Kultum 177: Mummy Fir’aun, Bukti Al-Qur’an Itu Kalamullah

Mummy Fir’aun
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Konon pada tahun 1898, seorang ahli purbakala bernama Loret, menemukan sebuah mummi dilembah Luxor, yaitu lembah para Raja Mesir. Luxor adalah sebuah kota modern yang terletak di kedua tepi, timur dan barat, sungai Nil di Mesir bagian utara. Kota ini dibangun di bekas lokasi Thebes (atau Thaba), ibu kota Mesir kuno yang terkenal sekitar tahun 2050 Sebelum Masehi. Raja-raja Firaun memerintah di sini, menciptakan peradaban yang belum pernah dilihat dunia sebelumnya.

Tepatnya, purbakalawan Loret itu menemukan jenazah tokoh tersebut Fir’aun tersebut dalam bentuk mummy di Wadi Al-Muluk (Lembah Para Raja) berada di daerah di seberang Sungai Nil, Mesir. Selanjutnya, pada 8 Juli 1907, Elliot Smith membuka pembalut-pembalut mummy itu dan ternyata badan Fir’aun tersebut masih dalam keadaan utuh. Dari data-data sejarah terbukti bahwa mummy itu adalah Fir’aun yang bernama Maniptah.

Elliot Smith mendapat izin untuk membuka pembalut Fir’aun, untuk melihat jasad mummy tersebut. Setelah dibuka, ternyata jasad Fir’aun tersebur masih utuh sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’an. Allah berfirman,

فَالْيَوْمَ نُنَجِّيْكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُوْنَ لِمَنْ

خَلْفَكَ اٰيَةً ۗوَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ

عَنْ اٰيٰتِنَا لَغٰفِلُوْنَ

Artinya:

Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami (QS. Yunus, ayat 92).

Sampai pada poin ini, kita dan semua manusia yang mau berpikir secara logis, sekali lagi hanya secara logis, pasti akan menyimpulkan bahwa nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang ‘ummy’ (secara kasar = buta huruf), tidak mungkin mampu menuliskan ayat tersebut. Hal ini justru telah disebutkan di dalam kitab Taurat dan Injil. Singkatnya, akal sehat yang jujur akan menimpulkan bahwa Al-Qur’an tentu bukan, dan tidak mungkin, karangan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Menurut catatan sejarah, Fir’aun (atau dalam bahasa Inggris Pharaoh), adalah julukan bagi raja-raja Mesir kuno. Yang memerintah sesuai garis keturunan yang mereka miliki. Dari sekian banyak Fir’aun Mesir yang telah berkuasa, yang paling menonjol adalah Fir’aun Ramses II, yang berkuasa pada abad ke 14 Sebelum Masehi. Konon, pada masa pemerintahan Fir’aun Ramses II inilah, kejayaan keluarga dinasti Fir’aun dicapai.

Ramses II, adalah Fir’aun yang paling lama memerintah dalam sejarah Mesir kuno, yaitu kurang lebih sekitar 60 tahun. Ia juga dikenal sebagai Fir’aun penindas dan sangat kejam terhadap kaum minoritas Bani Israil. Bahkan dia ingin diakui sebagai tuhan, kerena dengan kuasanya dia berhak untuk menentukan seseorang hidup atau mati .

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *