Kultum 352: Beberapa Dzikir Setelah Salat Rawatib

Dzikir Setelah Salat Rawatib
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 400x400

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Sebagian dari kita mungkin belum mengenal beberapa bacaan dzikir setelah salat wajib sebagaimana dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Perlu diketahui, dzikir sesudah atau setelah salat adalah salah satu dzikir yang perlu kita amalkan. Jadi, setelah salat tidak langsung bubar, namun hendaknya kita berdzikir, beristighfar, dan membaca dzikir-dzikir lainnya. Berikut ini adalah beberapa dzikir yang biasa dibaca (dilakukan) Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam setelah salat fardhu yang diketahui berdasarkan riwayat-riwayat yang shahih.

Dzikir demikian akan menguatkan seorang muslim dalam beribadah dan hati akan terasa tenang dan mudah mendapatkan pertolongan Allah. Beberapa bacaan itu antara lain,أَسْتَغْفِرُ اللهَ  dibaca tiga kali, yang artinya adalah, “Aku minta ampun kepada Allah (3x)”. bacaan ini lalu diikuti dengan bacaan اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ  yang artinya, “Ya Allah, Engkau pemberi keselamatan, dan dariMu keselamatan, Maha Suci Engkau, wahai Tuhan Yang Pemilik Keagungan dan Kemuliaan”.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam jika selesai dari salatnya beliau beristighfar sebanyak tiga kali dan membaca dzikir di atas. Al Auza’i menyatakan bahwa bacaan istighfar itu adalah astaghfirullah, astaghfirullah (HR. Muslim no. 591). Bacaan tersebut kemudian dilanjutkan dengan membaca,

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ،

لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ

قَدِيْرُ، اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ،

وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ

ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

Artinya:

Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya puji dan bagi-Nya kerajaan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang memberi apa yang Engkau cegah. Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya (selain iman dan amal shalihnya yang menyelamatkan dari siksaan). Hanya dari-Mu kekayaan dan kemuliaan (HR. Bukhari no. 844 dan Muslim no. 593).

Mungkin bacaan tersebut berbeda dengan yang kita dengar. Memang, sebab kadang Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana dikatakan oleh ‘Abdullah bin Zubair, Nabi biasa membaca tahlil berikut,

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ،

لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ

قَدِيْرُ. لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، لاَ إِلَـهَ

إِلاَّ اللهُ، وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ

الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ

مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ

Artinya:

Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan pujaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali (dengan pertolongan) Allah. Tiada Tuhan (yang hak disembah) kecuali Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya. Bagi-Nya nikmat, anugerah dan pujaan yang baik. Tiada Rabb (yang hak disembah) kecuali Allah, dengan memurnikan ibadah kepadaNya, sekalipun orang-orang kafir sama benci (HR. Muslim no. 594).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *