Gus Baha Secara Singkat Menjelaskan Hakikat Surga dan Neraka Yang Membuat Umat Semakin Semangat Beribadah

Hakikat Surga dan Neraka
Gus baha
banner 400x400

Hajinews.id – GUS Baha mengatakan, umat Islam menaati segala perintah Allah Subanahu wa Ta’ala untuk masuk surga dan menjauhi larangannya agar terhindar dari neraka.

Dalam ilmu tasawuf, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau dikenal dengan Gus Baha menyatakan bahwa ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak terbatas pada urusan surga dan neraka.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Dalam disiplin ilmu tasawuf, menurut Imam Al Ghazali, representasi Alquran tentang surga neraka itu hanyalah gambaran ‘litaqribil afham’, gambaran untuk mendekatkan pemahaman logika manusia,” jelas Gus Baha.

“Karena Alquran adalah kalam Allah yang qodim, ketika turun ke level hawadits, tentu dengan menggunakan bahasa hawadits,” imbuhnya.

“Neraka dengan bermacam kepedihan adzabnya merupakan simbol perwujudan dari sukhtullah (kemurkaan Allah), dan surga dengan gelimang nikmatnya adalah sebagai perwujudan dari simbol ridho Allah. Itu saja hakikatnya,” terang Gus Baha.

Ia pun melatih umat Islam berpikir dengan logika yang sahih agar dalam melakukan kebaikan dan ibadah. Bisa murni hanya berdasar iman, syukur, cinta, mengagungkan, serta rindu kepada keridhoan Allah semata, dan bukan lagi orientasi surga neraka ataupun transaksional duniawi.

Caranya, kata Gus Baha, setiap Muslim harus kembali pada ajaran tasawuf dengan menjiwai secara penuh kalimah munajat, “Ilahi anta maqsudi wa ridhoka matlubi.” Namun jika belum bisa dan belum mampu, harus senantiasa dilatih dan dilatih lagi.

Agar lebih mudah memahami cara-cara itu, Gus Baha memberi analogi (qiyas) sebagai berikut:

“(Hitungan) 1+1 berapa? Kamu menjawab 2 itu, nunggu saya beri hadiah Rp1 juta, atau tetap menjawab 2 demi menjaga status kewarasan (akal sehat) Anda? Tentunya tetap menjawab 2 kan?” ucap Gus Baha.

“Kenapa demikian? Karena 1+1 = 2 itu adalah hakikat. Dan hakikat itu, latahtaju ila ujroh, yang namanya mempertahankan hakikat itu, tidak lagi butuh upah. Jelas ya?” tuturnya.

“Sekarang Allah sebagai Tuhan itu hakikat atau bukan? Hakikat. Kemudian, jika seandainya kalian mengatakan begini: ‘Ya Allah, jika Engkau kasih surga, saya akan katakan Engkau Tuhan. Namun jika tidak, tunggu dulu.’ Orang yang seperti itu, waras atau tidak? Jawabannya, pasti tidak waras,” ujar Gus Baha.

Dengan memahami itu, menurut Gus Baha, setiap Muslim akan berpikir, “Ya Allah, betapa malunya hamba, untuk mengatakan 1+1 = 2 hamba tidak butuh upah. Lalu kenapa untuk bersaksi bahwa engkau Tuhan, kita masih berharap surga, (takut neraka, bahkan sampai transaksional persoalan duniawi)? Betapa bodohnya kita,” pungkasnya.

Wallahu a’lam bisshawab.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *