Tafsir Al-Quran Surat Al-Fath ayat 28-29: Menguatkan Solidaritas dan Kasih Sayang Sesama Orang Beriman

Menguatkan Solidaritas dan Kasih Sayang Sesama Orang Beriman
Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Ta’lim Bakda Subuh
Ahad, 21 Mei 2023

Oleh: Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Hajinews.id – Alhamdulillahi rabbil a’lamin. Kita berjumpa lagi dalam rangka meneruskan kajian tafsir Al-Quran Ahad pagi ini tanggal 1 Dzulqa’dah 1444 H bertepatan dengan tanggal 21 Mei 2023, untuk mendalami ayat-ayat Allah. Insya Allah kita meneruskan membahas Surat A-Fath, yang telah sampai pada dua ayat terakhir, yaitu 28-29. Mari kita membaca Ummul Kitab Surat Al-Fatihah, dilanjutkan dengan memabaca Surat Al-Fath ayat 28-29 tersebut secara bersama, yang artinya, “Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar”.

Ayat-ayat ini menjelaskan tentang ajaran islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW yang digambarkan “dengan petunjuk dan agama yang haq”, atau dengan petunjuk dan agama islam yang benar. Agama yang benar adalah islam. Kita tidak boleh mengatakan bahwa semua agama sama. Agama yang benar di sisi Allah SWT adalah agama islam, walau pun dalam praktik muamalah, kita menghargai perbedaan yang dianut oleh Saudara kita yang beragama lain. Sebagaimana dijelaskan pada pekan lalu, agama islam adalah yang sejalan dengan fitrah manusia, mudah dipahami dengan akal sehat. Sebagai hamba Allah dan khalifah Allah di muka bumi, semua yang kita memiliki berupa amanah yang diminta tanggung jawab di hadapan Allah SWT. Tidak ada satu jengkal pun dari perbuatan kita di dunia yang tidak akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hadapan Allah SWT. Kita perlu senantiasa bersyukur bahwa kita semua masih memperoleh hidayah untuk memeluk islam dan menjalankan ibadah untuk mencapai ridha Allah SWT.

Perhatikan Surat Al-Anam ayat 125, “Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”. Di sinilah sangat jelas bahwa hidayah itu adalah hak prerogatif Allah SWT. Barang siapa dikehendaki, maka akan dimudahkan hatinya untuk memahami ajaran islam (yasrah shadrahu lil islam). Sebaliknya, bagi orang yang tidak mendapat hidayah, agama itu terasa berat, dadanya sempit, pikirannya selalu melenceng (dhayyiqan, harjan). Orang yang sesat cenderung mencari-cari kelemahan ajaran islam, atas nama melakukan ijtihad. Tapi, bagi orang yang memperoleh hidayah, agama itu merupakan kebutuhan, bahwa berinfaq itu merupakan kebutuhan, yang akan bermanfaat kepada dirinya sendiri, bukan hanya kepada orang yang diberinya infaq dan sedekah.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *