Agar Warisan Tak Jadi Rebutan

Foto : Ilustrasi

AGAR WARISAN TAK JADI REBUTAN

#AbahBeta

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Ada yang bilang, “Apa gunanya harta? Kalau kita mati hanya akan jadi rebutan anak cucu”. Entah seberapa malas orang ini belajar agama? Gunanya harta ya banyak. Sedekah, ongkos umroh, ongkos haji, beli baju agar menutup aurat, nafkah anak istri, dan lain-lain. Apa dia tidak baca firman Allah:

…وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِا لْمَعْرُوْفِ ۗ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَآ رَّ وَا لِدَةٌ بِۢوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُوْدٌ لَّهٗ بِوَلَدِهٖ وَعَلَى الْوَا رِثِ مِثْلُ ذٰلِكَ ۚ ….
…Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula…. (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 233)

Allah juga berfirman:
يَسْــئَلُوْنَكَ مَا ذَا يُنْفِقُوْنَ ۗ قُلْ مَاۤ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ خَيْرٍ فَلِلْوَا لِدَيْنِ وَا لْاَ قْرَبِيْنَ وَا لْيَتٰمٰى وَا لْمَسٰكِيْنِ وَا بْنِ السَّبِيْلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَاِ نَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan”. Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 215)

Adapun masalah harta warisan akan menjadi rebutan anak cucu, memang banyak kenyataan demikian. Tapi apakah solusinya adalah berhenti mempersiapkan harta warisan bagi keluarga kita? Justru Rasulullah bersabda:
إنك أن تذر ورثتك أغنياء خير من أن تذرهم عالة يتكففون الناس وإنك لن تنفق نفقة تبتغي بها وجه الله إلا أجرت بها حتى ما تجعل في في امرأتك

Sungguh engkau meninggal dunia dalam keadaan ahli warismu kaya itu lebih baik daripada engkau tinggalkan mereka dalam keadaan miskin meminta-minta kepada manusia. Sungguh tidaklah engkau memberi nafkah dengan mengharap wajah Allah kecuali engkau akan diberi pahala dengan sebab nafkah tersebut. Makanan yang engkau berikan kepada mulut istrimu itu juga berpahala. (Hadits riwayat Imam AlBukhari dan Muslim)

Lalu apa solusinya agar anak cucu kita tidak ribut rebutan warisan?

1. Berdoa kepada Allah. Karena hidayah itu milik Allah. Allah berfirman:
وَقَا لَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْۤ اَسْتَجِبْ لَـكُمْ ۗ اِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَا دَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَا خِرِيْنَ
Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk ke Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina”. (QS. Ghafir 40: Ayat 60)

Salah satu doa yang bisa dipanjatkan ada dalam firman Allah:

وَا لَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَا جِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّا جْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَا مًا
Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa”.(QS. Al-Furqan 25: Ayat 74)

2. Didiklah anak cucu kita dengan pendidikan Islami. Teladanilah kisah Luqman dalam AlQuran. Di antaranya dikisahkan dalam firman Allah:

يٰبُنَيَّ اِنَّهَاۤ اِنْ تَكُ مِثْقَا لَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَ رْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ
(Luqman berkata), “Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Mengetahui”. (QS. Luqman 31: Ayat 16)

Pendidikan ini wajib diberikan kepada keluarga kita. Allah berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَ هْلِيْكُمْ نَا رًا وَّقُوْدُهَا النَّا سُ وَا لْحِجَا رَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَا ظٌ شِدَا دٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS. At-Tahrim 66: Ayat 6)

Akan tetapi hasilnya kita serahkan kepada Allah. Jangankan kita. Nabi Allah putera Nabi Allah cucu Nabi Allah yaitu Nabi Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim saja tidak bisa mencegah Nabi Yusuf dizalimi kakak-kakaknya.

Itupun di akhir kisah, Alhamdulillah kakak-kakak Yusuf menyadari kesalahannya dan bertaubat. Allah berfirman:

قَا لُوْا تَا للّٰهِ لَقَدْ اٰثَرَكَ اللّٰهُ عَلَيْنَا وَاِ نْ كُنَّا لَخٰـطِـئِيْنَ
Mereka berkata, “Demi Allah, sungguh Allah telah melebihkan engkau di atas kami, dan sesungguhnya kami adalah orang yang bersalah (berdosa)”. (QS. Yusuf 12: Ayat 91)

قَا لَ لَا تَثْرِيْبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ ۗ يَغْفِرُ اللّٰهُ لَـكُمْ ۖ وَهُوَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ
Dia (Yusuf) berkata, “Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni kamu. Dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang”. (QS. Yusuf 12: Ayat 92)

3. Banyak-banyak beramal shalih. Perhatikan firman Allah mengisahkan perkataan Nabi Khidir kepada Nabi Musa:
وَاَ مَّا الْجِدَا رُ فَكَا نَ لِغُلٰمَيْنِ يَتِيْمَيْنِ فِى الْمَدِيْنَةِ وَكَا نَ تَحْتَهٗ كَنْزٌ لَّهُمَا وَكَا نَ اَبُوْهُمَا صَا لِحًـا ۚ فَاَ رَا دَ رَبُّكَ اَنْ يَّبْلُغَاۤ اَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا ۖ رَحْمَةً مِّنْ رَّبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهٗ عَنْ اَمْرِيْ ۗ ذٰلِكَ تَأْوِيْلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَّلَيْهِ صَبْرًا ۗ

“Dan adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang saleh. Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya”. (QS. Al-Kahf 18: Ayat 82)

Berdasarkan ayat ini, dulu ada orang shalih yang mengumpulkan harta kemudian menaruhnya di tempat yang tersembunyi agar bisa menjadi warisan bagi anak-anaknya. Dia menyembunyikan harta itu, karena masyarakat di sekitarnya merupakan masyarakat yang buruk dan berbahaya bagi anak-anaknya.

Orang shalih itupun wafat. Suatu ketika, tembok rumah mereka rusak hampir roboh. Jika tembok rumah itu roboh, maka ketahuanlah bahwa mereka memiliki banyak harta yang selama ini disembunyikan. Hal itu bisa membuat masyarakat di sekitar mereka menjahati mereka.

Allah Yang Mahamengetahui mewahyukan kepada Nabi Khidir agar menyeberangi lautan bersama Nabi Musa untuk menyelamatkan anak-anak itu. Allah memberitahu Nabi Khidir bahwa itu anak-anak dari seorang shalih. Maka Nabi Khidir menyeberangi lautan bersama Nabi Musa dalam rangka memperbaiki tembok rumah itu.

Setelah mengetahui kisah tersebut, mari kita berpikir. Jika ada ahli maksiat menumpuk harta untuk warisan keluarganya, manakah yang lebih baik dari dua solusi ini:

A. Tetap maksiat. Berhenti menumpuk harta untuk warisan keluarga.

B. Tinggalkan maksiat, jadi orang shalih, dan lanjutkan menumpuk harta untuk warisan keluarga.

Jika melihat kisah di atas, tahulah kita bahwa menyimpan harta untuk warisan keluarga merupakan jalan orang shalih yang disebutkan di dalam AlQuran. Maka pilihan B jauh lebih sesuai dengan ajaran AlQuran.

Jika kita wafat dalam keadaan shalih, insyaa Allah, Allah lah yang akan menjaga anak cucu kita sehingga tidak celaka karena rebutan warisan. Maka berusahalah, berdoalah, dan murnikan tawakal hanya kepada Allah.

والله أعلم
والله الموفق إلى أقوام الطريق

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar