Hutang Kita Banyak Pada Anak-Anak

Foto : Unsplash
banner 400x400

Hutang Kita Banyak Pada Anak-Anak

Imam Al Ghazali mengatakan:
“Anak-anak adalah amanah bagi kedua orangtuanya. Hatinya yang suci merupakan permata yang paling berharga, belum terukir dan terbentuk.

Ia menerima setiap bentuk ukiran dan cenderung kepada setiap hal yang dibiasakan kepadanya. Jika dibiasakan yang baik dan diajarkan kebaikan, maka ia akan tumbuh menjadi baik dan bahagia di dunia dan akhirat.
Ayahnya, gurunya dan setiap orang yang mendidiknya juga akan mendapatkan pahala. Namun jika dibiasakan dengan keburukan dan dibiarkan seperti binatang maka ia akan celaka dan binasa. Dan dosanya ditanggung oleh orangtuanya.”
(Ihya’ Ulumiddin, Imam Al Ghazali, Kairo: Dar Misr li al-Thiba’ah, Juz II, hlm. 89)

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Orangtua mempunyai peranan yang sangat besar dalam perkembangan anak-anak.
Anak-anak akan melihat apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orangtuanya.

Kebiasaan yang baik yang diajarkan di masa kecilnya, maka itu akan menjadi kebiasaannya di masa mendatang.

Namun yang seringkali terjadi, kita begitu mudahnya meluapkan kemarahan pada mereka saat kita lelah.
Tidak jarang, kita membentak mereka, padahal mereka belum benar-benar paham kesalahan yang mereka lakukan.
Kita seringkali membuat mereka menangis, hanya karena kita ingin lebih dimengerti dan didengarkan oleh anak-anak kita.

Tetapi, seburuk apapun kita memperlakukan mereka, segalak apapun kita memperlakukan mereka, semarah apapun kita pernah membentak mereka, mereka tak memiliki jiwa untuk balas dendam kan?
Justru sebaliknya mereka akan tetap saja mendatangi kita dengan senyum kecilnya yang menawan.
Menghibur kita dengan tawa kecilnya,
Menggenggam tangan kita dengan tangan kecilnya,
Seolah semuanya baik-baik saja,
Seolah olah tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

Mereka selalu punya banyak cinta untuk kita,
meskipun seringkali kita tidak membalas cinta mereka dengan cukup.

Kita bilang kepada mereka, kita bekerja keras demi kebahagiaan mereka, tetapi kenyataannya merekalah yang justru membahagiakan kita dalam lelah di sisa waktu dan tenaga kita.

Kita merasa bahwa kita bisa menghibur kesedihan mereka atau menghapus air mata dari pipi-pipi kecil mereka, tetapi sebenarnya kitalah yang selalu mereka bahagiakan.

Sadarilah, merekalah sebenarnya yang selalu berhasil membuang kesedihan kita, yang selalu melapangkan kepenatan kita, yang selalu menghapus air mata kita.

Kita berhutang banyak pada anak-anak kita.
Dalam 24 jam, berapa lama waktu yang kita miliki untuk berbicara dengannya? Mendengarkan, memeluk, mendekap dan bermain dengan mereka?

Dari waktu hidup kita bersama mereka, seberapa keras kita bekerja untuk menghadirkan kebahagiaan sesungguhnya di hari-hari mereka, melukis senyum sejati di wajah mungil mereka?

Tentang anak-anak, sebenarnya merekalah yang justru selalu “lebih dewasa” dan “lebih bijaksana” daripada kita.

Merekalah yang selalu mengajari dan membimbing kita menjadi manusia yang lebih baik setiap harinya.

Seburuk apapun kita sebagai orangtua, mereka selalu siap kapan saja untuk menjadi anak-anak terbaik yang pernah kita punya.

Kita selalu berhutang kepada anak-anak kita.
Anak-anak yang setiap hari menjadi korban dari betapa buruknya cara kita mengelola emosi.
Anak-anak yang terbakar residu ketidakbecusan kita saat mencoba menjadi manusia dewasa.
Anak-anak yang menanggung konsekuensi dari nasib buruk yang setiap hari kita buat sendiri.

Anak-anak yang barangkali masa depannya terkorbankan gara-gara kita tak bisa merancang masa depan kita sendiri.
Tetapi mereka tetap saja tersenyum, mereka tetap memberi kita banyak cinta, mereka selalu mencoba membuat kita bahagia.

Maka dekaplah anak-anakmu, tataplah mata mereka dengan penuh kasih sayang & penyesalan, katakan kepada mereka:
“Maafkan anak anakku, untuk hutang-hutang yang belum kami bayarkan”

Maafkan jika semua hutang ini telah membuat Allah tak berkenan.
Maafkan, karena hanya pemaafan dan kebahagiaan kalianlah yang bisa membuat hidup ayah dan ibu lebih baik dari sebelumnya.

Selamat memeluk anak-anak kita..

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *