Kultum 574: Hindari Makanan Sembahan Pada Berhala

Hindari Makanan Sembahan Pada Berhala
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 400x400

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Untuk sampai kepada inti, perhatikan firman Allah Subhanahu wata’ala berikut,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِن

طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ

Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa apa yang baik (yang halal) yang telah Kami rizkikan kepadamu (QS. al-Baqarah, ayat 172).

Ayat tersebut merupakan perintah Allah Subhanahu wata’ala kepada hambanya yang beriman untuk mencari rezeki dari sumber yang baik lagi halal. Tuntunan supaya mewaspadai dan berhati-hati dalam mencari rezeki adalah amat penting karena itu adalah makanan yang akan bersatu menjadi darah daging kita. Sesungguhnya seorang hamba yang memakan sesuap rezeki yang haram ke dalam perutnya, niscaya Allah Subhanahu tidak akan mengabulkan doanya selama 40 hari.

Selian itu, setiap daging yang tumbuh dari perkara yang haram dan riba, maka api nerakalah yang layak baginya. Bukan itu saja, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajar umatnya menjauhi perkara syubhat sebagaimana yang terdapat di dalam sebuah hadis,

الْحَلاَلُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَ ذَلِكَ

أُمُورٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَدْرِي كَثِيرٌ مِنَ

النَّاسِ أَمِنَ الْحَلاَلِ هِيَ أَمْ مِنَ الْحَرَامِ

فَمَنْ تَرَكَهَا اسْتِبْرَاءً لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ

Artinya:

Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Diantara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agamanya dan kehormatannya (HR. Tirmizi, no. 1205).

Meskipun perkara yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas melalui nas-nas al-Qur’an dan Sunnah, tetapi di antara dua perkara tersebut terletak perkara syubhat atau samar yang menjadi keraguan status bahwa ia haram atau halal. Hadits tersebut memberi petunjuk kepada Muslim untuk menjauhi perkara-perkara syubhat karena dikhawatirkan akan terjebak ke dalam perkara-perkara yang haram.

Lantas, bagaimana jika Muslim memakan makanan dan buah-buahan sembahan berhala orang bukan Islam? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat hal-hal berikut. Pertama, mengambil makanan dan buah-buahan dari wadah tanpa meminta izin kepada pemiliknya merupakan satu perbuatan mencuri.

Kedua, umat Islam dibolehkan memakan makanan yang disembelih oleh orang Islam atau ahli kitab. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala,

الْيَوْمَ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ وَطَعَامُ

الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حِلٌّ لَكُمْ

وَطَعَامُكُمْ حِلٌّ لَهُمْ

Artinya:

Pada hari ini dihalalkan bagimu (memakan makanan) yang baik-baik, dan makanan (sembelihan) orang-orang yang diberikan Kitab itu adalah halal bagi kamu, dan makanan (sembelihan) kamu adalah halal bagi mereka [ahli kitab] (QS. al-Maidah, ayat 5).

Bagaimana dengan makanan dari sembelihan orang beragama Budha? Memakan makanan demikian adalah haram, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala,

وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّـهِ عَلَيْهِ

Artinya:

Dan janganlah kamu makan dari (sembelihan binatang ) yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya (QS. al-An’am, ayat 121).

Ketiga, bagaimana hukum memakan buah-buahan yang dipersembahkan kepada berhala? Buah-buahan merupakan makanan yang dikategorikan sebagai makanan tetapi ia bukan makanan dari hewan sembelihan. Begitu juga seperti kue-kue, roti dan sebagainya. Dalam hal ini, adakah hukumnya sama seperti hukum memakan makanan yang disembelih oleh orang bukan Islam juga?

Menurut Imam al-Qurtubi Rahimahullah di dalam tafsirnya, “Telah berkata Abu Umar, ‘dan tidak mengapa dengan memakan makanan  golongan penyembah berhala, orang Majusi dan sekalian yang tiada kitab (bukan ahli kitab) dari kalangan kufar selama makanan itu bukan dari (hewan) sembelihan mereka’” (lihat: al-Jami’ li Ahkam al-Quran, 6/77).

Ini menunjukkan bahwa memakan makanan yang disediakan oleh orang bukan Islam, selain makanan hasil sembelihan, adalah dibolehkan. Namun begitu, terdapat juga sebagian ulama yang melarang umat Islam untuk memakan buah-buahan dan sejenisnya sebagaimana hukum yang sama bagi hewan sembelihan bukan Islam.

Mereka beralasan bahwa makanan mereka dipersembahkan kepada berhala, dan ini adalah sarana untuk perbuatan syirik. Selain itu, makanan tersebut adalah makanan yang dipersembahkan kepada dewa atau berhala sebagai sarana untuk mendapat sesuatu ganjaran dalam urusan hidup. Allahu ya’lam.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat dan penambah iman, dan kalau sekiranya bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                  —ooOoo—

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *