Benjamin Netanyahu Panik Setelah Dikecam Dunia

Benjamin Netanyahu Panik
Benjamin Netanyahu
banner 400x400

Hajinews.co.idSerangan udara Israel menyebabkan kebakaran besar di kamp pengungsi di Rafah, menewaskan 45 orang. Para pemimpin dunia mengutuk kekejaman tersebut, sehingga mendorong Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa ia akan menyelidiki masalah tersebut.

Menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF), pemboman tersebut secara khusus menargetkan petinggi Hamas tetapi menyebabkan kebakaran. 45 pengungsi tewas, termasuk mereka yang dirawat di rumah sakit lapangan Komite Palang Merah Internasional.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas mengatakan hampir setengah dari korban tewas adalah perempuan, anak-anak, dan orang tua. Netanyahu mengatakan di parlemen bahwa ada sesuatu yang salah dengan serangan udara tersebut.

“Kami sedang menyelidiki kejadian tersebut dan akan mengambil kesimpulan, karena ini adalah kebijakan kami,” ujarnya.

Amerika Serikat (AS), sekutu setia dan pemasok senjata Israel, menggambarkan gambar-gambar setelah kejadian tersebut sebagai sesuatu yang sangat menghancurkan. Serangan itu, yang merupakan salah satu insiden paling mematikan dalam perang delapan bulan hingga saat ini, terjadi dua hari setelah pengadilan internasional (ICJ) di Den Haag, Belanda, yang menjadi arbitrase antar negara, memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasinya di Rafah.

Lebih dari 85% penduduk wilayah Palestina mencari perlindungan di wilayah tersebut setelah melarikan diri dari pertempuran di tempat lain, dan satu juta orang terpaksa pindah lagi sejak operasi darat Israel dimulai pada 6 Mei. Pengiriman bantuan melambat, dan penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom di dekatnya secara efektif diblokir Israel.

Kecaman internasional terhadap perang Israel melawan Hamas terus meningkat seiring dengan banyaknya korban tewas dan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza. Perintah ICJ bersifat mengikat, tetapi tidak dapat dilaksanakan. Beberapa negara meminta Israel untuk mematuhi keputusan mayoritas hakim 13-2 setelah serangan Rafah.

Qatar, mediator utama antara Israel dan Hamas dalam upaya mencapai gencatan senjata dan pembebasan sandera, mengatakan jatuhnya korban di Rafah akan mempersulit negosiasi yang berlarut-larut. Harian Israel Haaretz melaporkan Hamas telah memutuskan untuk menarik diri dari usulan perundingan terbaru karena serangan itu digambarkan oleh para pemimpin seniornya sebagai pembantaian.

Negara tetangga Mesir dan Yordania, yang berdamai dengan Israel beberapa dekade lalu, juga mengutuk serangan tersebut. Hubungan antara Mesir dan Israel, yang sempat dingin, telah mencapai titik nadir sejak operasi Rafah dimulai.

Situasi semakin memburuk pada Senin (27/5), setelah militer Israel mengkonfirmasi telah terjadi baku tembak antara tentara Israel dan Mesir di daerah penyeberangan Rafah yang menewaskan sedikitnya satu anggota pasukan keamanan Mesir. Militer kedua negara sedang meninjau insiden tersebut.

Prancis, sekutu Israel di Eropa, mengatakan mereka marah dengan serangan Rafah. “Operasi ini harus dihentikan,” kata Presiden Emmanuel Macron di X.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *