Jokowi Marah Depan Bankir, Dolar Tembus Rp15.400

Hajinews.co.id — Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI 2023) dan ekonomi China yang melambat.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah di angka Rp15.425/US$ atau terdepresiasi 0,23%. Pelemahan ini mematahkan tren penguatan yang terjadi tiga hari beruntun sejak 27 November 2023.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 09.02 WIB naik tipis 0,04% menjadi 102,80. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan Rabu (29/11/2023) yang berada di angka 102,76.

 

Pergerakan Rupiah vs Dolar AS

Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2023 yang diselenggarakan kemarin (29/11/2023) menjadi salah satu penggerak utama mata uang Garuda hari ini.

Satu pernyataan keras Jokowi adalah soal kondisi likuiditas di perbankan yang mulai kering. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mulai mengkhawatirkan makin keringnya likuiditas di perbankan karena bisa mengganggu sektor riil, terutama dalam penyaluran kredit.

“Meskipun kalau kita lihat kadang-kadang di bawah tadi saya sampaikan ke Pak Gub, Pak Gubernur saya mendengar dari banyak pelaku usaha ini kelihatannya kok peredaran uangnnya makin kering. Saya mengajak seluruh perbankan harus prudent harus hati-hati tapi tolong lebih di dorong lagi kreditnya, terutama bagi umkm,” kata Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu (29/11/2023)

Hal ini dapat memberikan sentimen negatif bagi investor asing. Investor asing dapat menilai jika berinvestasi di Indonesia dengan kondisi saat ini tidak cukup baik khususnya dalam waktu dekat.

Jokowi pun meminta agar perbankan tidak menghabiskan likuiditas untuk membeli instrumen yang diterbitkan Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), seperti Surat Berharga Negara (SBN), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan sekuritas valuta asing Bank Indonesia (SVBI).

Terkait dana asing, Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah menilai investor asing kembali melirik pasar Indonesia karena kinerja ekonomi dalam negeri yang ciamik.

Kendati demikian, Piter menilai banjir aliran dana luar negeri ini tidak akan bertahan lama. Dia mengatakan dana tersebut akan segera berbalik arah, apabila melihat indikator-indikator ekonomi yang tidak sesuai dengan ekspektasi pasar. “Hot money itu memang karakteristiknya keluar masuk,” kata dia.

Sementara dari sisi eksternal, tekanan terhadap rupiah pun terjadi setelah PMI Manufaktur China tercatat sebesar 49,4 atau lebih rendah dari periode sebelumnya yang berada di angka 49,5.

Hal ini menjadi penting mengingat China merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia serta mitra dagang Indonesia. Maka dari itu, perlambatan aktivitas ekonomi di China akan sangat berdampak terhadap Indonesia termasuk rupiah.

sumber

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *