Kultum 565: Membaca Wajah Orang

Membaca Wajah Orang
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 400x400

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Sebagian umat Islam juga masih meyakini tentang adanya manusia yang mampu mengetahui karakter orang dari ekspresi wajah mereka. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam ayat di mana Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

لِلۡفُقَرَآءِ الَّذِيۡنَ اُحۡصِرُوۡا فِىۡ سَبِيۡلِ

اللّٰهِ لَا يَسۡتَطِيۡعُوۡنَ ضَرۡبًا فِى الۡاَرۡضِ

يَحۡسَبُهُمُ الۡجَاهِلُ اَغۡنِيَآءَ مِنَ

التَّعَفُّفِ‌ۚ تَعۡرِفُهُمۡ بِسِيۡمٰهُمۡ‌ۚ لَا

يَسۡـــَٔلُوۡنَ النَّاسَ اِلۡحَــافًا وَمَا

تُنۡفِقُوۡا مِنۡ خَيۡرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيۡمٌ

Artinya:

(Apa yang kamu infakkan) adalah untuk orang-orang fakir yang terhalang (usahanya karena jihad) di jalan Allah, sehingga dia yang tidak dapat berusaha di bumi; (orang lain) yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui (QS. Al-Baqarah, ayat 273).

Atau mereka mampu mengerjakannya dari ucapannya, yang dimaksud dalam firman Allah Subhanahu wata’ala,

وَلَوۡ نَشَآءُ لَاَرَيۡنٰكَهُمۡ فَلَعَرَفۡتَهُمۡ

بِسِيۡمٰهُمۡ‌ؕ وَلَتَعۡرِفَنَّهُمۡ فِىۡ لَحۡنِ

الۡقَوۡلِ‌ؕ وَاللّٰهُ يَعۡلَمُ اَعۡمَالَكُمۡ

Artinya:

Dan sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami perlihatkan mereka kepadamu (Muhammad) sehingga engkau benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan engkau benar-benar akan mengenal mereka dari nada bicaranya, dan Allah mengetahui segala amal perbuatan kamu (QS. Muhammad, ayat 30).

Ibnu al-Qayyim Rahimahullah berkata mengomentari ayat ini, “Maksudnya adalah bahwa Allah Subhanahu wata’ala menegaskan bahwa Nabi harus mengetahui tentang mereka dari nada bicaranya, karena mengetahui tentang pembicara dan apa yang dia sembunyikan di dalam hatinya lebih akurat daripada mengetahuinya dengan melihat fitur wajah dan ekspresinya, karena kata-kata yang diucapkan seseorang memberikan indikasi yang lebih besar tentang apa yang ada di hatinya daripada fitur wajahnya. Intuisi berkaitan dengan dua hal, yakni melihat dan mendengarkan (Madarij as-Saalikeen, 2/483).

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin Rahimahullah berkata, “Allah Subhanahu wata’ala telah memberi banyak orang pengetahuan dan intuisi yang melaluinya mereka dapat mengetahui karakter dan keadaan seseorang berdasarkan fitur wajahnya dan cara dia memandang sesuatu dan dari beberapa perkataannya, sebagaimana Allah Subhanahu wata’ala berfirman dalam surat Muhammad ayat 30 di atas.

Ibn al-Qayyim menyebut intuisi ini “intuisi berdasarkan iman”, dan dia mengatakan tentang penyebabnya, realitasnya dan asalnya, “Penyebabnya adalah cahaya yang dipancarkan Allah ke dalam hati seseorang, yang dengannya ia membedakan antara yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, orang yang mengatakan kebenaran dan orang yang berbohong”.

Realitasnya adalah bahwa itu adalah pemikiran yang terjadi pada seseorang yang mengesampingkan sebaliknya. Pikiran ini muncul di benak seperti singa yang akan menerkam mangsanya. Intuisi ini sepadan dengan kekuatan iman seseorang, jadi orang yang lebih kuat imannya memiliki intuisi yang lebih kuat. Asal muasal jenis intuisi ini adalah cahaya dan kehidupan yang diberikan Allah Subhanahu wata’ala kepada siapa pun yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, dan hatinya dihidupkan kembali dan diterangi karenanya, sehingga intuisi ini hampir tidak pernah salah.

Maka hendaknya seseorang merenungkan hal ini, dan tidak tergesa-gesa menilai seseorang berdasarkan intuisi saja, karena dalam hal itu orang yang menghakimi akan banyak melakukan kesalahan. Ciri-ciri fisik ini hanyalah tanda-tanda dan tidak pasti, karena mereka mungkin tidak mengarah pada kesimpulan yang tepat karena beberapa kondisi yang tidak terpenuhi atau beberapa halangan (Madarij as- Salikiin, 2/488).

Dengan demikian menjadi jelas bahwa intuisi mungkin berkaitan dengan keyakinan atau wawasan yang tidak dapat dipelajari; melainkan itu adalah cahaya yang ditanamkan Allah di hati hamba-Nya yang beriman. Adapun jenis yang kedua, yaitu pedoman umum yang boleh dipelajari, baik muslim maupun non muslim boleh mempelajarinya, dan boleh benar atau salah, sehingga tidak ada ilmu yang pasti yang dapat dijadikan landasannya melainkan hanya tanda dan indikasi yang bahkan mungkin tidak mencapai tingkat kemungkinan dalam banyak kasus.

Adapun untuk menyebarkan intuisi ini di antara orang-orang dan meminta uang untuk hal itu, ini adalah jenis peramal ‘baru’ yang mengambil banyak bentuk saat ini. Mereka hanya menganggap intuisi sebagai alat untuk mendapatkan uang dengan menggunakan tipu daya untuk menghabiskan kekayaan orang secara tidak sah. Semoga uraian ini bisa membantu mereka yang masih bertanya-tanya tentang membaca wajah maupun intuisi. Dan Allah tahu yang terbaik.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat dan penambah iman kita, dan kalau sekiranya bisa bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                  —ooOoo—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *