Keadaan Orang Munafik Dan Pelaku Maksiat Setelah Hisab (Bag.1)

Foto : Unsplash
banner 400x400

Keadaan Orang Munafik Dan Pelaku Maksiat Setelah Hisab (Bag.1)

Oleh : Syaikh Mahir Ahmad

Pengantar

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Pada hari kiamat, manusia dibagi menjadi tiga keadaan. Setiap keadaan memiliki derajat yang banyak dan berbeda-beda antar manusia.

Pertama, orang-orang mukmin yang terdahulu dan permulaan juga orang-orang mukmin dari golongan kanan. Mereka akan masuk surga dengan melewati shirath. Mereka ada yang melewatinya laksana kilat angin yang berhembus, kuda pacuan yang berlari, juga ada yang seperti berjalan dan merayap, namun pada akhimya mereka selamat.

Kedua orang-orang kafir dan musyrik dengan berbagai ideologi. Mereka tidak berhak melewati shirath,namun akan dihalau keneraka Jahannam secara berombongan,didahului oleh sesembahan mereka saat di dunia. Bila telah dekat dengan neraka, mereka berjatuhan secara berkelompok. Setiap kelompok yang masuk ke neraka akan mengutuk kawannya yang menyesatkannya sehingga mereka masuk semuanya ke neraka. Mereka kekal di dalamnya, tidak akan pernah bisa keluar darinya dan mereka tidak mempunyai seorang Pun pemberi syafaat.

Ketiga, orang-orang munafik, pelaku maksiat dan dosa-dosa besar dari umat Islam.Mereka tidak masuk neraka bersamaan dengan orang orang kafir dan musyrik. Mereka tetap menyeberangi shirath bersama dengan orang orang mukmin, hanya saja mereka tidak selamat. Mereka akan disambar dan diseret oleh duri dan besi pengait yang ada di sisi shirath, sesuai dengan kadar nifak dan dosa mereka. Mereka dilemparkan ke neraka dengan perintah Allah.

Orang-orang munafik kekal di neraka dan ditempatkan di tingkatan paling bawah.Adapun para pelaku kemaksiatan dan dosa-dosa besar dari umat ini berada dalam berbagai-keadaan, termasuk juga rentang waktu mereka di…dalamnya. Semua sesuai dengan amalannya serta dosa dan kemaksiatan yang telah dikerjakannya.

Neraka mempunyai derajat yang berbeda-beda sebagaimana surga. Demikian juga pelaku maksiat mereka memPunyai beragam derajat. Semua itu sesuai dengan kemaksiatan,kekejian, kejahatan, dan dosa-dosa mereka. Jika mereka mati sebelum bertaubat, mereka berhak diganjar dengan neraka

Akan tetapi, mereka bukan orang-orang musyrik, kafir, dan munafik, hanya saja mereka telah ditarik oleh setan dan jiwa mereka yang keji untuk melakukan kemaksiatan,meninggalkan kewajiban, dan mengikuti syahwat. Meski demikian, mereka tidak mengingkari tauhid dan kesaksian bahwa tiada ilah (yang hak) selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Mereka juga tidak menyembunyikan kekafiran dan menampakkan keimanan. Tidak pula mereka memerangi Allah, Rasul-Nya dan kaum muslimin.

Jika Pelaku Maksiat Bertaubat dan Mengambil Manfaat dari Rahmat Allah Ketika di Dunia Pasti Mereka Tidak Masuk Neraka

Keadaan mereka beragam, sesuai kemaksiatan dan dosa-dosa besar yang mereka kerjakan. Mereka ada yang melakukan satu, dua, tiga, sampai enam, bahkan tujuh dosa besar yang membinasakan, yang tentunya dapat menjerumuskan pelakunya ke neraka sebagaimana yang telah disinyalir oleh Rasulullah.Tujuh dosa besar tersebut di.antaranya ialah syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali karena alasan yang dibenarkan,memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan pertempuran, menuduh wanita mukminah baik-baik telah berzina.

Sebagian mereka ada yang menzalimi manusia, memakan hak-hak orang lain, melampaui batas, angkuh, zalim dalam hukum, dan ada juga yang berdusta atas nama Rasulullah. Ada juga yang menjadi pelukis dan pematung, membela orang zalim, dan masih banyak lagi dosa-dosa yang dimurkai Allah.

Orang-orang tersebut akan menetap di neraka sesuai dengan perbuatan mereka,sebagaimana yang telah ditulis di lembaran yang-dipercayakan kepada dua malaikat.Allah tidak menganiaya seorang pun walau seberat biji sawi ataupun seberat zarrah.Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarrah, ia akan melihatnya di hadapannya kelak pada hari kiamat dan siapa yang mengerjakan kejelekan sebesar zarrah, ia pun akan melihatnya di hadapannya kelak pada hari kiamat.

Orang-orang yang berjatuhan ke neraka saat melewati shirath dari umat ini ialah orang-orang yang kejelekannya melebihi kebaikannya.Adapun ahlul a’raf (Orang yang kebaikan dan kejelekannya seimbang-edt.) akan diliputi rahmatAllah setelah itu, sedangkan yang kebaikannya melebihi kejelekannya meski hanya satu kebaikan, ia akan masuk surga dengan izin Allah.

Dalam hisab terdapat puncak kesempumaan dan keadilan Ilahi, karena setiap kebaikan akan dilipatgandakan sepuluh kali dengan yang semisal, selama Anda mukmin. Bahkan Allah akan melipatgandakannya hingga berlipat-lipat bagi siapa yang Dia kehendaki karena Dia-lah ZatYangMaha Penyayang.

Adapun kejelekan tetap satu, tidak dilipatgandakan. Tidak pernah ada keterangan-dalam Al-Qur’an dan Sunnah bahwa kejelekan akan dilipatgandakan. Yang ada-ialah perkara jelek yang satu tersebut, tetap satu dan tidak akan bertambah. Hal ini merupakan rahmat pengampunan, dan keadilan Allah terhadap makhluk-Nya.

Bayangkanlah! Rahmat Allah meliputi para hamba-Nya pun terhadap para pelaku-kemaksiatan dari umat Islam.

Bayangkan ada orang yang kejelekannya melebihi kebaikannya, padahal kebaikannya sudah dilipatgandakan sepuluh kali, lalu berapa banyak dosa-dosa dan kemaksiatan mereka?

Bayangkan pula betapa luas ampunan Allah yang menyifati diri-Nya dengan AI-Ghafur (Maha Pengampun), Ar-Rahim (Maha Penyayang), dun juga Al-Ghaffar (Maha Pengampun). Dia juga akan memberikan ampunan kepada para pelaku maksiat yang-membawa kejelekan melebihi kebaikannya pada hari kiamat.

Bayangkan betapa banyak dosa-dosa mereka sewaktu di dunia. Berapa banyak kemaksiatan mereka kepada Allah, dengan mengerjakan berbagai kekejian dan kejahatan.Sungguh tiada sesuatu pun yang dapat menyamai dan menandingi rahmat Allah.

Siapa yang hendak membinasakan Allah, ia sendirilah yang akan binasa. Sekiranya orang yang diganjar neraka mau menyambut seruan Allah saat di dunia dan bertaubat kepada-Nya, tentulah Allah Maha Penerima taubat, Maha Penyayang, Maha Pengampun, dan Maha Mensyukuri.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ يٰعِبَا دِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

“Katakanlah, Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar 39: Ayat 53)

jadi, orang yang mencicipi neraka disebabkan ia belum bertaubat dan tidak mengambil manfaat dari rahmat Allah saat di dunia.

Allah tidak menzalimi satu makhluk pun, bahkan senantiasa menyeru hamba-hamba-Nya untuk bertaubat selagi di dunia. Dia juga membuka lebar pintu taubat sampai kelak matahari terbit dari barat dan selama ruh belum sampai di tenggorokan.Itulah tahapan akhir kehidupan manusia.

Bayangkanlah rahmat Allah!

Bayangkanlah berapa banyak hak-hak Allah yang diremehkan oleh orang-orang yang terjungkal dari shirath, betapa mereka menzalimi hak-hak mereka sendiri hingga-membawa mereka menuju ke jurang-kebinasaan

Hadits Tentang Shirath

Abu Sa’id Al-Khudri pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami dapat melihat Rabb kami pada hari kiamat?”

Rasulullah balik bertanya ‘Apakah samnar bagi kalian-melihat matahari dan bulan saat cuaca cerah?”
Kami menjawab, “Tidak.”
Nabi bersabda, “Sesungguhnya, kalian juga tidak samar untuk melihat Rabb kalian-pada hari itu, sebagaimana kalian melihat keduanya.”

Kemudian bersabda, “Seseorang berseru, ‘Hendaknya setiap kaum pergi mengikuti sesembahannya dahulu.’Maka, yang dahulu menyembah salib pergi mengikuti salib-salib mereka, yang menyembah berhala-berhala pergi mengikuti berhala-berhala mereka, dan yang menyembah setiap sesembahan pergi mengikuti sesembahan mereka. Hingga tersisalah para penyembah Allah, baik yang saleh maupun yang fasik dan sisa-sisa ahlul kitab.

Kemudian para ahlul kitab didatangkan ke neraka Jahannam untuk dipaparkan amalannya,mereka bak fatamorgana. Lalu dikatakan kepada kaum Yahudi, ‘Apa sesembahan kalian.dahulu?’Mereka menjawab, ‘Kami dahulu menyembah Uzair anak Allah.
Dikatakan, ‘Kalian berdusta, Allah tidak beristri dan beranak. Apa yang kalian inginkan?’
Mereka menjawab,’Kami ingin agar Engkau memberi kami minum.’
Lalu dikatakan, ‘Minumlah!’Mereka pun berjatuhan ke neraka Jahannam.

Kemudian dikatakan kepada kaum Nasrani,’Apa sesembahan kalian dahulu?’
Mereka menjawab, ‘Kami dahulu menyembah Al-Masih anak Allah.’
Dikatakan, ‘Kalian berdusta Allah tidak beristri dan beranak. Apakah yang kalian inginkan?’
Mereka menjawab,’Kami ingin agar Engkau memberi kami minum.
Lalu dikatakan, ‘Minumlah!’Mereka pun berjatuhan ke neraka Jahannam.

Tersisalah para penyembah Allah, baik yang saleh maupun yang fasik. Lantas dikatakan kepada mereka, ‘Apa yang menahan kalian, padahal orang-orang telah pergi (mengikuti-sesembahan mereka)?’
Mereka menjawab, ‘Kami telah memisahkan diri dari mereka yang sebenarnya kami butuh mereka hari itu( Maksudnya kami telah-memisahkan diri dari mereka di dunia ketika mereka tersesat, bersamaan dengan-butuhnya kami kepada mereka akan tetapi kami wajib taat kepada Allah. Kemudian mereka pun berdoa)-kepada Allah dengan merendahkan diri agar Dia menghilangkan kesulitan ini dari diri mereka), kami mendengar seseorang berseru,’Hendaknya setiap Di-kaum mengikuti sesembahannya-dahulu. Kami Pun menantikan Rabb kami”’

Maka Yang Mahaperkasa pun mendatangi mereka dalam wujud tidak sebagaimana aslinya yang pernah mereka lihat kali pertama. Dia berfirman, ‘Aku adalah Rabb kalian.’
Mereka pun bertanya, ‘Benarkah Engkau Rabb kami?’-dalam satu riwayat Al-Bukhari Al-Fath (XVlI/197). -mereka berkata, ‘Kami tetap akan di sini, sampai Rabb kami datang. Jika Dia datang, kami akan mengenali-Nya.’

Lalu Allah pun datang kepada mereka dalam wujud yang mereka kenali-tidak ada yang bisa berbicara kepada-Nya kecuali para nabi.Kemudian Dia berfirman, ‘Apakah ada bukti antara diri kalian dan diri-Nya sehingga kalian dapat mengenali-Nya?’

Mereka pun menjawab,’Betis.’
Dia lalu menyingkap betis-Nya. Lantas seluruh orang yang beriman bersujud kepada-Nya. Tersisalah orang yang dahulu bersujud kepada Allah karena riya’ dan sum’ah. Mereka berusaha untuk sujud, namun Punggungnya menjadi satu tulang punggung Di dalam riwayat memakai kata Ath-Thabag (tulang punggung) Maksudnya tulang punggungnya menjadi satu, seperti papan, yang tak mampu untuk bersujud kepadaAllah. (tidak beruas-penerj). Lalu didatangkan shirath dan dipasangkan di atas-jahannam.”

Dalam riwayat musiim beliau bersabda, ‘Allah bertanya, ‘Apa yang kalian tunggu? Setiap umat mengikuti sesembahan mereka.’ Mereka menjawab, ‘Wahai Rabb kami, kami telah memisahkan diri dari manusia di dunia yang sebenarnya kami butuhkan mereka, dan kami tidak mau berkawan dengan mereka” Dia-berkata, Aku adalah Rabb kalian.’ Mereka berkata, ‘Kami berlindung kepada Allah dari engkau, kami tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun’-ini berulang dua atau tiga kali-sampai sebagian mereka hampir berbalik (ragu). Dia bertanya,

Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, apa shirath itu?”

Nabi menjawab, “Licin dan menggelincirkan, di atasnya terdapat besi pengait dan beslbesi yang ujungnya bengkok, duri, mempunyai lebar dan luas, mempunyai duri yang ujungnya bengkok seperti yang ada di daerah Nejed dan biasa dinamakan Sa’dan.

Seorang mukmin melewati shirath itu ada yang sekejap mata, bagaikan kilat,bagaikan angin,, bagaikan larinya kuda pacuan dan hewan tunggangan tercepat’

Maka ada yang berhasil dan selamat,ada yang terjerat tapi bisa lepas, dan ada yang terlempar jatuh ke jahannam.(Maknanya bahwa orang yang melewati shirath itu ada tiga kelompok: Sekelompok selamat, sekelompok terkena pengait akan tetapi dilepas dan selamat, dan sekelompok lagi dilempar hingga terjatuh ke neraka Jahannam.) Sampai orang yang terakhir dari mereka melewatinya dengan diseret.

Tidak seorang pun dari kalian yang lebih hebat permohonannya kepada Allah dalam memperoleh hak yang telah tampak.bagi kalian daripada orang-orang mukmin di hari itu. jika-mereka melihat bahwa mereka telah selamat, mereka berkata tentang saudara-saudaranya (yang jatuh ke neraka), ‘Wahai Rabb kami, saudara-saudara kami itu dahulu mengerjakan shalat, puasa, dan beramal bersama kami.’

Lalu Allah berfirman, ‘Pergilah kalian, siapa saja yang kalian dapati di dalam hatinya ada-keimanan seberat satu dinar, keluarkanlah ia!’ Allah telah mengharamkan muka-muka mereka atas neraka.

Lalu mereka mendatangi saudara-saudaranya. Sebagian orang-orang itu telah tenggelam dalam api hingga kakinya atau-hingga pertengahan betisnya. Lalu mereka mengeluarkan yang mereka kenali, kemudian kembali kepada Allah.

Allah berfirman ‘Pergilah kalian, siapa saja yang kalian dapati di dalam hatinya ada-keimanan seberat setengah dinar, keluarkanlah ia!’
Mereka pun mengeluarkan siapa yang mereka kenali, kemudian mereka kembali lagi.

Allah berfirman kembali, ‘Pergilah dan siapa yang kalian dapati di dalam hatinya ada-keimanan seberat zarrah, keluarkanlah ia!’
Mereka pun mengeluarkan siapa yang mereka kenali.”

Abu Sa’id berkata “Jika kalian tidak membenarkan aku, maka bacalah: “Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan (sekecil-zarrah), niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya.” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 40)

Beliau melanjutkan, “Kemudian para nabi, malaikat, dan orang-orang mukmin-memberikan syafaat. Yang Maha perkasa berfirman,’Syafaat-Ku masih-tersisa.’Lalu.Dia-mengumpulkannya dengan sekali pengumpulan dari neraka. Lalu Dia mengeluarkan sekelompok-orang yang telah dibakar, kemudian meletakkan mereka di sungai depan surga pada lumpur banjir(Tanah dan materi-materi yang terbawa arus banjir), yang kalian lihat menuju samping batu dan samping pohon. Apa yang menuju arah matahari maka ia hijau dan apa yang menuju naungan, maka ia putih.

Lalu merekapun keluar, mereka seakan-akan mutiara yang pada leher-leher mereka terdapat cap. Kemudian mereka pun masuk surga.Penduduk surga berkata’Mereka adalah orang-orang yang dibebaskan oleh Ar-Rahman. Dia memasukkan mereka ke dalam surga tanpa suatu amalan yang mereka kerjakan dan tanpa kebaikan yang mereka persembahkan.’Lalu difirmankanlah kepada mereka, ‘Kalian akan mendapat apa yang kalian lihat dan semisalnya bersama dirinya.” (Muttafaq’alaihi). [Al-Fath (XVII/198), Muslim (183)]

Keadaan Orang-Orang Mukmin Saat Melewati Shirath

Keadaan orang-orang mukmin saat melewati shirath sangat beragam karena perbedaan derajat keimanan amalan, nifak, maksiat dan dosa-dosa besar mereka. Di antara mereka ada yang selamat dengan melewatinya laksana angin, ada yang terkena pengait akan tetapi selamat dan ada juga yang binasa yakni orang yang disambar besi-besi pengait kemudian jatuh ke neraka jahannam.

Dalam sebuah hadits yang panjang yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Nabi bersabda:
“Lalu dipasanglah shirath di atas permukaan neraka Jahannam.”
(Maknanya ialah shirath ditegakkan dan dibentangkan di atas permukaan neraka Jahannam, yakni di antara bagian-bagian permukaannya sehingga seakan-akan ia terkelilingi dengannya.)

Dalam satu riwayat:
“Dan dibentangkanlah shirath Jahannam. Maka, akulah orang yang pertama kali melewatinya dari kalangan para rasul beserta umatnya. Pada hari itu tidak ada seorang pun yang dapat berbicara kecuali para rasul(tidak ada yang dapat berbicara ketika melewati shirath kecuali para rasul. Hal itu disebabkan-dahsyatnya kengerian dan besarnya ketakutan. Adapun di tempat-tempat selainnya (selain di atas shirath-maka sebagian mereka bisa saling bertanya dengan sebagian yang lain, saling mencela dan saling berbantah-bantahan)

Adapun ucapan para rasul pada hari itu adalah, ‘Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah.Doa para rasul ini untuk umat mereka sebagai bentuk rasa belas kasih terhadap mereka.

Di dalam Jahannam terdapat besi-besi pengait seperti duri Sa’dan. Pernahkah kalian melihat duri Sa’dan?” Mereka menjawab, “Pernah.” Nabi bersabda, Sesungguhnya bentuk pengait itu sama dengan duri Sa’dan itu. Hanya saja tidak ada yang mengetahui besarnya selain Allah. la akan menyambar manusia sesuai dengan amalan mereka.”
[HR Al-Bukhari dan Muslim.]

Abu Hurairah juga menjelaskan bahwa Rasulullah bersabda, “Kemudian dibentangknn shirath di atas neraka Jahannam dan diizinkan (pemberian) syafaat. Mereka berkata,’Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah!’

Ada yang bertanya ‘Wahai Rasulullah, bagaimanakah shirath itu?’

Nabi menjawab, ‘Licin lagi menggelincirkan. Di dalamnya terdapat besi pengait dan besi-besi yang ujungnya bengkok, ilan duri yang ujungnya bengkok (seperti) yang ada di daerah Nejed dan biasa disebut dengan Sa’dan.
(Sa’dan bentuk jama’ dari sa’danah, yaitu tumbuh-tumbuhan yang berduri.Adapun diserupakan dengannya karena cepatnya menyambar dan sering menusuk.”)

Seorang mukmin melewati shirath itu ada yang hanya dalam sekejap mata bagaikan kilat, angin, burung dan larinya kuda pacuan atau hewan tunggangan tercepat. Maka, yang berhasil akan diselamatkan, yang terkait akan dilepas, dan yang terlempar akan jatuh ke jahannam. Hingga jika orang-orang mukmin telah selamat dari neraka, maka demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya tidak ada salah seorang dari kalian yang lebih hebat permohonannya kepada Allah daripada orang-orang mukmin waktu itu dalam memperoleh hak untuk saudara-saudara mereka yang ada di dalam neraka.

Mereka berkata ‘Wahai Rabb kami mereka mengerjakan puasa, shalat dan haji bersama kami.’

Lalu difirmankanbkepada mereka, ‘Keluarkanlah siapa yang kalian kenali, sebab jasad mereka-telah diharamkan dari neraka.’ Lalu mereka pun mengeluarkan manusia dalam jumlah yang-banyak setelah api membakar (sebagian mereka) hingga pertengahan betisnya sampai kedua lututnya.”
[HR Muslim dalam Shahih-nya.]

Imam An-Nawawi berkomentar dalam menerangkan hadits mulia ini, “Di atas-shirath, manusia terdiri dari tiga kelompok:
1. Kelompok yang sama sekali tidak tertimpa apa pun sehingga selamat.
2. Kelompok yang terkena pengait lantas dilepaskan sehingga selamat.
3. Kelompok yang dilemparkan dan jatuh ke neraka Jahannam.

Orang-orang yang beriman dan jujur akan melewati shirath dengan aman dan selamat.Saat itu cahaya keimanan dan amal saleh akan menjadi sinar penerang bagi mereka. Ia akan memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْۤا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًا ۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَـكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ ۙ يَوْمَ لَا يُخْزِى اللّٰهُ النَّبِيَّ وَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ ۚ نُوْرُهُمْ يَسْعٰى بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَ يْمَا نِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَاۤ اَ تْمِمْ لَـنَا نُوْرَنَا وَا غْفِرْ لَـنَا ۚ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Tahrim 66: Ayat 8)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَا لْمُؤْمِنٰتِ يَسْعٰى نُوْرُهُمْ بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَ يْمَا نِهِمْ بُشْرٰٮكُمُ الْيَوْمَ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا ۗ ذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ ۚ

“Pada hari engkau akan melihat orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, betapa cahaya mereka bersinar di depan dan di samping kanan mereka, (dikatakan kepada mereka), Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Demikian itulah kemenangan yang agung.” (QS. Al-Hadid 57: Ayat 12)

Sahl bin Sa’d menuturkan bahwa Rasulullah bersabda: “Berilah kabar gembira bagi orang yang banyak dan terbiasa berjalan dikegelapan untuk menuju masjid-masjid dengan cahaya yang sempurna (di atas shirath-penerj) di hari kiamat.” (HR Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dalam shahih-nya dan Al-Hakim dengan lafal miliknya).

jadi, orang mukmin di atas shirath berjalan di atas cahaya keimanannya yang sempurna baik dalam amal, keyakinan, maupun perkataan.Adapun kekuatan cahayanya tergantung dengan kadar keimanan mereka’

Qatadah menceritakan bahwa Rasulullah bersabda, “Di antara orang-orang mukmin ada yang cahayanya dapat menerangi jarak Madinah sampai Adan Abyan(Nama sebuah kota di Yaman-Penerj’) dan shan’a, serta selain itu. sampai di antara mereka juga ada yang cahayanya hanya dapat/menerangi tempat pijakan kakinya.”

Tafsir lbnu Katsir.

Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud tentang firman Allah, “Cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka,” dia berkata sesuai dengan kadar amalanlah mereka akan melewati shirath. Di antara mereka ada yang cahayanya seperti gunung, seperti pohon kurma seperti seorang yang berdiri, dan yang paling redup ialah orang yang cahayanya hanya berada di ibu jari kakinya,terkadang menyala dan terkadang padam.”

Al-Hakim juga meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa Nabi bersabda, “shirath itu bagaikan pedang yang tajam dan licin lagi menggelincirkan.” Beliau melanjutkan, “Lalu mereka melewatinya sesuai dengan kadar keimanan mereka’ Di antara mereka ada yang melewatinya bagaikan bintang yang menukik, kejapan mata, angin, dan ada juga yang melewatinya bagaikan lari dan berialan cepat. Mereka melewatinya sesuai kadar amalan mereka, sampai orang yang cahayanya hanya di atas ibu jari kakinya akan melewatinya dengan tangannya yang satu lepas dan yang satu berpegangan, kakinya yang satu melangkah,dan yang satu berpijak sehingga api menyambar di kanan kirinya.”
Al-Hafizh Al-Mundziri berkata, ‘Diriwayatkan lbnu Abi Dunya, Ath-Thabrani, dan Al-Hakim dengan lafal miliknya.”

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *