Tak Dapat Bantuan, Terpaksa Kerja Keluar Rumah Demi Bisa Hidup

Warga melintas di depan spanduk penutupan jalan masuk Desa Bogem, Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (30/3/2020). (Foto: Antara)
banner 400x400

SLEMAN, hajinews.id – Banyak masyarakat di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),  yang sudah mulai melakukan aktivitas di luar rumah pada masa perpanjangan pembatasan sosial untuk mencegah COVID-19 hingga 28 April 2020, dengan alasan faktor ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

“Pada dua minggu pertama kemarin saya memang berusaha mematuhi anjuran pemerintah untuk tidak keluar rumah, namun karena saat ini kondisi sudah habis-habisan ya saya terpaksa keluar rumah untuk kerja guna memenuhi kebutuhan keluarga,” kata Mujiaman (55) warga Kalasan yang berprofesi sebagai tukang bangunan di Sleman, Selasa (14/4/2020).

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Menurut dia, pada dua minggu pertama memang kebutuhan keluarga masih dapat dipenuhi dengan uang simpanan, namun setelah tidak bekerja selama dua minggu akhirnya simpanan menipis dan hampir habis.

“Tapi meskipun harus keluar rumah untuk mencari uang, saya tetap berusaha mematuhi anjuran pemerintah untuk mencegah penyebaran virus corona dengan melindungi diri agar tidak terpapar virus,” katanya.

Mujiaman mengaku, dirinya setiap keluar rumah juga selalu mengenakan masker, sering cuci tangan dan menjaga kebugaran tubuh. “Ya siapapun pasti takut terkena Corona, makanya saya juga berusaha melindungi diri agar tidak tertular,” tuturnya.

Ia berharap jika memang tetap harus tinggal di rumah sementara waktu agar ada perhatian juga untuk pekerja nonformal yang selama pandemi COVID-19 ini tidak mendapat bantuan untuk kebutuhan sehari-hari.

“Saya lihat di berita-berita banyak bantuan diberikan untuk tukang ojek online, sebenarnya kami juga berharap dapat bantuan sehingga kami tidak harus keluar rumah saat wabah Corona ini,” katanya.

Hal sama juga disampaikan Didik (40) pedagang mie Jawa di Jalan Solo Km11, Purwomartani, Kalasan, Sleman, yang terpaksa harus mulai berjualan lagi setelah dua minggu menutup warungnya.

“Dua minggu libur, sama sekali tidak ada pemasukan. Kebutuhan keluarga di rumah banyak. Terpaksa harus jualan lagi,” ungkapnya.

Sementara itu suasana di pasar tradisional Pasar Desa Purwomartani di Jalan Solo Km 10.5 Sorogenen, Kalasan juga sudah mulai ramai aktivitas para pedagang dan pembeli.

Jika pada dua minggu pertama aktivitas pasar milik Pemerintah Desa Purwomartani ini sempat sepi akibat wabah COVID-19 dan kebijakan pembatasan sosial, saat ini para pedagang sudah mulai banyak yang berjualan.

Sejumlah pedagang bukan hanya produk kemasan, tetapi juga pedagang sayuran, makanan, pedagang daging dan ikan juga mulai beraktivitas.

Hanya saja, pedagang di Pasar Desa Purwomartani tersebut masih banyak yang tidak mengenakan masker. Hanya pedagang daging ayam dan ikan saja yang terlihat mengenakan masker.

Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kabupaten Sleman mencatat hingga Selasa 6 April 2020 di wilayah setempat ada sebanyak 10 orang meninggal akibat virus  corona penyebab COVID-19.

“Dari 10 orang yang meninggal tersebut, tujuh orang merupakan pasien dalam pengawasan (PDP) dan tiga orang terkonfirmasi positif terinfeksi COVID-19,” kata Pejabat Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman Harda Kiswaya di Sleman, Selasa.

Menurut dia, selain itu saat ini di Kabupaten Sleman juga terdapat sebanyak 835 orang dalam Pemantauan (ODP). “Sedangkan pasien dalam pengawasan yang masih mendapatkan perawatan di rumah sakit sebanyak 98 pasien dalam pengawasan (PDP), sebanyak 19 pasien positif dan satu orang dinyatakan sembuh dan masih isolasi mandiri di rumah,” katanya.  (rah/Ant)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *