Pesantren NU ini Rayakan Idul Fitri 1444 H bersama Muhammadiyah: Berbincang dengan Tim Hisab di Pesantren Gading Malang

Pesantren NU ini Rayakan Idul Fitri 1444 H bersama Muhammadiyah
Pesantren Gading Malang

Hajinews.id – Letaknya tidak jauh dari pusat kota Malang dan dikenal dengan komunitas pesantrennya. Daerah ini disebut Gading Kasri atau orang lebih sering menyebut daerah ini Gading. Sekitar sepuluh menit dari Alun-alun kota Malang atau Stasiun Malang.

Secara umum masyarakat Gading Kasri adalah tipikal masyarakat yang religius dan sangat mengikuti otoritas kiai, terutama arahan masyayikh Pondok Pesantren Miftahul Huda yang populer dengan Pondok Gading. Nyaris seluruh aktivitas keagamaan di musholla atau masjid area ini, mengikuti arahan maupun bimbingan dari para guru dan kiai Pondok Gading yang kharismatik tersebut, baik dalam amaliah ibadah dan muamalah, termasuk aktivitas tarekat.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Salah satu arahan yang mungkin akan mendapat perhatian, dan mungkin menjadi ciri khas masyarakat Gading, adalah mengikuti hasil ketetapan hisab dari pondok. Pondok Gading dikenal sebagai salah satu pesantren yang punya tradisi ilmu falak yang kuat – dalam hal ini, utamanya bidang hisab.

Menilik kurikulum madrasah diniyahnya, ilmu falak mendapat porsi khusus sebagai mata pelajaran wajib, bukan hanya suplementasi saja. Setidaknya, setiap santri yang tuntas mengaji di Madrasah Diniyah Matholiul Huda, madrasah di Pondok Gading, mesti terpapar ilmu ini. Pondok Gading merujuk kitab Sullamun Nayyirain karya Syekh Muhammad Manshur Al Batawi sebagai sumber belajar di madrasah diniyah dan basis metode hisab yang digunakan.

Perihal penggunaan hisab di pesantren NU, khususnya dalam hal-hal ahwalus syakhsiyyah awal dan akhir Ramadanmemang selalu ada perdebatan dan diskusi. Hukum hisab bagi pelaku dan jamaahnya ini ada rinciannya, namun tentu perlu artikel tersendiri membahas itu. Salah satu pendapat yang terdapat dalam Sullamun Nayyirain ini jadi pedoman: “Boleh bagi orang yang ahli hisab mengamalkan hisabnya, pendapat lain mengatakan wajib, demikian juga bagi orang yang membenarkan/ mempercayai (hasil hisab)”.

Dari situlah, otoritas hasil hisab Pondok Gading diikuti banyak kalangan, khususnya santri, alumni dan jamaah yang nderek kiai pesantren ini. Selain di wilayah Gading Kasri, ketetapan hisab Pondok Gading juga dipedomani pesantren dan masjid yang punya ikatan dengan salah satu pesantren tertua di Indonesia ini. Hingga hari ini, para tokoh dan kiai di Malang selalu menghormati keputusan Pondok Gading dalam putusan hasil hisab.

Lewat basis hisab tersebut memang ada perbedaan hasil simpulan dan ketetapan dengan pemerintah, yang meski tidak setiap tahun, berulang terjadi. Terhitung beberapa kali perbedaan ketetapan hari lebaran di Gading dengan putusan pemerintah terjadi di dekade awal 2000-an, sebagaimana yang pernah terjadi juga pada beda lebaran Muhammadiyah dan pemerintah.

Meninjau tradisi tersebut, bagaimana sebenarnya hisab dilakukan di Pondok Gading?

Saya berbincang dengan salah satu anggota tim hisab Pondok Gading guna mengulik sedikit lebih jauh perihal penggunaan dan pengajaran ilmu hisab di pesantren tersebut. Chasib Idris, S.Mat, seorang santri sarjana matematika alumnus Universitas Brawijaya sebagai anggota tim, membantu saya sedikit lebih mengenal bagaimana hisab diajarkan dan diamalkan oleh para kiai dan santri.

Pertanyaan saya buka dengan kelakar kemungkinan perbedaan lebaran tahun ini di Indonesia.

“Benar mas. Kemungkinan lebaran tahun ini isunya akan berbeda,” tukas santri asal daerah Tumpang, Kabupaten Malang ini.

“(Pondok) Gading akan berlebaran di tanggal 21 (April) ini, sama seperti Muhammadiyah.”

Chasib mengaku mulai ikut tim hisab tersebut tahun 2020. “Setahu saya dua tahun belakangan belum ada perbedaan. Aman, pas di hari rayanya. Tapi kalau beda awal dan akhir bulan Hijriyah lain pasti ada. Termasuk awal Ramadan tahun kemarin juga berbeda.”

Momen yang dimaksud adalah awal Ramadan 2 April 2022 lalu – Pondok Gading memulai puasa lebih dulu dari ketetapan sidang isbat pemerintah.

Santri lulusan Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang ini, menyebutkan bahwa Pondok Gading merujuk kitab Sullamun Nayyirain yang diajarkan di tingkatan Ulya, tingkat terakhir madrasah diniyah.

“Dari metode kitab itu, kita juga coba membandingkan dengan hasil dari kitab-kitab lainnya,” terang Chasib.

“Pondok ini juga kerap menyelenggarakan ekstrakurikuler pelatihan hisab dan falak, mewadahi teman-teman santri yang ingin lebih mendalami hisab ini.”

Tim hisab Pondok Gading, menurut keterangan Chasib, melakukan kegiatan menghitung, menyelesaikan permasalahan hisab, lalu melakukan konsultasi dan konfirmasi ke dewan pendamping dan masyayikh pesantren.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *