Hajinews.id – Sosok cawapres atau calon wakil presiden kini menjadi kunci dalam dinamika politik Pilpres 2024, mengubah peta koalisi yang dibentuk pun bukan hal yang mustahil.
Calon presiden masa depan Prabowo Subianto mendapat dukungan empat partai setelah pertemuan antara Golkar dan PAN akhir pekan lalu.
Terbentuknya koalisi besar ini menjadikan Pilpres 2024 sebagai medan pertarungan persaingan tiga partai antar partai politik.
Selain Prabowo yang mendapat dukungan dari koalisi besar, PDIP dan PPP adalah yang pertama mendeklarasikan Ganja Pranowo sebagai jagoan.
Sedangkan Partai NasDem, PKS , dan Partai Demokrat masih mendukung Anies Baswedan.
Asrinaldi, Pengamat Politik Universitas Andalas, mengatakan dalam kondisi saat ini, lanskap politik masih berpeluang besar berubah menjelang pendaftaran Pilpres 2024. Cawapres selalu memicu tarik-menarik kepentingan
Asrinaldi berpendapat peta bisa berubah secara signifikan jika koalisi Anies berantakan. Dia menunjuk tanda-tanda dari Demokrat bahwa mereka mulai berporos ke koalisi lain karena ketidakpastian nama Cawapres pendamping Anies.
Demokrat diketahui membuka komunikasi dengan PDIP setelah NasDem terus-menerus menolak Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapres Anies.
“Misalnya Demokrat memang tidak dipilih, ya pindah. Otomatis Anies akan mundur sendiri. Jadi ada dua calon saja,” kata Asrinaldi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (15/8).
Jika hal itu terjadi, Asrinaldi memprediksi Demokrat akan merapat ke koalisi Ganjar. Hal itu merujuk kedekatan PDIP dan Demokrat beberapa bulan terakhir.
NasDem diprediksi akan merapat ke Prabowo karena koneksi alumni Partai Golkar. Begitu pula PKS yang diprediksi merapat ke Prabowo karena punya histori di 2014 dan 2019.
“Atau bisa saja NasDem berkomitmen mendukung Pak Jokowi, kemudian Anies diterima sebagai cawapres Prabowo, diterima partai koalisi, saya yakin menanglah itu satu putaran. Cuma kan agak berat,” ucapnya.
