Hajinews.id – Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta baru-baru ini menjadi buah bibir di media sosial usai tanda pagar (tagar) #UniversitasGagalMerakyat trending topic di Twitter.
Salah satu pihak yang mencuit tagar tersebut adalah akun @UGMBergerak dan unggahannya sudah ditayangkan hingga 214,300 kali hingga Selasa (31/1/2023).
Akun base @UGM_FESS juga menaikkan tagar #UniversitasGagalMerakyat sembari mengunggah foto sindiran soal UTUL UGM dan Simak UI.
Dilansir dari laman Kompas.com, tagar #UniversitasGagalMerakyat digunakan oleh warganet untuk menyampaikan kekecewaan mereka soal wacana UGM menerapkan uang pangkal bagi mahasiswa baru.
Bagi mereka, rencana tersebut menghilangkan esensi UGM sebagai universitas kerakyatan yang diidam-idamkan calon mahasiswa dari latar belakang keluarga ekonomi kurang mampu untuk berkuliah.
“Sebagai Universitas dengan jati diri sebagai ‘Universitas Kerakyatan’ UGM sudah seharusnya menjaga marwahnya dan berlaku sesuai dengan titel yang dimilikinya,” tulis @UGMBergerak.
“Namun dengan adanya wacana penerapan uang pangkal dan telah hadirnya SSPI, UGM telah resmi menodai jati dirinya sendiri sebagai universitas kerakyatan,” tambah akun tersebut.
Lantas, apa yang terjadi?
Rencana penerapan uang pangkal ditolak mahasiswa
Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Ova Emilia saat hadir di acara pernikahan Kaesang-Erina, Sabtu (10/12/2022).
Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Ova Emilia saat hadir di acara pernikahan Kaesang-Erina, Sabtu (10/12/2022).
UGM dihujani kritik dan penolakan tersebut diduga perihal rencana penerapan uang pangkal bagi mahasiswa baru.
UGM juga sudah mengumumkan pemberlakuan Sumbangan Sukarela Pengembangan Institusi (SSPI) sejak Juli 2022.