Hikmah Siang: Apakah Taat pada Suami dalam Segala Hal?

Allah ta’ala telah menjadikan para suami sebagai pemimpin dalam rumah tangga. Sebagaimana firman Allah ta’ala,

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita” (QS. An-Nisa: 34).

Sudah sepatutnya seorang pemimpin untuk ditaati. Ketika ketaatan ditinggalkan maka hancurlah organisasi rumah tangga yang dijalankan. Oleh karena itulah, Allah dan Rasul-Nya dalam banyak dalil memerintahkan seorang istri untuk taat kepada suaminya, kecuali dalam perkara yang diharamkan. Meninggalkan ketaatan kepada suami merupakan dosa besar, sebaliknya ketaatan kepadanya diganjar dengan pahala yang sangat besar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا صَلَتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ

“Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktunya, mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia inginkan” (HR. Ibnu Hibban no.4163. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib no.2411).

Namun ketaatan kepada suami ada batasannya. Ketaatan tersebut tidak boleh dalam perkara maksiat dan perkara yang membahayakan! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّهُ لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq” (HR. Ahmad no.19904, dishahihkan Syu’aib Al-Arnauth dalam Takhrij Al-Musnad).

Maka dalam perkara maksiat, istri tidak wajib mentaati suaminya. Seperti jika suami meminta istrinya untuk melepas jilbab atau membuka aurat di depan umum, maka tidak boleh taat kepada suaminya dalam masalah ini.

Demikian juga tidak wajib taat kepada suami dalam perkara yang tidak ma’ruf. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

لَا طَاعَةَ فِي مَعْصِيَةٍ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ

“Tidak ada ketaatan dalam perkara maksiat, taat itu hanya dalam perkara yang ma’ruf” (HR. Bukhari no.7257 dan Muslim no.1840).

Yang dimaksud perkara yang ma’ruf adalah perkara yang dianggap baik oleh akal sehat dan syari’at. Perkara yang ma’ruf didefinisikan oleh As Sa’di rahimahullah:

المعروف: الإحسان والطاعة، وكل ما عرف في الشرع والعقل حسنه

“Al-ma’ruf artinya perbuatan kebaikan dan perbuatan ketaatan dan semua yang diketahui baiknya oleh syariat dan oleh akal sehat” (Tafsir As Sa’di, 1/194-196).

Sehingga tidak wajib taat kepada suami jika diperintahkan untuk melakukan perkara yang membahayakan dan tidak sesuai dengan akal sehat. Seperti jika suami memerintahkan istrinya untuk melukai dirinya sendiri, atau untuk terjun ke jurang, ini tidak wajib ditaati karena termasuk perkara yang membahayakan.

Lanjut baca: https://konsultasisyariah.com/41264-apakah-taat-pada-suami-dalam-segala-hal.html

@fawaid_kangaswad

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *