Hati Hati Menonton Materi Pembelajaran lewat TV

banner 400x400

Oleh : Iqbal Anas

Keluarnya program pembelajaran daring via stasiun TV nasional cukup membawa angin segar dan harapan baru diawal kemunculannya. Saya kira hampir semua orangtua dan anak-anak serta para guru menyambut gembira kehadiran program yang dibuat kemendikbud ini sebagai media pembelajaran daring ditengah home learning akibat wabah virus covid 19. Semua level pendidikan mulai TK, SD, SMP dan SMA/SMK disediakan materi pembelajaran walau dengan waktu yang cukup singkat (30 menit). Sesuatu yang patut kita apresiasi sebagai salah satu solusi ditengah krisis.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Namun, bukan berarti program ini tidak punya kelemahan. Setelah berjalannya program ini beberapa hari banyak ditemukan konten-konten materi pembelajaran terutama untuk kelas rendah yang cukup menyesakkan dada kita sebagai orang tua terutama yang muslim, yang selama ini selalu ingin menjaga dan mengharapkan anak-anak yang sholeh dan sholehah, beraqidah Islam yang baik.

Bagaimana tidak, di awal kemunculan program, ada selingan acara Mimbar agama tertentu. Padahal mayoritas peserta didik yang menonton adalah muslim. Tentu ini jadi masalah bagi sebagian besar penonton anak-anak muslim terutama terkait aqidah dan tauhid mereka. Kenapa tidak program yg cukup netral yang diputar seperti kisah-kisah perjuangan pahlawan nasional, biografi pahlawan atau ensiklopedi sains atau yg sejenisnya sebagai selingan bukan kegiatan yang justru mengundang kontroversi.

Ternyata tidak itu saja, muncul juga puisi karya Ulil Absar Abdalla tokoh Jaringan Islam Liberal, yang dibawakan oleh anak-anak yang secara penampilan beratribut muslim, karena yang perempuan pakai jilbab putih dan laki-paki pakai peci hitam.

Namun, apa konten puisinya? Penggerusan aqidah, perusakan aqidah Islam, menanamkan keyakinan semua agama itu sama, siapa yang mati di palang kayu, bahkan disebutkan yesusmu dan yesusku juga. Ini maksudnya apa, agar anak mengingat bahwa yesus juga tuhannya? sangat naif.

Tidak berhenti di sana, cerita dan dongeng yang ditampilkan menurut saya sangat menyesatkan aqidah muslim. Cerita putri Mandalika dari Lombok yang menceritakan ia menerima banyak lamaran untuk dinikahi, lantas untuk menghindari perpecahan maka ia memilih bunuh diri demi rakyatnya. Apa pula ini? kok pelajaran anak SD begini.

Selanjutnya ada dongeng Raja Ampat dan Telur Naga dari Papua Barat, cerita yang secara aqidah islam sangat menyesatkan. Ada lima telur naga, dari empat telur naga lahirlah manusia, sedangkan telur yang satu lagi menjadi batu. Konsep yang tertanam pada anak-anak, manusia berasal dari telur. Salah satu telur yang jadi batu, diabadikan dan disiram air dan airnya digunakan untuk pembaptisan. Ini konsep agama mana? sudah jelaskan arahnya bukan?

Oleh sebab itu, maka menurut hemat saya terutama orang tua yang peduli aqidah dan keselamatan pemahaman agama anak-anak kita, maka cukuplah sampai disini tidak usah diteruskan. Lanjutkan saja program program yang diberikan guru dari sekolah dengan pendampingan orang tua di rumah. Itu sudah lebih dari cukup. Menyelamatkan aqidah anak jauh lebih urgen dan penting dibandingkan konten-konten yang menyesatkan.

Wallahu’alam bisshowab

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar