Kultum 562: Itulah Bisikan Syetan

Itulah Bisikan Syetan
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 400x400

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Seorang peserta “Tanya Jawab Islam” bertanya demikian, “Karena saya menderita waswasah (bisikan syetan), terkadang saya tidak menjawab istri saya ketika dia mencoba berbicara dengan saya. Mungkin karena waswasah ini atau karena saya yakin dia penyebab waswasah ini. Pertanyaan saya, apakah fakta bahwa saya tidak menjawabnya dihitung sebagai talak (perceraian)? Jika saya berbicara dengannya dengan marah apakah itu termasuk talak?”

Pertanyaan ini dijawab sebagai berikut. Tidak menjawab isterimu tidak dihitung sebagai talak, demikian juga jika tidak berbicara kepadanya dengan marah. Tidak peduli seberapa banyak Anda berpikir tentang perceraian, atau niat dan tekad untuk melakukannya, talak (perceraian) tidak terjadi sampai dan kecuali Anda mengucapkan kata-kata talak.

Hal itu karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah telah mengampuni bagi umatku (pengikut) apa yang dibisikkan kepada mereka dan yang terlintas dalam pikiran mereka, selama mereka tidak mengamalkannya atau berbicara itu” (HR. al-Bukhari, 6664; Muslim, 127). Berdasarkan hal tersebut, menurut para ulama jika seseorang berpikir tentang talak, maka tidak berarti apa-apa kecuali dia membicarakannya.

Memang menurut sebagian ulama, jika seseorang terkena waswas, maka talaknya tidak dihitung meskipun ia mengucapkannya, selama ia tidak berniat talak. Al-Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah berkata, “Talak orang yang terkena waswas tidak dihitung meskipun dia mengucapkan kata-kata itu, jika itu tidak dilakukan dengan sengaja, karena ucapan itu terjadi karena waswas, bukan karena kehendak atau niatnya. Melainkan dipaksakan kepadanya karena kekuatan waswas dan kurangnya pengendalian diri”.

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, ‘Tidak ada perceraian di bawah paksaan’. Jadi perceraian ini tidak masuk hitungan, karena dia sebenarnya tidak mau melakukan itu. Ini adalah sesuatu yang dipaksakan kepadanya tanpa niat atau pilihan darinya untuk melakukan itu, jadi ini tidak berarti telah terjadi talak’” (Fatwa Islamiyyah, disusun oleh Syekh Muhammad ibn ‘Abd al-‘Aziz al-Musnad, 3/277).

Kami menyarankan Anda untuk tidak memperhatikan bisikan-bisikan ini, dan mengabaikannya, dan melakukan kebalikan dari apa yang mereka panggil untuk Anda lakukan. Untuk bisikan (waswas) ini datang dari syetan untuk menyebabkan kesedihan bagi mereka yang beriman. Cara terbaik untuk menghadapinya adalah dengan banyak mengingat Allah (berdzikir), berlindung kepada Allah dari syetan yang terkutuk, menjauhi dosa dan perbuatan salah yang merupakan cara iblis menguasai anak-anak Adam.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

اِنَّهٗ لَـيۡسَ لَهٗ سُلۡطٰنٌ عَلَى الَّذِيۡنَ

ٰمَنُوۡا وَعَلٰى رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُوۡنَ

Artinya:

Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan (QS. An-Nahl, ayat 99).

Patut dikutip di sini apa yang dikatakan Ibnu Hajar al-Haytami Rahimahullah tentang menangani waswasah dalam bukunya al-Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra, 1/149. Inilah yang dia katakan ketika dia ditanya tentang masalah waswasah (menyindir bisikan dari syetan), dan apakah ada obat untuk itu. Dia menyarankan untuk berwdhu, sebagaimana disarankan dalam Sharh Mishkat al-Anwar.

Setan, menurut kesepakatan ulama, tidak memiliki keinginan lain selain menyesatkan orang-orang beriman, membuat mereka bingung, membuat hidup mereka sengsara, membuat mereka tertekan hingga mereka meninggalkan Islam tanpa menyadarinya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

اِنَّ الشَّيْطٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّاۗ

اِنَّمَا يَدْعُوْا حِزْبَهٗ لِيَكُوْنُوْا

مِنْ اَصْحٰبِ السَّعِيْرِۗ

Artinya:

Sungguh, syetan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya syetan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala (QS. Fatir, ayat 6).

Menurut hadits lain (riwayat kenabian), orang yang menderita waswasah harus mengatakan, “Amantu Billahi wa bi rusulihi (Saya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya)”. Tidak diragukan lagi, siapa pun yang memikirkan jalan para rasul Allah, terutama Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wasallam akan menemukan bahwa jalannya dan hukumnya mudah dan jelas, tanpa kesulitan di dalamnya.

Hal ini juga sudah jelas sebagaimana firman Allah, “dan (Dia) tidak menjadikan bagimu dalam agama suatu kesulitan” (QS. al-Hajj, ayat 78). Barangsiapa merenungkan ini dan meyakininya dengan tulus, masalah waswasah dan mendengarkan syetan akan hilang, insya Allah. Allahu ya’lam.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat dan penambah iman kita, dan kalau sekiranya bisa bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                     —ooOoo—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *