Tentara China dan India Bertikai, 20 Meninggal

Lima tentara India berpatroli di wilayah Kashmir. Foto: AP

KASHMIR, hajinews.id –  Bentrok yang terjadi antara India dan China diperbatasan Himalaya makin banyak memakan korban. Setelah sebelumnya diketahui 3 tentara India tewas, kali ini angkanya menjadi 20 tentara.

Perseteruan kedua negara di wilayah itu sudah terjadi sejak 1962. Setelah terakhir memakan korban 4 tentara India di tahun 1975, korban jiwa baru terjadi lagi sekarang.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Menurut salah satu sumber AFP, bentrokan kemarin tidak menggunakan senjata api. “baku hantam dengan tangan,” tulis media itu.

Para prajurit saling melempar pukulan dan batu. China, bahkan disebut menyerang tentara India dengan tongkat dan pentungan yang bertabur paku.

Dikutip dari Hindustan Times, kejadian ini berlangsung selama enam jam. “Pertempuran sengit,” kata militer India.

Beijing dan Delhi saling menyalahkan karena bentrokan ini. Kawasan yang disengketakan adalah Lembah Galwan, yang terletak diantara Ladakh yang jadi bagian India dan Tibet yang jadi bagian China.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri India, Anurag Srivastava mengatakan bentrokan muncul karena China. “Bentrokan muncul dari upaya China untuk mengubah status quo secara sepihak di perbatasan,” katanya.

Sementara dikutip dari South China Morning Post, China mengatakan India masuk ke kawasannya secara ilegal. “Mereka dengan sengaja memprovokasi serangan,” kata Juru Bicara pasukan China yang bertugas, Zhang Shuli.

Sementara itu, Mantan Duta Besar India untuk China dan Menteri Luar Negeri Nirupama Menon Rao memperingatkan kekhawatirannya. “Kita berada pada titik yang sangat mengkhawatirkan dalam hubungan,” tegasnya.

PBB meminta kedua negara untuk melakukan pengekangan konflik secara maksimal. Amerika Serikat, yang kini menganggap India sekutu telah berulang kali menawarkan diri sebagai mediator.

Sebenarnya perbatasan kedua negara sudah dibatasi oleh Garis Kontrol Aktual (LAC). Tapi tidak ada yang mengakui ini. Ketegangan keduanya ditakutkan mempengaruhi komoditas. (wh/cnbc)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *