Humor Gus Dur: Kenapa Sakit Gigi Saja Berobat ke Singapura?

Kenapa Sakit Gigi Saja Berobat ke Singapura?
GUs Dur

Hajinews.id – Presiden keempat Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid atau biasa disapa Gus Dur dikenal sering melontarkan lelucon. Humor ini tidak hanya mengundang tawa, tetapi juga meredakan ketegangan politik saat itu.

Salah satunya adalah kisah tentang Peringatan Haul ke-11 Gus Dur yang diselenggarakan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Sudan dan Jerman dan disiarkan langsung 164 Channel. Cerita itu juga ditulis di web NU.or.id.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Alkisah, Budayawan Nahdlatul Ulama (NU) Zastrouw Al-Ngatawi mengatakan Gus Dur menjadikan humor sebagai bagian penting dan sikap kritis di dalam dunia intelektual. Hal tersebut merupakan tindakan revolusioner yang dilakukan oleh cendekiawan sekaliber Gus Dur. Sebab selama ini, humor dipandang hanya secara peyoratif dan seolah-olah dihindari kaum cendekiawan.

Bagi sebagian besar cendekiawan, humor dianggap tidak ilmiah. Bahkan dinilai sebagai sesuatu yang dapat mengurangi image atau citra.

Untuk menjaga citra, biasanya para intelektual atau akademisi menghindari humor. Sebab para cendekiawan banyak berasumsi bahwa humor dapat menimbulkan kesan slengean atau sikap tidak pada umumnya, sehingga mengurangi keseriusan dalam membuat analisis dan pikiran-pikiran ilmiah.

“Tapi Gus Dur tidak peduli. Dia justru menjadikan humor sebagai sesuatu yang penting dan menjadi bagian dari sikap kritis seorang cendekiawan. Maka Gus Dur enjoy saja membuat analisis, menyampaikan pikiran dengan cara-cara humor,” sambung Asisten Pribadi Gus Dur pada 1989-1998 ini.

Humor bagi Gus Dur, lanjut Zastrouw, sama sekali sekali tidak mengurangi bobot ilmiah, kadar intelektualitas, dan derajat akademik sebuah gagasan lantaran disampaikan dengan humor atau jenaka.

Zastrouw menjelaskan bahwa terdapat lima fungsi humor bagi Gus Dur. Pertama, humor menjadi instrumen dalam menggali, mengonstruksi, dan menyampaikan gagasan.

Di berbagai forum, Gus Dur kerap menyampaikan pesan dengan gaya humor.

“Baik itu di forum akademik, forum ilmiah, atau di forum pengajian umum Gus Dur selalu memasukkan unsur-unsur humor dalam menyampaikan gagasan,” ungkap Ketua Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) NU pada 2004-2009 ini.

Bahkan, dalam membangun hubungan diplomatik kenegaraan, Gus Dur juga sering melontarkan humor.

Dia menceritakan, pernah suatu ketika, Gus Dur membuat Presiden Amerika Serikat Bill Clinton pernah dibuat tertawa terbahak-bahak. Begitu pun Raja Arab yang pernah dibikin tertawa ngakak oleh Gus Dur.

“Itu (humor yang dilakukan Gus Dur) sama sekali tidak mengurangi derajat intelektualitasnya,” lanjutnya.

Fungsi humor yang kedua adalah sebagai sarana pengendalian diri agar seorang cendekiawan tidak terjebak dalam sikap arogansi karena hanyut pada berbagai previlese sosial.

Namun justru melalui humor, seorang cendekiawan bisa menertawakan diri sehingga tidak mudah emosi dan tersinggung ketika menerima kritik.

Gus Dur selalu menertawakan dirinya sendiri dan bahkan agamanya sendiri. Tujuannya supaya orang itu tidak mudah baper (bawa perasaan atau tersinggung),” katanya.

Zastrouw kemudian mengungkap cerita Gus Dur dengan latar pesantren. Dalam sebuah pengajian, tiga santri di hadapan kiai menyebutkan namanya masing-masing.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *