yang berkomitmen menjaga tradisi, sehingga ciri ortodoksi an konservatisme sangat kuat.

Sistem bermazhab umpamanya, terus-menerus digedor oleh pemikiran kritis, yang justru berasal dari lingkungan NU sendiri. Dan tak disangka perubahan berlangsung dengan cepat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *